CHAPTER 7: AYO PACARAN

5K 768 22
                                    

"Tuan.. Tuan.. Tuan muda.."

Renjun tersadar dan segera menoleh ke asal suara, "Ne?"

Pelayan paruh baya itu tersenyum menampilkan deretan giginya, "Makanlah. Makanannya tidak akan habis jika kau hanya mengacak-acaknya"

Renjun menunduk menatap sepiring nasi di bawah wajahnya lalu kembali menatap bibi tersenyum sambil tersenyum tipis, "Eo"

Setelah bibi pelayan itu pergi, Renjun menghempaskan sendoknya ke atas piring menimbulkan bunyi dentingan. Ekspresi tersenyumnya seketika berubah menjadi wajah frustasi. Sejurus kemudian ia berdiri, menggigit bibir bawahnya dan berjalan menuju kamarnya sambil mengacak rambutnya sebagai ungkapan frustasinya. Ia bahkan lupa akan makanannya.

Pemuda itu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Ia lalu memeluk gulingnya dengan erat. Bayangan-bayangan kejadian tadi siang terus membayanginya. Mereka seperti mengejar tanpa tahu tempat dan waktu membuat Renjun tak fokus.

"Ottokae? Apa yang akan terjadi besok? Apa yang harus aku lakukan jika bertemu Haejung? Astaga gadis itu benar-benar gila!" umpatnya.

"Aku tidak mungkin menyetujui permintaannya itu. Lagipula kenapa ia ingin membantuku? Apakah ia juga akan mendapatkan kauntungan semacam simbiosis mutualisme?" celotehnya.

Jari telunjuknya kemudian bergerak menyentuh bibirnya membuat kejadian tersebut kembali berputar di otaknya.

"Molla!" teriaknya dengan menendang-nendang dan menyembunyikan wajahnya di bawah bantal.

•••

"Oppa, eodiya?"

"Apartemen. Wae?"

"TOLONG AKU AKU FRUSTASI TINGKAT TINGGI!! AAAAAAAAAAA!"pekik Haejung membuat haejoon diseberang sana menjauhkan ponsel dari telinganya.

Sedetik kemudian ia kembali mendekatkannya, "kau kenapa? Telingaku bisa pecah jika kau terus berteriak seperti itu!" ketus Haejoon.

Haejung mengabaikan itu, "Oppa, kapan first kiss mu?"

Haejoon terbelalak. Ia memperbaiki posisi duduknya lalu berdeham, "Kenapa kau menanyakan itu? Itu hal tidak berguna"

"ITU BERGUNA BAGIKU!!!"

Haejoon kembali menjauhkan ponselnya lalu menggerutu, "anak itu kesurupan setan macam apa?"

"Yeoboseyo?" tanya Haejung saat sadar tak ada sahutan dari seberang sana--haejoon.

"Ah-ne? Haejung-ah, inti kau menelpon ku apa? Aku sedang sibuk untuk mendengarkan rengekanmu itu"

Haejung mendengus, "kapan first kiss mu? Jawab saja itu"

"Saat aku kelas 10. Hei jangan katakan pada eomma. Jika eomma tahu kau tak akan selamat" ancam Haejoon. Haejung reflek mengangguk walaupun ia tahu Haejoon tak akan bisa melihatnya, "Ne" lalu Haejung memutus sambungan telepon tersebut.

"Kenapa aku menciumnya? Kenapa aku memberikan first kiss ku pada orang sepertinya? Lalu.. Apa yang harus aku katakan jika aku bertemu dengannya? Tersenyum? Pura-pura tak kenal?" monolognya. Gadis itu sudah tampak seperti orang gila yang memarahi sambil menunjuk dirinya sendiri.

•••

Haejung berdiri di depan halte sembari melirik arlojinya bertepatan dengan berhentinya sebuah bis didepannya. Ia segera masuk dan mencari tempat duduk. Matanya terbelalak saat menyadari bahwa ia satu bis dengan Renjun. Renjun duduk di bangku panjang paling belakang.

Tanpa basa-basi ia segera memutar tubuhnya ke arah depan dan mengambil bangku terdepan agar jauh dari Renjun.

3 halte sebelum halte dekat sekolah, seorang pria paruh baya masuk ke dalam bis. Sepertinya ia dari kampung melihat begitu banyak barang yang dibawanya.

Innocent;huang renjun[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang