CHAPTER 9: AKU HARAP AKU TAKKAN MENYUKAIMU

3.9K 696 8
                                    

Berdasarkan kabar burung yang mendesis kesana-kesini ada yang mengatakan kalau Renjun tidak hadir hari ini karena sakit kelelahan batin akibat bullying. Maka dari itu, Haejung berniat menjenguknya sepulang sekolah ini. Setelah bel pulang berbunyi Haejung segera pergi ke ruang tata usaha untuk mengecek alamat rumah Renjun.

"Annyeonghaseo" ucap Haejung sembari membungkuk.

Shin saem yang sedang mengecek beberapa dokumen segera mendongak lalu tersenyum, "Oh, waeyo, Haejung-ah?" tanyanya.
Guru cantik itu mulai melepaskan kaca mata yang bertengger di hidungnya.

"Apa saem bisa memberitahuku alamat rumah Huang Renjun? Hari ini ada tugas kelompok yang dikumpul besok tapi Renjun tidak hadir hari ini karena sakit. Aku juga akan menjenguknya sebagai perwakilan kelas" ucap Haejung setengah berbohong agar lebih dramatis. Tak ada tugas kelompok yang akan dikumpul besok ataupun lusa, minggu depan, bulan depan atau tahun depan.

"Benarkah? Tolong sampaikan salamku pada Renjun. Aku pikir dia mungkin kelelahan karena kasus foto gay itu. Kau bisa mengeceknya di komputer yang ada di sebelah sana," Shin saem menunjuk komputer yang berada di sudut ruangan, "Kau bisa mencari di kolom pencarian dengan nama Renjun dan semua data-datanya akan keluar, termasuk alamatnya"

Haejung tersenyum lebar "Kamsahamnida"

🔸🔸🔸🔸

Selama di taksi Haejung terus menatap sticky note yang berisi alamat Renjun. Otaknya berpikir keras. Pemuda itu tinggal di perumahan elite? Apakah ada satu rumah di perumahan itu yang didiami oleh keluarga menengah kebawah?

"Rumahmu di perumahan itu?" tanya supir taksi.

"Aniyo. Ini rumah temanku. Ahjussi, boleh aku bertanya?"

"Tanyakan saja. Selagi aku tau aku akan menjawabnya" jawab supir taksi sembari fokus menyetir.

"Hm.. Bukankah perumahan ini perumahan kalangan atas?"

"Ya. Mereka yang tinggal disana mungkin mempunyai lebih dari satu black card"

Haejung menutup mulutnya dengan telapak tangan, "Daebak" gumamnya tak percaya.

Setelah sampai Haejung pun membayar taksi dan segera turun. Kepalanya langsung mendongak dengan mulut sedikit terbuka ketika melihat tingginya pagar di rumah yang menunjukkan rumah Renjun dengan beberapa item klasik yang menambah kesan mewah dari rumah tersebut.

Haejung melirik nomor rumah tersebut lalu sticky note yang ada di tangannya, "Ini benar rumahnya. Daebak. Besar sekali. Dia chaebol. Oh tuhan, aku tak percaya ini"

Dengan tangan gemetar Haejung memencet bel yang berada cukup tinggi di tiang pagar. Tak lama seorang security keluar.

"Sedang mencari siapa?" tanya security tersebut.

Haejung membungkuk hormat, "Aku Park Haejung temannya Huang Renjun. Kudengar dia sakit dan aku ingin menjenguknya. Ahjussi benarkah dia sakit?"

Security itu mengangguk "sepertinya tuan muda sakit karena sejak tadi aku tak melihatnya keluar kamar"

Haejung membekap mulutnya lalu segera melepaskannya lagi, "Jadi benar ini rumah Renjun? Huang Renjun yang cupu itu? Renjun yang-- ah sudahlah. Aku tidak percaya ini!" pekik Haejung tertahan.

"Permisi haksaeng, jadi kau ingin menemuinya?"

Haejung mengangkat wajahnya dan mengangguk semangat, "Ne"

Innocent;huang renjun[√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang