四 // yon ; ciwi geulis

27 15 7
                                    

Malamnya, setelah kembali ke rumah dengan keadaan sedikit lebih baik, Cath kembali bertamu. Kini ia membawa sepasukan ciwi-ciwi geulis.

She said that, not me.

"EBIKUUUU!" mereka langsung heboh begitu masuk ke dalam rumah.

Pusingku kambuh ini sepertinya.

Mari kuperkenalkan ;

"Pindah kok ga bilang?" Cecar seseorang bertubuh tinggi, kurus, dengan wajah judes. Keira.

"Gila kamu tinggal sendirian ya." Seorang lain dengan postur tubuh agak bungkuk. Millie.

"Hrgh, rumahnya bagus." Sahut seorang lain sambil melihat-lihat furnitur. Risa.

Dan seorang lagi yang sedari tadi hanya berdiri di depan pintu.

"Ah dia, Addi," Cath memperkenalkan.

"Dia saudaraku. Orang tuanya pergi, jadi aku mengajaknya."

Cath, rumahku ini pengungsian atau apa?

[=]

Akhirnya, kami berenam malam itu memutuskan untuk marathon drama kesukaan Cath.

Ini belum berapa hari, rumahku sudah diambil alih oleh Cath.

"Ebi, bikinkan popcorn dong." Ujar Cath sambil tetap fokus melihat pemeran utamanya sedang berciuman.

"Tidak. Buat saja sendiri." Tolakku.

Memangnya cuman dia yang mau liat adegan ciuman?

"Aku akan membuatnya." Addi berdiri.

"Manis ya Ad!"

"Asin aja."

"Gamau!!"

"Lah manis mulu, ntar gendut."

"Biar."

"Aku yang gamau."

"Bikin sendiri aja sana." Potongku.

"Enggak ah udah enak duduk disini."

"Manis ya Ad!"

"Engga, asin aja."

"Yaudah campur."

"Gamau lah"

Hrgh, ini ciwi-ciwi geulis apa ciwi-ciwi rempong sih?

[=]

"AD! KENAPA LAMA?" Keira berteriak.

"Coba kamu cek dia Eb." Cath tiba-tiba menyenggol pundakku.

Aku meliriknya sebentar. Lalu menghela nafas, "baiklah"

Aku berjalan ke dapur, melirik ke arah jam dinding. Pukul 10.56. 36 menit. Selama itukah Addi membuat popcorn?

"Ad, butuh bantuan?" Tanyaku begitu sampai di dapur.

"Tidak, sudah hampir selesai kok." Jawabnya.

Aku kemudian hendak kembali ke depan TV, namun ketukan di pintu benar-benar menggagalkan rencanaku.

Aku bergegas membuka pintu, mendapati Jeno yang berdiri di depan dalam keadaan basah kuyup.

"Eh?" Responku.

"Kehujanan. Bolehkah aku menumpang disini sebentar? Kunci rumah dibawa adikku. Dan kurasa dia lupa bahwa punya kakak dirumah." Dia menjelaskan.

Aku menengok ke dalam.

Addi bertanya, "siapa?"

"Tetangga." Jawabku.

"Jadi, bolehkah aku menumpang?" Jeno kembali bertanya.

Bagaimana aku bisa menolak anak orang yang kehujanan seperti ini.

"Ah ya, silahkan silahkan." Aku menyingkir dari depan pintu, mempersilahkannya masuk.

Langkah Jeno terhenti. Ia menatap punggung Addi.

Aku hanya memperhatikan dari dekat pintu.

Addi, merasa diperhatikan, langsung membalik badannya dan--

"Jen?"

[=]

Lhais.

Huhu pendek ya? Maaf:(
Stress aku tugas banyak:(

Late Night.Where stories live. Discover now