BAB 12

212K 11.9K 393
                                    

Mata Nadra terasa kering karna sejak tadi ia menatap Senna tanpa kedip. Bibirnya terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu namun ia tetap menunggu agar Senna yang berkata terlebih dulu. Ia sudah cukup kecewa dengan raut wajah Senna yang sedang berfikir keras, apa sesulit itu untuk menjawab pertanyaan simple nya?

Ini bukanlah kali pertama Nadra mempertanyakan mengenai status hubungan keduanya, dan selama ini Senna selalu saja berhasil menjawab pertanyaan itu dengan begitu mengecewakan. Dan yang lebih menyebalkan itu Senna bersikap seperti nothing happen setelah menjawab.

"Ya lebih dari temen. Partner mungkin?" Jawab Senna akhirnya setelah memikirkannya untuk beberapa saat. Ya untuk saat ini rasanya Partner adalah jawaban terbaik menurutnya. "Kenapa?" 

Kenapa? Masih tanya kenapa?? Sakit emang ini orang... Jawabannya memang masih lebih baik dari pada 'teman'... Tapi apa istimewanya Partner? Mending kalau Partner hidup....

Nadra mengikat rambutnya asal menggunakan karet rambut yang selalu ia gelangkan di tangan, penampilannya begitu berantakan, seberantakan hatinya yang baru mendapat jawaban tak memuaskan, "Kamu masih segitu takutnya untuk berkomitmen?" Mata Nadra menatap dalam Senna, mencoba mencari jawaban. 

"Kita udah sepakat untuk gak bahas ini, Nad." Balas Senna malas. Ia paling tidak suka jika sudah membahas mengenai masa lalu, apalagi tentang dirinya.

"Itu kan kejadiannya sama Papi kamu, aku yakin kok kalau kamu gak akan seperti itu, Sen." Suara Nadra terdengar begitu frustasi. Ia sudah lelah sebenarnya mencoba menyadarkan Senna akan hal ini, tapi pria itu selalu saja menutup telinga.

"Ada jaminan kalau aku gak akan sebrengsek dia?" Senna bertanya dengan nada tinggi yang membuat Nadra diam tidak berkutik, "Yang namanya anak ya gak akan jauh dari bapaknya. Kalau dia brengsek, ya aku juga brengsek!" Tekannya marah.

Emang lo brengsek, kemana aja baru sadar? Rasanya ingin Nadra menjeritkan kalimat itu langsung di depan Senna, tapi ia sedang tidak ingin memperburuk suasana.

Saat awal kepindahannya dulu ke York bersama keluarganya karna pekerjaan Papa, Nadra yang berusia 9 tahun sangat sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan disana. Kemampuan bahasa inggrisnya O besar, hanya sebatas 'Hello, My name is Nadra and I'm 9 Years old' membuat Nadra kesulitan berkomunikasi. Apalagi wajahnya yang begitu Asian dengan rambut hitam membuat Nadra kerap kali di pandang aneh.

Pertemuannya dengan Senna pertama kali itu saat acara 17an di KBRI London. Orang tua Nadra sengaja jauh-jauh datang dari York ke London dengan membawa Nadra agar putri mereka itu bisa memiliki banyak teman, tapi nyatanya Nadra sama sekali tidak bisa berbaur dan memilih memakan kerupuk properti untuk lomba makan kerupuk itu sendirian di dekat tangga wisma KBRI. Dan saat itu lah Senna menghampirinya mengajaknya berkenalan yang akhirnya berhasil membuat Nadra  menampakkan senyuman pertamannya sejak kepindahan karena ia akhirnya memiliki seorang teman.

Papa dan Mama Nadra ikut berkenalan dengan keluarga Senna yang ternyata tinggal di York juga dan sudah menetap selama 3 tahun disana untuk membuka usaha. Papa bahkan memindahkan Nadra ke private school yang sama dengan Senna agar mereka bisa berteman. Tapi sepertinya Papa akan menyesali keputusannya itu jika tau betapa rusaknya Nadra sekrang karna ulah Senna. Well tidak sepenuhnya salah Senna sih, salah Nadra juga yang tidak pernah menolak.

Kedekatan keduanya sering membuat banyak orang salah paham. Kedua orang tua mereka juga menyangka jika Senna dan Nadra berpacaran, tapi ya karna tidak pernah ada adegan 'menembak' membuat Nadra berfikir bahwa mereka hanya sebagai teman. Sangking dekatnya mereka, Nadra dan Senna memutuskan untuk saling memberikan 'momment pertama' mereka. Dan sejak kejadian itu lah keduanya justru semakin membutuhkan satu sama lain. Kalau kata Senna sih, Nadra itu seperti morfin yang membuatnya kecanduan.

Friends With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang