"Merindu"

43 3 0
                                    

"Cintaku seperti waktu yang berjalan tidak cepat atau lambat. Porsinya stabil tapi terus menerus. Kecuali kalau jam kamu kecepatan hehe..."
-Azura pada langit sore-

Flashback

Dalvin melangkahkan kakinya dengan riang. Ia mencari sosok perempun yang telah mencuri hatinya sejak dua tahun yang lalu. Ketika mereka masih sama-sama duduk dibangku SMP. Nama gadis itu Azura. Nama yang indah. Langit biru. Itulah maknanya. Dalvin juga tidak tahu sebelumnya. Nama itu agak asing. Sampai-sampai Dalvin penasaran apa arti dari nama gadis kesayangannya ini.

"Azura itu langit biru. Azura Aznii Fradella. Langit biru yang cantik pembawa kedamaian."

Betapa gemasnya Dalvin saat gadis yang biasa ia panggil "Zu" itu menjelaskan arti dari namanya.
Benar. Bagi Dalvin orang tua Azura sangat tepat mengaruniakan nama itu  pada Azura. Gadis itu tumbuh menjadi gadis yang indah. Baik paras maupun hatinya. Ia juga kerap kali membawa kedamaian. Setidaknya untuk Dalvin.

Dalvin terus melanjutkan langkahnya sampai ketika ia melewati taman belakang sekolah. Orang yang ia cari sedang duduk manis menikmati pemandangan. Menatap lurus ke arah danau yang tenang itu. Senyum Azura   mengembang ketika angin sejuk menghempas wajahnya. Rambut cokelatnya pun melambai indah. Membuat Dalvin ingin menyentuhnya.

"Zu."

"Lo Vin. Tumben kesini?"

"Gue mau ngomong sama lo Zu."

"Apa?"

Dalvin menyentuh wajah mungil gadis itu. Memutar lembut agar menghadap wajahnya. Azura tersentak.

"A...Apa?"

"Gue suka lo Zu. Gue sayang lo. Gue cinta lo."

"Ke...kenapa?"

"Apa cinta butuh alasan Zu?"

Bukan itu Vin maksud gue kenapa harus gue Vin.

Azura diam.

"Zu. Liat gue sekarang. Gue gapapa kalo lo gabisa nerima gue Zu. Gue cuma pengen ngungkapin perasaan gue selama dua tahun ini. Gue gabisa selamanya di sisi lo Zu. Gue bakal pergi."

"Kemana?" Azura menitihkan air mata.

"Gue gatau. Yang jelas ini bukan karena lo Zu. Gue emang bakal pergi. Tapi gue bakal balik dan bikin Zu gue senyum."

Azura menyenderkan kepalanya pada bahu Dalvin. Sore itu. Terakhir kalinya Azura melihat Dalvin.

Flashback off.

Azura menangis lagi. Karena Dalvin. Sebelumnya Azura tidak secengeng ini. Bahkan bisa dikatakan Azura adalah sosok yang kuat. Namun pada Dalvin ia berbeda. Ia sangat manja pada Dalvin. Ia bergantung pada Dalvin. Ia menyayangi Dalvin. Ia rindu Dalvin.

"Maafin gue Vin. Gue rindu lo."

                                 ---

Darren's pov

Aku berjalan menuju parkiran melewati taman belakang sekolah. Aku sengaja tidak lewat koridor kelas XII karena aku malas bertemu dengan Manda. Gadis itu selalu saja mengikuti kemana ku pergi. Bukannya tertarik aku malah nerasa jijik padanya.

Pemandangan indah. Gadis itu. Lagi-lagi raut wajahnya sedih. Kenapa dia? Apa hidupnya sehina itu sampai dia terus merutuki hidupnya dengan raut kesedihan itu.

"Maafin gue Vin. Gue rindu lo."

Vin? Siapa itu. Vina? Vino? Kevin? Udahlah bukan urusan gue juga. Mending gue balik.

                             ---

Author's pov

"Sialan. Pake mati segala." Azura merutuki HP-nya yang kehabisan batre. Disisi lain ada seseorang yang sedang mengamatinya. Penasaran dengan apa yang membuat gadis itu kelihatan kesal. Duduk tenang diatas motornya. Wajah tampannya tertutup helm membuat ekspresinya saat ini tidak terlihat.

Darren berusaha secuek mungkin atas apa yang terjadi pada Azura. Namun sekeras apapun ia berusaha tidak memperdulikan Azura tetap saja ia gagal. Ia tidak bisa. Justru ia semakin peduli.

Darren melajukan motornya. Ia berhenti di samping motor Azura.

"Kenapa motor lo?"

"Mogoklah. Gak liat?" Berusaha seketus mungkin menjawab pertanyaan Darren.

Darrem menatap Azura dalam-dalam. Tanpa Darren ketahui Azura setengah mati berusaha menstabilkan ritme jantungnya.

"Mau gue bantu gak?"

"Gausah."

Tanpa berkata apapun lagi Darren melajukan motornya meninggalkan Azura yang kini menyesali perkataannya.

"Kenapa gue nolak sih jadi susah sendiri kan. Ah bego juga." Ujarnya cukup keras.

"Motor lo mogok?" Azura tersentak.

"Iya."

"Mau gue bantu?"

"Coba nih." Radit segera mengutak atik motor Azura. Mencari penyebab mogoknya motor Azura.

"Yuk gue anterin."

"Ha?"

"Bensin lo abis. Yaudah gue anterin pulang. Pinggirin aja motor lo. Gue ambil motor gue dulu bentar ya."

"Iya."

                                   ---

Maaf ya kalo ada typo. Jangan lupa vote ya makasih. 😘

-Z-Where stories live. Discover now