"Bertemu lagi=Tersenyum lagi"

37 3 0
                                    

"Air matanya mengusik. Seolah aku merasakan kesedihannya. Ah, itu bukan urusanku."

Flashback

"Es teh satu, pake batu es bukan batu bata." Ini ga lucu. Gue juga tau. Pikir Darren. Entah kenapa Darren merasa harus mengatakan hal yang lucu walaupun alhasil yang ia katakan malah tidak ada lucu-lucunya. Namun Darren sedikit terkejut ketika mendapati gadis disampingnya menaikkan sudut-sudut bibirnya.

Dia senyum gara-gara gue? Batin Darren.

"Jelek." satu kata itu meluncur begitu saja dari bibir Darren. Ah sepertinya ia sudah gila. Darren sendiri juga tidaj tahu mengapa ia mengucapkan ejekkan seperti itu. Apalagi ia tujukan pada orang yang ia belum kenal, parahnya lagi orang itu sepertinya sedang sedih. Tidak tidak. Bukan sepertinya lagi. Dia sedang sedih. Darren melihat dia menangis dipinggir lapangan.

"Ngomong sama siapa lo?"

Ketus. Gadis itu ketus dan cantik. Setidaknya seperti itulah penilaian pertama Darren kepada gadis yang belum ia ketahui namanya.

"Lo jelek kalo sedih. Maksud gw pas senyum lo juga ga cantik. Standar aja. Terus lo murung bikin muka lo keliatan dibawah rata-rata." Darren bohong. Lihat saja betapa lekatnya Darren menatap gadis itu. Darren terpesona. Wajah manis juga imutnya. Dibingkai indah dengan rambut bergelombang kecoklatan yang panjangnya menyentuh punggung.

"Jangan sedih apalagi sampe nangis. Dan ini-" Darren menyodorkan sebuah ikat rambut.
"Ini punya lo kan. Kayaknya tadi jatuh pas lo lari-lari gak jelas." Sambungnya. Dengan nada sedikit mengejek. Kemudian ia berlalu begitu saja tanpa menunggu perkataan gadis itu selanjutnya.

Flashback off.

"Bisa-bisanya gue ngurusin hidup orang gitu. Ya dia mau sedih kek, seneng kek bukan urusan gue juga." Ujar Darren kesal atas apa yang ia lakukan tadi.

"Lo kenapa sih Ren?" Tanya Rian. Teman sebangku Darren.

"Ada lah." Ujar Darren tidak jelas. bukan memuaskan rasa keingintahuan Rian malah Rian dibuat tambah bingung olehnya. Tapi Rian tidak ambil pusing. Ia tidak mau memaksa Darren bercerita sebelum Darren sendiri yang ingin berbagi dengannya.

"Besok hari terakhir classmeeting kan Ren? Pulangnya cabut yuk kemana kek gitu."

"Yaudah. Ke caffe biasa aja."

"Tar gue ajak Manda deh. Oiya lo sama Manda sebenernya gimana sih?"

"Gitu."

"Yee si bahlul." Ujar Rian diikuti oleh lemparan buku yang sengaja ia layangkan pada Darren. Dan tepat mengenai belakang kepala Darren yang sedang menelungkupkan kepalanya.

---

Jumat. Ini hari terakhir classmeeting tahun 2014 di SMA Brawista. Ekspresi kebahagiaan terpancar dari setiap murid yang berdatangan. Terkecuali Azura. Ia masih murung. Ia teramat sedih atas apa yang Dalvin lakukan padanya. Pergi diam-diam. Tanpa Azura tahu orang sedang ia pikirkan juga merasakan hal yang sama. Bahkan lebih sakit.

"Ra. Ayo buruan bentar lagi bel. Final futsal bakalan dimulai lima menit lagi."

Azura menaiki tangga tidak bersemangat. Hingga sampai pada anak tangga terakhir. Huh lelah. Itu yang dirasakannya. Kelas Azura X MIA 3 berada dilantai 4. Itulah yang jadi alasan mengapa Azura jarang sekali ke kantin. Ia lelah menaiki dan menuruni anak tangga yang seolah meledek kekuatan kaki Azura. Azura lebih memilih membawa bekal. Lagian masakan ibu juga lebih enak. Begitu kalimat yang selalu diucapkan Azura kerap kali dipaksa kekantin. Namun bukan berarti Azura tidak pernah membeli sesuatu dari kantin sekolahnya. Ia selalu menitip minuman manis pada Putra, temannya yang rajin ke kantin.

-Z-Where stories live. Discover now