Mencoba Istiqomah

2.3K 37 3
                                    


Awal perubahanku, teman-teman mentertawakanku atas jilbab yang aku kenakan ini. Aku yang berkerudung panjang dengan jilbab menjuntai hingga lantai membuat mereka mengakak melihatnya. Entah apa yang ada didalam pikiran mereka, ada yang mencemooh bahwa aku ini sok suci, so alim, teroris, aliran sesat, bu haji, ibu-ibu, so bau surga, dan masih banyak lagi. Jika ada yang bertanya sakitkah atas kelakuan-kelakuan mereka itu padamu?, aku jawab tentu, namun aku telah berazam takkan melepasnya. Bagaimana jika ajal menjemputku dan kala itu aku masih mengumbar auratku?, pikirku merenungi.

Di Sekolah, kerudung yang aku kenakan ialah yang paling beda dari yang lain, lebar, panjang dan tidak transparan tentunya. Ada diantara mereka yang mengejek kerudung yang aku kenakan ini seperti taplak meja, mereka tertawa dan dari situlah saatnya aku harus berdakwah dan menjelaskannya bahwa ini adalah pakaian takwa, pakaian syar'i, pakaian yang dapat menggiring kita menuju Jannah-Nya. Jangan sampai kita tertawa diawal dan menangis di akhir.

Ejekan demi ejekan terus hadir menghampiri, hingga suatu hari mereka yang tak suka pada perubahanku kemudian memfitnahku dengan kejam. Aku dituduh hamil, mereka bilang aku pakai jilbab tiap harinya demi menutupi kehamilanku.

Astagfirullah...

Namun saat itu aku mencoba tuk tetap tegar...

Karena hanya orang-orang pilihan saja yang dapat istiqomah dijalan-Nya, seperti para sahabat terdahulu yang senantiasa setia menemani dan membela Rasulullah SAW. dengan Islam yang dibawanya tuk menyampaikan kabar gembira ke penjuru dunia.

Aku haruslah kuat dengan cobaan ini...

Banyak yang membela perubahanku dan mereka yakin aku tak melakukan hal sehina itu...

Aku harus terus maju...

Menerjang badai...

Jalanku masih panjang...

Aku tak mampu beralasan tuk berhenti ditengah jalan...

Untuk apa aku memulai melangkah jika aku harus berakhir ditengah jalan?

Mendiang Ayah menjadi penyemangat bagiku tuk selalu bertaubat kepada-Nya. Hidup harus lebih baik untuk menjadi orang yang beruntung karena kesuksesan adalah keistiqomahan bertemu dengan takdir.

Puisi untuk Ayah

Ayah...

Aku akan senantiasa membuatmu tersenyum seperti yang aku bisa...

Dan takkanku lupa, semua jasamu pada diri ini yang kadang berdusta...

Demi engkau yang a kucintai, aku takkan membuatmu terluka...

Aku takkan banyak tingkah...

Semoga engkau bahagia di alam sana, aku akan jadikan engkau ayah yang paling bahagia di alam sana...

Demi engkau yang ku sayang...

Kata-katamu selalu terbayang masih terngiang...

Selalu melayang-layang dalam pikiran...

Wahai penyemangat hidup...

Takkanku biarkan cahaya kecil itu redup...

Setitik cahaya itu aku usahakan takkan surup...

Kecintaanmu pada anaknya...

Membuat semangat menjalani lika-liku hidup di dunia, yang sungguh hanyalah fana belaka...

Suka dan duka...

Tangis dan tawa telah kita lalui bersama...

Ayah...

Terima kasihku atas bimbinganmu

kepada anakmu ini...

Semoga engkau disana bersenang hati...

-Tamat-

Catatan HijrahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang