Pergi Pada-Nya

1.6K 25 3
                                    



Sang Dokter berkata kepada kami, bahwa ayah masih tak kunjung sadar dari tempat berbaringnya. Hal itu membuat kami semakin gelisah dan terus berdo'a, saat itu kami khawatir akan suatu hal yang akan terjadi pada ayah. Kami pun mendorong sang Dokter agar senantiasa mengerahkan segala kemampuan yang dimilikinya bersama asisten perawat lainnya.

Tik...

Tik...

Tik...

Suara jam dinding berbunyi ditengah ruangan sepi, aku perhatikan ibu tengah terlelap dibahuku, kami duduk berdua ditengah suasana itu semua, tak lama kemudian hujan pun turun. Cukup deras dan membuat suasana terasa dingin sampai aku harus mengepalkan kedua tanganku. Mulutku terus bertasbih meminta pertolongan-Nya, air mata pun mulai surut dan tak terasa aku pun terlelap.

Gelap...

Gelap...

Semuanya gelap...

Gelap sekali...

Hitam...

Hitam pekat penglihatanku...

Aku terbangun dalam dunia mimpiku...

Aku tak melihat secercah cahaya sedikit pun...

Dalam mimpiku, aku terus berjalan perlahan disertai gemetar tubuh dan suasana gelisah. seorang diri melangkah kebingungan dan tak tahu harus apa. Lalu, aku mendengar suara seseorang seraya memanggilku perlahan, namun tetap saja aku kebingungan dan tak tau darimana suara itu berasal. Hanya gelap, gemetar, gelisah, yang aku rasakan kala itu. Tiba-tiba suara itu terdengar dibelakangku, aku pun berhenti melangkah, tanganku gemetar, bulu kudukku merinding ketakutan, aku was-was ingin menangis, sekuat tenaga kucoba berbalik tuk mengetahui suara siapa itu. Bergetar kakiku, begitu pula tanganku, aku cekram mulutku tuk menahan suara tangis walau air mataku telah lebih dulu keluar. Kubalikkan badanku menghadap kebelakang, dan tiba-tiba suara yang tadi aku dengar sejenak berhenti.

Aku takut...

Aku kepalkan tanganku kuat-kuat, air mataku mengalir semakin deras, keringat dinginpun turut membasahi tubuhku. Dalam keadaan ini diriku berdo'a pada-Nya, lalu tiba-tiba dihadapanku seperti ada sosok orang yang sedang berjalan perlahan, aku dengar langkah kakinya tepat berada dihadapanku.

Tap...

Tap...

Tap...

Langkah kaki itu seakan kaku, saat itu aku tak berani kemana pun, sebab aku telah terdiam kaku membatu, yang aku lakukan saat itu hanyalah memejamkan mataku dan pasrah pada sang Pencipta.

Saat itu...

Tepat berada dihadapanku...

Ia berkata...

"jaga dirimu wahai anakku"...

Saat itu aku terkejut dan terbangun dari tidurku, hingga ibu yang bersandar dipundakku pun demikian.

"ada apa nak?", berkata sang ibu.

"tadi Zahrah bermimpi dan didalam mimpi itu...", belum selesai aku ceritakan pada ibu kemudian salah satu asisten Dokter memanggil kami tuk ikut menuju ruangannya. Kami pun pergi dengan rasa yang tak karuan.

Kabar apa yang akan kami dengar darinya?

Setelah tiba diruangan sang Dokter, kami pun dipersilahkan duduk. Lalu sang Dokter melepas kacamata yang dikenakannya, diletakkannya di atas meja seraya mengepalkan tangannya dengan santai.

"ada apa Dok?", ujar ibuku

"bagaimana kondosi ayah Dok?", lanjut diriku.

Lalu sang Dokter pun menarik nafas seraya berkata...

Bahwa...

Sosok ayah yang kami tunggu kepulihannya...

Telah pergi pada-Nya...

Tepat pukul 21.00 WIB. Derai air mata tak mampu kami bendung, Kami pun bergegas minta diantar tuk melihat wajah ayah yang terakhir kalinya. Kepalaku mulai pening, dan saat itu aku terjatuh pingsan.

Padahal...

Perubahanku baru saja akan dimulai...

Namun...

Sayangnya engkau tak dapat melihat perjalananku wahai ayah...

Jenazah ayah segera dibawa menuju kediaman kami, saudara dan tetangga hadir melayat pada pagi harinya.

Suasana haru itu...

Membuat dadaku semakin sesak...

Kemudian...

Amira menghampiri seraya memelukku dengan erat, mengucap turut duka citanya atas kejadian ini. "aku turut berduka cita atas kepergian ayah mu rah, semoga amal ibadahnya diterima dan semoga almarhum dapat diterima disisi-Nya", ujarnya.

Jilbab hitam pemberian ayah...

Aku kenakan untuk mengiringi kepergiannya...

Aku baru menyadari ini...

Pemberian ayah yang terakhir...

Hitam dan berduka...

Jilbab pertama dan terakhir dari ayah kenangan penuh luka, aku telah berjanji untuk selalu mengenakan jilbab dan aku takkan melepasnya, aku akan berusaha istiqomah didalamnya. Aku akan membuatmu tersenyum di alam sana, Takkanku tambah bebanmu wahai ayah. Aku akan terus berusaha memperbaiki diriku, meninggalkan kotor hidup jahiliyahku dimasa lalu, dan mencoba tuk terus ikhtiar dalam menjemput ridha illahi. Karena suatu saat nanti, aku pun akan menyusulmu wahai ayah. (bersambung)

***

Catatan HijrahkuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon