dua - dia sangat cepat

2.6K 170 12
                                    

(🏹)

playing : us - james bay

Hari Sabtu ini cerah, aku sudah berpakaian rapih, dan duduk di bangku taman rumah.

Rumahku, ralat lebih tepatnya rumah kedua orang tuaku ini cukup luas, hanya untuk ditinggalkan oleh aku, sebenarnya ada pembantu, hanya saja dia tidak menginap.

Sepertinya hidupku sudah direncanakan oleh Papa, tiap bulan aku di kirimkan uang dan ditanggung sampai Aku menikah.

Oleh sahabat Papaku, Leo, yang sudah kuanggap, sebagai abangku sendiri, dan sekarang Leo mengurus perusahaan milik Papa.

Aku anak satu-satunya keluarga lavera.

Aku sendiri merasa asing bersama saudaraku, entahlah, rasanya seperti sungkan.

Akupun merasa bosanku sudah melebihi batas, aku harus keluar mencari udara segar.

Aku mengunci pintu, setelah mengambil tas yang akan ku bawa, kaki ku melangkah, menelusuri gang-gang kecil, singkat ku berjalan.

Aku sudah sampai ditempat yang ku tuju, gedung tua, yang sudah menjadi tempat kesukaanku dari sekolah menengah, di sana tenang, cocok untuk menjernihkan pikiran.

Aku berjalan memasuki gedung tua ini, gedung ini sudah lama tak terpakai, aku sering kesini bersama Leo, dulu sebelum dia sesibuk sekarang.

melangkahkan kakiku menaiki satu persatu anak tangga, gedung ini tidak terlalu tinggi, hanya 8 lantai, itung itung olahraga juga buat sampe ke rooftopnya.

kedatangan ku pun di sambut dengan hembusan angin, mata ku terpejam, ku hirup udara kuat-kuat, dan ku buang perlahan.

Udara disini memang segar, ku dudukan bokongku di lantai atap, ku nikmati setiap angin yang bertabrakan mengenai wajahku.

Sudah cukup menikmatinya, aku pun mengambil kotak didalam tas, kotak rokok, dan terduduk.

Apa iya, ngerokok?

"Satu batang aja, saya jamin, bakal ketagihan"

Akupun menengok, untuk mencari sumber suara itu. Drean

"Hai lena"

"Lo ngapain?"

Drean duduk dan bersandar di tembok sebelahku.

"Sejak pindah, saya udah lama ga kesini, dulu saya sering banget kesini"

"Rokoknya buang len, ngerokok ga nyelesain apapun, itu cuma kesenangan sesaat"

Drean pun mengambil semua kotak rokokku, dan membuangnya asal, melihat tindakkannya yang seperti itu seharusnya aku marah, namun aku tidak melakukan apa apa.

"Seneng sesaat gpp kan? Dari pada gasama sekali" akupun menjawabnya.

"Susah diakhir, kamu mau bikin orang repot di sekitar kamu?"

"Gaada juga orang yang deket di sekitar gue"

"Saya gpp di repotkan sama kamu, kalo kamu mau"

Masih mencerna perkataan Drean

"Jadi lo mau gue susah, iya?" Akupun menjawab, kesel juga sih.

"Padahal bukan itu jawaban yang saya harapankan, dari kamu" sesudahnya Drean tertawa.

"Lah ko malah ketawa"

"Saya mau dekat sama kamu lena, kalo boleh"

Setelah senyum tipis kamarin, perkataan Drean sekarang benar benar membekas di pikiranku.

"Nih, masih banyak waktu, saya duluan len"

Drean memberiku permen, setelah bilang seperti itu, bener bener, Udah formal, bikin kepikiran terus.

Dan mulai sejak itu aku yakin hidupku pasti akan berubah.

Aku memutuskan untuk pulang karena senja sudah berubah menjadi gelap.

(🏹)

Aku menyusuri gang-gang sempit dan gelap, minim sekali pencahayaan di gang ini.

Baru ingin melangkah, tapi ada yang menghalangi jalanku, dia seorang pria, berbadan tegap, orang itu sangat menakutkan, hingga aku melihatnya bergidik takut.

Dengan cepat Aku memutar balik badan, mencoba berlari ke gang yang ramai, namun talambat orang itu lebih cepat dari diriku, benar benar, Drean tolong aku.

Ntahlah efek baru bertemu tadi, atau apa, jelas jelas aku mengharapkan Drean datang dan menolongku.

Dengan sigap orang itu mulai mencekikku, hingga rasanya Aku tidak bisa bernafas, orang itu mendekat ke leherku, dan mengendus, aku memejamkan mata takut.

Dari sebrang gang terlihat seorang yang sedang berlari amat cepat, dan langsung memukul orang yang sedang mencekikku.

Aku menghirup rakus udara disekitarku, rasanya leher ku tercekat, aku baru menyadarinya leherku tergores dengan orang itu, mataku sudah tak kuat lagi terjaga.

tapi, dia siapa? Apa dia menolongku, atau mau menculik ku,

"Lena tidak apa-apa?" aku mendongak keatas melihat siapa yang ada di hadapanku.

"Drean..." Mataku tak kuat lagi, palaku benar benar pening, tak lagi leherku terus mengelurkan darah.

"Saya bawa kamu kerumah sakit, jangan sampe tidur, usahain jangan tidur len"

(🏹)

 I LOVE MY VAMPIRE (REVISI) Where stories live. Discover now