"I'd offer you this, but well, it's empty now," kata Raven sambil mengangkat botol kecil tersebut. Jonathan hanya menatap Raven dengan pandangan tidak percaya. Ia menggelengkan kepalanya.

"You truly are a monster," ucapnya kasar.

Raven hanya mengangkat bahunya sambil membereskan barang-barangnya yang berada di mana-mana.

"I never said I was a saint. Besides, I'm sure you're not that innocent either," kata Raven, mengancingkan tasnya. "For your information, that woman has nothing to do with you people."

Jonathan hanya terdiam menatap kedua mata Raven dengan dingin. Raven berjalan ke belakangnya dan memegang rantainya.

"I'm going to snap your neck once again just because I don't trust you," kata Raven. "Yet," tambahnya.

Jonathan hanya menatap ke depan dengan dingin ketika suara leher yang dipatahkan menggema di seluruh gudang tua itu. Raven kemudian memotong rantai yang mengikat vampir tersebut di kursi kayu. Ia kemudian menarik tangan kanan vampir itu dengan kasar sambil menjingjing tasnya. Ia menyeret vampir yang tidak sadarkan diri itu ke mobilnya yang ia parkir tidak jauh dari gudang itu di belakang pohon-pohon sehingga tempatnya agak sedikit tersembunyi.

Raven membuka bagasi mobilnya dan dengan menggerutu menggendong Jonathan dan memasukkannya ke dalam. Bukan mendorong, lebih tepatnya melemparnya dengan kasar. Ia kemudian mengikat kedua tangan dan kaki Jonathan menggunakan rantai silver yang telah dilumuri vervain. Setelah itu, ia menutup bagasi mobilnya dengan keras.

"Amat sangat menyusahkan," gerutu Raven sambil membuka pintu mobilnya dan melempar masuk tasnya.

Ia kemudian menginspeksi luka di wajahnya melalui rearview mirror mobilnya. Ada beberapa memar di bagian matanya dan pipi kirinya. Ia menyentuh bibirnya yang sobek dan mendesis ketika dirasakannya rasa sakit menjalar tubuhnya.

"Fuck," umpatnya.

Raven kemudian menyalakan mesin mobil dan menyetir mobilnya keluar dari sana. Ia tidak tahu kenapa ayahnya mengirimkan seorang pembunuh untuknya. Tetapi satu hal yang pasti, ayahnya menginginkannya mati dan ia tidak akan berhenti hingga jasad Raven berada di tangannya.

Raven menyetir mobilnya hingga sampai di penginapan kecil tempat ia seharusnya bermalam. Ia memutuskan untuk segera meninggalkan kota kecil itu. Ayahnya mengetahui keberadaannya dan Raven tidak tahu kapan seorang pembunuh akan datang mendobrak pintunya. Ia tidak tahu kapan sebuah peluru akan meleset menuju kepalanya dan ia tidak yakin ia bisa selamat dari serangan yang akan datang. Jika ayahnya ingin membunuhnya, maka cepat atau lambat Raven akan mati dan ia tahu itu. Tidak ada orang yang pernah selamat dari ayahnya.

Raven membereskan barang-barangnya yang berada di dalam kamar tersebut dan mengembalikan kunci kamar kepada resepsionis. Ia kemudian segera memasuki mobilnya dan keluar dari kota kecil itu. Ia tidak peduli apakah vampir yang membunuh warga kota itu masih berkeliaran di luar sana atau tidak. Yang ia khawatirkan adalah keselamatan dirinya. Karena satu-satunya hal yang ia ketahui seluruh hidupnya adalah selalu bertahan hidup apapun caranya.

Langit sudah mulai gelap ketika Raven akhirnya memberhentikan mobilnya di depan sebuah penginapan kecil yang berada di pinggiran sebuah kota kecil. Ia kemudian mematikan mobilnya sebelum berjalan ke belakang mobil dan membuka bagasi. Jonathan sedang terbaring di dalamnya dengan rantai yang mengikat tangan dan kakinya. Ia menatap Raven dengan dingin.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 24, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

THE HUNTERWhere stories live. Discover now