"Lalu, apa aku harus mengikuti remedial lagi?" Tanya Taehyung seraya meletakkan kertas nilainya di atas meja.

"Kau sudah melakukannya lima kali. Sepertinya aku harus memanggil orangtuamu untuk diberi bimbingan khusus," ujar Hyungsik tenang.

Taehyung menggeleng cepat. "Jangan! Apa yang akan kau lakukan? Orangtuaku sedang sibuk bekerja di Busan. Ada cara lain?"

Hyungsik menyandarkan punggungnya pada bantalan kursi kerjanya, mengetuk keningnya dengan ujung jari seolah sedang berpikir. "Nenekmu saja?"

Taehyung membuka bibirnya, bukan untuk bicara. Ia sedang menahan rasa pilu yang mendera di hatinya ketika mendengar kata 'nenek' mencelos dari bibir Hyungsik. "A-aku tidak bisa."

Hyungsik menegakkan punggungnya. "Kenapa? Supaya ada walimu yang tahu betapa cerobohnya kau meremehkan pelajaran."

Kedua telapak tangan Taehyung menyatu secara refleks di depan wajahnya, matanya ikut terpejam seakan-akan ia memohon dengan sangat. "Nenekku sedang sakit! Kumohon, jangan buat pikirannya semakin terganggu."

"Lalu, apa kau sendiri punya solusi lain?"

Taehyung mengerjap, sejenak ia berpikir apakah cara licik yang ada di dalam otaknya dapat disetujui oleh Hyungsik.

"Aku akan membantumu agar bisa lebih dekat dengan Jungkook," Kalimat itu terlontar tanpa kehati-hatian dari bibir Taehyung.

Hyungsik memiringkan kepalanya. "Apa yang kau bicarakan?"

"Kau menyukai Jungkook, 'kan?" Tanya Taehyung, terdengar mengintimidasi.

"Jangan sok tahu," jawaban Hyungsik bertolak belakang dengan wajahnya yang kini sudah memerah karena malu.

"Ah, seharusnya kufoto saja kegiatan kotor yang kau lakukan dua minggu lalu. Aku hanya sempat menyaksikannya sebentar," ujar Taehyung memalingkan wajahnya.

Hyungsik bangkit dari tempat duduknya, menghampiri Taehyung dan menarik kerah seragam pemuda itu. "Apa yang kau lihat?!"

Tangan Taehyung tidak tinggal diam, ia singkirkan tangan Hyungsik darinya. "Santai. aku pun suka melakukannya. Itu wajar dilakukan oleh seorang laki-laki. Tapi yang kupikirkan itu wajah seorang gadis cantik. Tapi kau? Kenapa Jungkook?" Katanya kemudian tertawa terbahak-bahak.

Hyungsik mengepalkan kedua tangannya setelah dipermalukan oleh murid sialnya itu. "A-aku memang memiliki obsesi yang aneh terhadap Jungkook. Masalah buatmu?"

"Tapi, Jungkook itu sama denganmu. Seorang laki-laki tulen. Apa yang kau lihat darinya?" Taehyung terbatuk, tersedak air liurnya sendiri.

"Semuanya. Semua tentang Jeon Jungkook, aku begitu menyukainya. Dari parasnya yang tidak pernah bosan kulihat sampai pada kepribadiannya yang tidak banyak tingkah. Kupikir dia sangat menarik dan menggemaskan," Hyungsik menjelaskan tanpa mengendalikan urat malunya, tatapan pria itu memandang kosong karena pikirannya sedang membayangkan sesuatu.

"Untuk ukuran seorang laki-laki, tubuhnya juga terbentuk dengan proposional. Aku sering mandi bersamanya sesaat setelah latihan basket," Taehyung menambahkan rincian soal Jungkook dengan maksud menggoda Hyungsik.

"Apa?! Cih, kau sangat beruntung," pekik Hyungsik seraya menepuk pelan kepala Taehyung.

"Kalau Hyungsik-nim mau, aku bisa mewujudkannya. Asal dengan satu syarat. Apapun yang terjadi dengan hasil nilaiku sekarang atau nanti, kau harus membuatnya menjadi bagus. Tidak ada remedial. Dan tidak ada panggilan untuk orangtuaku!" Taehyung tersenyum miring.

Dengan hasratnya yang menggebu, Hyungsik tidak perlu berpikir panjang soal keinginan Taehyung yang kurang ajar itu. Kepalanya mengangguk dengan yakin. "Aku setuju. Tapi kau punya suatu tugas."

Taehyung membulatkan mulutnya, "wah, senangnya! Baiklah apa itu?"

"Aku ingin kau memberikan Jungkook sebuah post-it  di lokernya. Kalau bisa setiap hari. Isi pesannya biar aku yang memikirkannya. Tapi kau mengirimkannya ke loker Jungkook," Hyungsik memberi jeda untuk menjilat bibir bawahnya yang terasa kering. "Namun pastikan tulisannya harus bagus, bagaimanapun caranya."

"Hanya itu?" Tanya Taehyung memastikan.

"Ya. Mudah, bukan? Tapi jangan sampai bisnis kita diketahui oleh orang lain. Siapapun itu, kau harus merahasiakannya," gertak Hyungsik sebelum ia mendekatkan bibirnya di telinga Taehyung. "Atau kau tidak akan segan ku bunuh."

Taehyung menelan salivanya dengan susah payah, menganggap ancaman Hyungsik benar-benar serius. Ia pun mengangguk kaku. "Y-ya, aku mengerti."

"Yasudah. Kau boleh keluar."

Hyungsik mempersilahkan Taehyung untuk angkat kaki dari ruangannya. Pria muda itu melonggarkan dasinya guna mendapat udara lebih untuk pernapasannya yang sempat terganggu.

Bukan karena penyakit, tetapi ia sempat kalut atas kesaksian yang muridnya lakukan. Ia telah ceroboh tapi ternyata membuahkan hasil yang cukup manis ke depannya.  Bahwa ia tidak perlu repot menyatakan perasaannya pada Jungkook melalui post-it yang rencananya akan diberi teka-teki. Karena Taehyung akan membantu menyalurkannya.

Sementara Taehyung, ia merasa lega dengan keputusan yang dibuatnya bersama si guru super aneh tadi.  Entah kenapa, ia berpikir kalau sebentar lagi Jungkook akan hancur. Tidak hanya dalam segi reputasi, tetapi juga harga dirinya.

Taehyung merasa, ia akan meraih sebuah kemenangan yang menantinya sebentar lagi.

Tunggu saja..


♥♡♥♡♥·♥♡♥♡♥

anonymous (Fanbook Version ON EDITING)Where stories live. Discover now