Aku membuka aplikasi chatting untuk memberi kabar pada Dong Jae tentang masalahku. Saat sudah menemukan nama Dong Jae, aku terdiam untuk beberapa saat. Foto profil Dong Jae bersama dengan seorang perempuan bule. Aku memperbesar foto profilnya dan melihat Dong Jae yang sedang merangkul perempuan itu. Mereka terlihat mesra dan cocok sekali.

Rasa sakit timbul lagi di hatiku. Aku mengurungkan niat untuk memberitahu Dong Jae dan menutup aplikasi chatting tersebut. Bagaimana bisa masalah datang bertubi-tubi seperti ini padaku?

Ya, aku masih belum bisa move on dari Dong Jae. Padahal sudah 1,5 tahun lebih aku tidak pernah bertemu dengannya. Dong Jae sudah menjadi mahasiswa jurusan bisnis di Universitas Harvard. Dia sudah jarang pulang ke Korea karena kesibukannya di tempat kuliah. Kalau pulang ke Korea pun, dia hanya dapat singgah ke Jeongseon–rumah orangtuanya–dan tidak pernah sempat main ke Seoul.

Sepertinya Dong Jae sudah menemukan kekasih disana. Aku ingat 1,5 tahun yang lalu saat aku menyuruhnya untuk berteman disana, tetapi bukan maksudku untuk mencari kekasih disana. Sakit hatiku juga bertambah karena dia tidak cerita apa-apa padaku. Aku merasa seperti orang bodoh.

Mungkin ini saatnya aku move on dan mencari laki-laki lain yang juga menyukaiku. Tidak ada gunanya menunggu Dong Jae yang sudah punya kekasih seperti sekarang. Saat dia tidak punya kekasih saja dia hanya menganggapku sebagai sahabat, bagaimana dengan sekarang saat dia sudah mempunyai kekasih?

Aku menggelengkan kepala untuk menghapus bayangan dan pikiran mengenai Dong Jae. Aku melihat sekeliling yang sudah sepi. Latihan hari ini telah selesai. Aku sama sekali tidak menikmati latihan hari ini, tidak seperti hari-hari kemarin. Jiwaku tidak menyatu dengan ragaku sama sekali.

Ye In masih setia menemaniku kemanapun. Kini kami sudah berada di luar gedung SM. Aku melihat Dyo yang sudah lengkap dengan penyamarannya, pakaian seperti ninja. Walaupun dengan pakaian seperti itu, aku masih dapat mengenalinya. Aku berusaha tersenyum padanya dan dibalas dengan senyuman yang sejak tadi tidak aku lihat.

"Ye In-ah, aku ada urusan dengan Dyo sunbae," kataku pada Ye In yang dijawab dengan senyuman jahilnya.

"Oke, kalau ada apa-apa kau bisa menghubungiku," katanya sambil melambai padaku dan hilang di tengah kegelapan.

Aku menghampiri Dyo yang sedang berdiri tidak jauh dariku. "Annyeong, sunbae," sapaku pada Dyo.

"Ayo kita ke basement untuk mengambil mobilku." Aku mengikuti langkahnya. Kami hanya diam selama perjalanan ke basement dan membuatku merasa risih.

"Kita mau kemana, sunbae?" tanyaku saat sudah masuk ke dalam mobil Dyo.

"Kau bisa memanggilku Dyo... oppa saja?" katanya tidak nyambung dengan pertanyaanku.

Aku terkejut mendengar permintaannya. "Oke kalau itu mau sunbae... Emm, maksudku oppa," kataku malu-malu. Yaampun ada apa denganku?

"Kita akan ke sebuah tempat makan yang sangat aku suka."

"Kau tidak takut ketahuan?"

"Tenang saja, aku sudah sering menyamar dengan pakaian seperti ini dan tidak pernah ketahuan." Setelah itu hening menyelimuti mobil ini lagi.

...

Kakiku melangkah masuk ke dalam sebuah tempat makan yang cukup mewah. Aku merasa salah kostum karena hanya memakai kaos dan celana jeans–pakaian kebangsaan setelah aku selesai latihan. Tetapi sepertinya Dyo tidak mempermasalahkan hal tersebut dan tetap menuntunku untuk masuk ke dalam tempat makan ini.

Kami duduk di meja yang berada di pojok karena tidak mau mengambil resiko ada yang mengenali Dyo. Setelah selesai memesan makanan–yang ternyata harganya selangit, untung Dyo mau menraktirku malam ini–kami diam lagi dan aku mulai risih dengan keadaan ini.

"Oppa," panggilku pada Dyo.

"Hmm?"

"Kau cemburu dengan Chanyeol sunbae?" tanyaku to the point. Pertanyaanku tidak dapat ditahan lagi karena melihat sikapnya saat bertemu kemarin–saat aku sedang bersama Chanyeol.

Dia hanya diam dan tidak menjawab pertanyaanku. "Tidak apa-apa kalau oppa tidak mau menjawab pertanyaanku."

"Ya, aku cemburu." Kenapa Dyo harus cemburu? Apa jangan-jangan...

"Kenapa kau bisa cemburu dengan Chanyeol sunbae?"

"Aku... Aku menyukaimu." Satu kalimat yang membuat tubuhku menegang. Tidak pernah terlintas di pikiranku untuk disukai oleh seorang idol yang disukai oleh banyak orang seperti dirinya. "Bagaimana denganmu, Eun Ra?"

Ada yang aneh dengan diriku. Saat mendengar pernyataan dan pertanyaan Dyo, yang terlintas di pikiranku adalah laki-laki gila itu. Chanyeol yang sedang memamerkan gigi-gigi putihnya padaku, senyum yang tadinya terasa menyebalkan tapi sekarang terasa sangat manis, kejadian kemarin saat dia memasak untukku.

Mungkin aku sudah gila sekarang.

...

A/N : Hayoo, apa jawaban Eun Ra ya? Kalo penasaran ikutin terus ya ceritaku hehe.

Sampai ketemu di chapter 20!

-PinkyLinn

LITTLE STAR [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang