"Sepertinya asisten wakil CEO benar-benar serius dengan omongannya tadi," bisik Ye In persis di telingaku.

"Kau benar, baguslah kalau begitu. Supaya laki-laki itu bisa cepat pergi dari sini. Aku sudah muak melihat wajahnya." Aku melihat Kyo Woon yang sedang meronta-ronta karena tidak mau diajak pergi baik-baik oleh bodyguard itu. Seharusnya dia diam saja supaya masalahnya cepat selesai.

"Yah, kalian mau apakan saya?" jerit laki-laki itu seperti perempuan yang mau diculik.

"Sebaiknya Anda diam saja kalau tidak mau kami bertindak kasar," kata salah satu bodyguard yang ototnya sangat besar. Kalau aku macam-macam dengannya, aku yakin dengan satu sentilan aku pasti sudah pingsan.

Sepertinya dia takut dengan ancaman bodyguard itu, dapat dilihat dari mulutnya yang sudah terkatup rapat. Tapi tidak dengan tangannya yang masih terus meronta-ronta. Aku baru ingat dengan seseorang. Aku langsung mencari orang itu dan mendapatinya ada di pojok ruang latihan dengan wajah yang cemas. Shin Ha Mi, dia terlihat khawatir dan takut. Mungkin dia takut skandal dirinya dengan laki-laki itu akan terbongkar.

Aku tidak ambil pusing dengan dirinya, karena itulah akibat yang harus diterimanya. Dia sudah berani melakukan, artinya dia juga sudah siap dengan resiko yang akan dia tanggung.

Keadaan mulai tenang setelah laki-laki itu dibawa keluar. Seseorang yang aku kenali sebagai juri audisi–wanita dengan rambut panjang indah yang mengataiku pendek–masuk ke dalam ruang latihan.

"Selamat sore semua. Perkenalkan saya Mirae selaku rekan dari Kyo Woon. Saya mau minta maaf atas kejadian yang baru kalian lihat. Ada masalah antara Kyo Woon dengan pihak agensi, jadi dia akan menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu. Sekarang saya akan menggantikannya menjadi penanggungjawab kalian sementara. Kalian bisa berlatih seperti biasa," katanya dengan nada tegas.

Para trainee mulai berisik lagi karena mereka membicarakan laki-laki itu. Mereka mulai berspekulasi mengenai masalah yang dihadapi oleh dirinya. Ingin rasanya aku membeberkan kebejatan dari dirinya, tapi itu bukan hakku. Aku akan menunggu sampai ada berita resmi dari pihak agensi. Aku akan berpura-pura polos dan sama dengan trainee lain, tidak tahu sama sekali mengenai masalahnya.

Perasaan senang dan puas mulai menjalar di hatiku. Laki-laki itulah yang menggoda Soo Ri sehingga dia terjatuh pada jebakan brengseknya. Aku belum bertanya apa saja yang sudah dia lakukan pada sahabatku. Semoga saja bukan sesuatu yang buruk. Bayang-bayang Soo Ri tidak lepas dari pikiranku. Aku ingin sekali memberi kabar bahwa aku baik-baik saja dan menanyakan bagaimana kabarnya.

"Eun Ra-ya, jangan melamun saja. Ayo kita latihan," ajak Ye In padaku.

Hari ini sudah kesekian kalinya aku melamun. Ye In pasti sangat mengerti sehingga dia tidak pernah jauh-jauh dariku hari ini. Dia yang selalu menyadarkanku dari lamunan dan memberitahuku untuk bersikap biasa saja. Satu lagi sahabat yang aku punya dalam hidupku. Aku beruntung bertemu dengan Ye In dalam kehidupan trainee yang berat ini.

"Tuh kan melamun lagi. Yah Eun Ra!" Ye In mengguncang bahuku sehingga aku tersadar dari lamunanku lagi.

"Mian, Ye In-ah. Gomawo sudah mau menjadi sahabatku," kataku sambil merangkulnya untuk kembali latihan.

...

Hari ini terasa sangat panjang bagiku. Latihan rutin yang begitu melelahkan ditambah dengan masalah yang menghantui. Aku mengambil handphone yang ada di dalam tasku dan menyalakannya. Sejak tadi setelah memperlihatkan rekaman pada wakil CEO, aku langsung menonaktifkan kembali handphoneku tanpa melihat notifikasi yang masuk.

103 missed calls from Soo Ri

Soo Ri meneleponku sampai 103 kali? Ada perasaan bersalah karena tidak menyalakan handphone daritadi. Tapi walaupun aku menyalakan handphone, belum tentu aku akan mengangkat saat Soo Ri meneleponku. Aku belum siap untuk berbicara dengan Soo Ri lagi.

LITTLE STAR [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang