28. Perfect Imam-Akhir Dari Kemiri dan Seledri

1K 63 8
                                    

Nayla menyeruput teh susu yang dibuat Fadil, rasanya memang enak. Apalagi Fadil selalu menambahkan sedikit perasan lemon ke dalamnya.

"Mau lagi, Nay?"

Nayla menggeleng. "Tinggal kue jahe nya ini."

"Nanti deh dibikinin sama Bunda." Rike ikut duduk disofa.

Sejak kepindahan mereka ke Indonesia, mereka lebih sering membuat teh susu dicampur sedikit perasan lemon. Rasanya manis juga asam, dan lebih nikmat jika ada kue jahenya.

Nayla memperhatikan Fadil lama, kenangan dulu saat mereka pertama menikah membayanginya saat ini. Dulu Nayla sangat menolak Fadil, dulu Nayla sangat membenci Fadil, Fadil bagai monster yang siap menghancurkan kehidupannya.

Sekarang, Nayla tanpa Fadil bukan apa-apa. Sekarang Nayla tidak bisa hidup tanpa Fadil, tidak bisa apa-apa tanpa Fadil.

Nayla mengusap sisi matanya, air matanya keluar begitu saja, hatinya juga sakit mengingat perlakuannya kepada Fadil dulu. Ingin rasanya meminta maaf yang mendalam, tapi gengsi.

Fadil merengkuh tubuh Nayla. "Kamu kenapa nangis?"

"Aku gak apa-apa."

"Kenapa? Coba cerita sayang, apa perut kamu sakit?"

Nayla menggeleng lalu memeluk Fadil. "Aku cuman kelilipan."

Fadil terkekeh. "Coba aku lihat, kelilipan apa sih?"

"Anginnya gede, jadi mungkin ada debu masuk."

"Kalau cintaku yang masuk mungkin gak bakal sakit." Canda Fadil, tapi membuat Nayla diam.

"Mas, peluk aku dong. Aku ngerasa pengin di peluk terus sama kamu."

"Tumben kamu, biasanya kamu suka alibi kalau baby nya pengin di peluk."

Nayla tersenyum lalu mengeratkan pelukannya. "Kali ini aku yang mau."

*****

Kali ini Nayla ikut ke kantor Fadil, karena dirinya sekarang tidak bisa jauh dari sang suami tercinta. Pikiran kemarin masih membayanginya. Selain itu, Nayla juga takut Fadil pergi jauh darinya.

"Kamu jalan sama bumil malu nggak?"

"Ngapain musti malu?" Tanya Fadil.

"Di kira nanti kamu jalan sama tante-tante lagi."

Fadil tertawa. "Ya kali, kamu masih muda juga," saat menunggu kemacetan Fadil membungkukkan badannya agar pas di perut Nayla, "Baby boy, what are you doing?"

"Ko boy sih?"

"Kan di pecahan kelapa waktu itu?"

"Ya kali Mas, kamu percaya banget."

Fadil menggidikan bahunya lalu mencium perut buncit Nayla. "What are you doing? Your parents always love you."

Tiba di kantor, semua orang memerhatikan perut Nayla yang buncit. Diantara mereka ada juga yang memberi selamat kepada Nayla dan Fadil.

Nayla hanya bisa memperhatikan Fadil yang berkutat dengan kertas, pulpen juga komputernya. Nayla tidak mau mengganggu apalagi menjahili Fadil yang nampak serius. Benar kata Mamah, laki-laki terlihat tampan ketika sedang bekerja. Fadilnya sangat tampan.

Perfect ImamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang