6 - Open Secret

260 19 7
                                    

Hai ^^ saya kembali
Maaf lama menghilang ~

SIDE (YOU)  sekarang akan update setiap kamis ^^

Boleh minta pendapatnya setelah baca bagian ini? Karna saya butuh pandangan orang lain agar karya ini bisa berkembang baik ^^ karna saya merasa cerita ini kurang diminati T.T

Terima kasih sudah setia menunggu dan membaca cerita saya

Selamat menikmati kisah Ayay dan Leon ♡♡
====================

Langkah demi langkah digeraknya dengan berlahan. Suara sehalus goresan benang enggan dikeluarkan olehnya. Giginya sibuk menggigit bibir bawahnya, gelisah dengan pilihannya. Matanya celingak-celinguk mengawasi sekitarnya yang kala itu gelap gulita.

Orang itu adalah Ayay yang tengah mengendap-endap di kediamannya sendiri. Karna rasa penasaran terhadap Leon yang terys menggerogoti dirinya, Ayay nekat mengendap-endap dirumahnya sendiri.

'Jangan ada suara, kumohon...' mohon Ayay dalam hati seraya terus melangkah pelan mendekati kamar Leon.

Ayay menarik napas sangat pelan bahkan beberapa kali dirinya rela menahan nafas, enggan membiarkan udara menciptakan suara yang sedari tadi dihindarinya. Sesampainya, Ayay berlahan-lahan membuka pintu kamar Leon.

Grekkkk, suara pintu.

'Aish! Apa ini pintu tua? Kenapa bunyinya nyaring sekali?!' Ayay memejamkan matanya seraya mengumpat kesal.

Tangan dengan erat masih menggengam gagang pintu, tak ingin suara yang lain kembali muncul.

Setelah merasa aman, Ayay mulai mengintip di celah pintu. Gelap, bahkan lebih gelap dari ruangan yang baru saja dilaluinya. "Apa dia selalu tidur dalam kegelapan?" ucap Ayay berbisik.

Merasa tak ada apapun yang dapat menjadi petunjuk, Ayay berhenti mengintip dan hendak kembali menuntup pintu.

"Berhenti mengganguku!"

Sebuah suara berhasil membuat Ayay membeku di tempat. Tubuhnya dengan refleks tiarap dilantai dengan posisi tangan menutupi kepalanya.

'Apa aku ketahuan?' tanyanya dalam hati dengan mata tertutup.

"Hahaha... Kau berkata seolah aku ini anak kecil yang akan patuh," balas suara lain.

'Suara lain?'

"Sejak awal kau memang anak-anak, SAI-YEN!"

"Namaku Saen. SA-EN. Bukan nama kekanakan itu!" balas suara itu lagi.

Mata Ayay membulat kaget mendengar nama yang familiar dipendengarannya. Dengan gesit dirinya mengintip di celah pintu yang kala itu belum tertutup sempurna olehnya.

Hanya seperdetik tubuhnya mengkaku ditempat. Tubuhnya yang sebelumnya tegang berlahan-lahan bergetar. Antara mata dan otaknya sibuk mensikronisasikan apa yang tengah terjadi.

Matanya kini fokus kearah cahaya redup di dekat cermin yang kala itu tengah memantulkan bayangan Leon dan seorang yang tak pernah diduganya akan dilihatnya, Saen.

"Saen?" ucap Ayay tak sadar.

Leon yang kala itu memandang tajam Saen sontak menoleh kearah sumber suara. Ayay tak bergeming, tubuhnya mematung dengan kaki yang bergetar halus. Matanya masih fokus pada cermin yang kini sudah tak memantulkan bayangan Saen lagi.

"Apa yang kau lakukan?!" bentak Leon seraya mendekat kearah Ayay.

Menyadari mulutnya berucap tanpa permisi, Ayay berlari pergi menjauhi kamar Leon, lebih tepatnya menjauhi rumahnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 02, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SIDE (YOU)Where stories live. Discover now