5 - Other

253 25 5
                                    


Tatapan tajam yang menusuk memantul di cermin datar megah dihadapannya. Sentimental emosinya memonopoli suasana kamarnya yang kala itu diselimut kegelapan. Penerang seolah enggan hidup memberi cahaya pada insan yang tengah berdiri kaku dihadapan cermin.

Leon memicingkan salah satu alisnya seraya terus memandang cermin dihadapannya.

"Apa mau mu lagi?" Leon menatap sisi sebelahnya yang kosong di dalam cermin.

"Mengapa kau lakukan ini?" tanya balik suara yang bergema diruang kamarnya.

Leon terkekeh ringan masih memandang pantulan ruang kosong di cermin. Berlahan-lahan sesosok pria berdiri tepat diarah tatapan Leon.

"Aku meminta bantuanmu bukan untuk menyakitinya," geram sosok pria di cermin itu.

"Kau pikir sejak awal aku mau membantumu?" tantang Leon.

Pria itu nampak mengepalkan tangannya, menahan amarah.

"Aku akan menguasai dirimu jika kau tak bisa bersikap baik padanya."

"Sesukamu. Jiwa mati tidak bisa menguasai jiwa hidup."

Leon menaikan sudut bibirnya, meremehkan lawan bicaranya.

Tak lama berselang sosok pria itu menghilang meninggalkan Leon yang kala itu Menyembunyikan guyuran keringat yang membasahi pakaiannya.

******

Ayay terbangun dengan mata yang melotot kaget. Rasanya urat-uratnya tertarik kencang karna mimipi yang menjabar dirinya kala itu. Dengan berhati-hati Ayay mengangkat tubuhnya, bersender pada dinding kasur dan sekali-kali memijit-mijit pelipisnya.

"Kau sudah bangun?" tanya suara bariton.

Ayay sontak menghidupkan lampu kamarnya dan menoleh kearah sumber suara. Dirinya mendapati Leon tengah membawa semangku bubur kehadapannya.

"Makanlah ini."

Leon menyerahkan mangku bubur yang sedari tadi berada di tangannya dengan dingin lalu beranjak pergi.

"Jangan berbuat baik padaku," tutur Ayay, sontak membuat langkah Leon terhenti. "Jika kebaikanmu hanya untuk menutupi kejahatanmu maka lebih baik jangan lakukan apapun untuku."

Leon terdiam sejenak lalu kembali melangkah, tangannya mengepal kencang.

"Dia yang melakukannya bukan aku."

Sepeninggalan Leon, Ayay bermain dengan dilema. Apa maksud Leon 'dia' dan bukan 'aku' ? Apa penyakit bisa membuat daya pikir orang melemah.

Ayay mengacak-acak rambutnya berusaha memeras otaknya yang kering akan jawaban. Namun apadaya dirinya yang kini jadi tumbuhan kering tanpa tenaga.

"Aku hanya akan istirahat," gumam Ayay seraya menyingkirkan mangku bubur dan kembali tergelam dalam dunia mimpinya.

Leon yang sudah berada di kamarnya, memandang kesal cermin.

"Kali ini aku akan membiarkanmu," ucap Leon pada cermin.

"Kau bahkan tak akan sadar saat aku mengambil alih dirimu," sebuah suara menggema. Tak menyambung dengan apa yang Leon ucapkan.

"Jiwa mati yang Arogan," ejek Leon.

"Selagi aku bisa mengambil alihmu maka aku akan mengambilnya, walaupun... hanya untuk beberapa detik," sebuah suara kembali bergema diruang kamarnya.

"Cih..." decis Leon. "Akan aku tahan kau," ucap Leon penuh penekanan lalu pergi dengan hentakan kaki keras seolah udara adalah lawannya saat ini.

******

SIDE (YOU)Where stories live. Discover now