"Yah, kenapa mau menutup mukamu?" Aku merasakan dia mendekat padaku dan memisahkan kedua tanganku dari wajahku.

"Aku malu sekali," kataku jujur.

"Seorang perempuan seperti kau bisa malu juga?" katanya diikuti dengan tawa yang terasa menyebalkan di telingaku.

Aku mendengus kesal melihat tingkahnya. Lalu aku berdiri dan beranjak pergi dari tempat ini.

"Yah, anak kecil. Mau kemana kau?"

"Mau pulang."

"Kau mau pulang naik apa? Ini sudah jam 11 dan tidak ada bis yang lewat lagi."

"Aku bisa naik taksi."

"Biar ku antar."

...

Aku tidak habis pikir harus pulang diantar oleh si laki-laki gila. Aku sudah berniat akan naik taksi tapi dia tetap memaksaku untuk masuk ke mobilnya yang diparkir di basement gedung SM. Katanya aku bisa saja diculik jika tetap memaksa naik taksi. Jadi aku terpaksa mau untuk diantar pulang oleh dia.

Tapi hal ini hanya boleh terjadi sekali, tidak boleh terjadi lagi.

Saat aku sampai di apartemen, lampu apartemen masih menyala. Aku dapat melihat Soo Ri yang sedang menonton dengan seriusnya.

"Yah, Eun Ra-ya kemana saja kau? Aku sudah meneleponmu berkali-kali tapi tidak kau angkat?" Kepalanya beralih dari televisi dan kini dia menatapku. Aku langsung mengecek handphone yang ada di dalam tas. Ternyata handphoneku mati karena baterainya habis.

"Maaf Soo Ri-ya, baterai handphoneku habis," kataku sambil menggoyang-goyangkan benda persegi panjang yang mati itu ke hadapan Soo Ri.

"Kau membuatku khawatir saja. Kau sudah makan?"

"Sudah, kau sendiri?"

"Aku juga sudah. Ya sudah, lebih baik kau mandi dan istirahat setelah itu."

"Oke, eomma," kataku meledek Soo Ri yang bawelnya setara dengan eomma. Ah, aku jadi kangen eomma. Besok aku harus meneleponnya.

Setelah selesai membersihkan diri, aku menghempaskan tubuhku ke sebelah Soo Ri yang masih asyik menonton. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan Soo Ri dan aku ingin menceritakan beberapa hal yang belum sempat aku ceritakan padanya.

"Soo Ri, aku ingin cerita padamu. Kemarin-kemarin kau sibuk sekali sampai aku tidak bisa mengobrol denganmu," kataku menyindir Soo Ri.

Dia mengalihkan pandangannya ke arahku. "Maaf Eun Ra. Baik, sekarang kau bisa cerita padaku."

Aku mulai menceritakan hal-hal yang terlewat pada Soo Ri. Mulai dari latihan menari perdanaku yang dilatih oleh biasnya. Ya, Soo Ri langsung histeris saat aku menceritakan itu. Dia bilang dia sangat iri dan ingin diajari menari juga oleh Kai. Aku puas sekali dapat membuat Soo Ri iri seperti itu.

"Kapan-kapan aku bisa mengenalkanmu dengan Kai."

"Serius?" Matanya langsung membulat karena perkataanku. Aku mengangguk dengan yakin, kalau Kai melatihku lagi aku akan bicara padanya.

Lalu aku juga menceritakan kejadian tadi, dimana aku menjambak Ha Mi karena dia sangat mengangguku. Soo Ri sangat serius mendengarkan ceritaku yang ini.

"Wah, perempuan itu benar-benar. Aku bisa saja membantumu untuk menjambaknya lain kali kalau dia masih suka menganggumu." Senangnya punya sahabat seperti Soo Ri, yang akan selalu membela kalau aku sedang kesulitan.

"Terimakasih Soo Ri, nanti kalau aku mulai kesulitan menghadapinya aku akan mengajakmu untuk ikut menjambaknya," kataku sambil tertawa.

"Aku rasa dia bisa menjadi trainee karena pengaruh ayahnya." Soo Ri mulai berspekulasi.

LITTLE STAR [COMPLETED]Where stories live. Discover now