01 || If it is you

6.2K 577 20
                                    

"Masalah tidak akan pernah selesai jika kita saling egois."

•••••••

Jae In memijit pelipisnya sambil sesekali meringis menahan sakit kepalanya. Wanita itu duduk termenung di sebuah kafe untuk menunggu sahabatnya yang sudah membuat janji bertemu setengah jam yang lalu, tapi ini sudah hampir satu jam lamanya dan sahabatnya itu belum juga memperlihatkan batang hidungnya. Untung saja yang ia tunggu adalah sahabatnya dan sedang membutuhkan bantuannya. Jika tidak, mungkin Jae In sudah memakinya karena menunggunya terlalu lama.

Tak lama kemudian suara intercom menyambut pengunjung yang baru datang, terlihat seorang wanita mengenakan coat coklat dengan sebuah syal berwarna abu-abu melingkar di lehernya. Ia mencari keberadaan Jae In yang kini sudah melambaikan tangan ke arahnya, dan ia pun berjalan menghampiri sahabatnya itu.

"Maaf aku terlambat," ucapnya kini sudah duduk didepan Jae In dengan wajah tidak berdosa sama sekali. Jae In hanya mengangguk karena keterlambatan sahabatnya itu bukan hal yang perlu ia pertanyakan lagi karena sudah pasti karena mengurusi bayi besarnya.

Jae In mendengus, "Tidak apa-apa, aku mengerti bayi besarmu itu butuh asupan kasih sayang setelah satu bulan dia pergi." ucap Jae In tanpa mempedulikan rona merah diwajah Yoora karena malu.

"Hey, bukan seperti itu." bantah Yoora memukul lengan Jae In yang dibalas cibiran dari Jae In.

Yoora mengidik bahu tidak peduli dengan wajah kesalnya. Namun seketika raut wajah Yoora berubah ketika mengambil sebuah amplop coklat dari dalam tasnya, lalu menatap Jae In dengan tatapan iba.

"Jae In," panggilnya, namun Jae In hanya merespon dengan menaikkan alis matanya. Tanpa ia bertanyapun, Jae In tahu kalau Yoora sedang berusaha membujuknya untuk tidak melakukannya.

"Tekadku sudah bulat, Yoora." sahut Jae In dengan nada datar.

"Coba kau pikirkan sekali lagi?"

Jae In mendengus lagi, "Kau tahu aku? Aku tidak akan melakukannya jika tidak memikirkannya secara matang, dan inilah keputusanku."

Yoora menghela napas berat dan menyerahkan amplop itu pada Jae In yang kini sudah meraih amplop itu.

"Bagaimana dengan hak asuh anak?" tanya Jae In membuka amplop itu dan membaca beberapa berkas tersebut.

"Akan kuusahakan hak asuh anak jatuh ke tanganmu. Tapi Jae In-ah..." Yoora memberi jeda pada kalimatnya dan sukses menarik perhatian Jae In lewat tatapan matanya. "Ini akan memakan waktu lama jika dia melakukan banding."

Ingin rasanya Jae In mengumpat saat itu juga. Tapi ia harus menahannya menjelang hari sidangnya tiba, dan berharap semuanya berjalan dengan lancar dan ia bisa hidup tenang ke depannya bersama anaknya.

***

Jae In memarkir mobilnya di basement sebuah apartemen yang terletak dikawasan Hongdae, ia berjalan keluar dari mobilnya menuju lift untuk sampai di lantai huniannya.

Kesunyian menghampirinya beberapa saat setelah suara dentingan lift sebagai tanda ia telah tiba di lantai huniannya membuat Jae In menghela napasnya. Ia keluar dari lift dengan langkah berat berusaha meminimalisirkan rasa gugupnya jika ia sudah sampai dalam apartemennya.

Setelah sampai di depan pintu apartemennya, Jae In memasukkan kode passwordnya hingga pintu itu terbuka dan mendorongnya ke dalam hingga terdengar suara teriakan serta langkah kaki kecil berlari menghampirinya.

Book 1 : Love Abuse [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang