"Nyatanya lo memang salah Li." Tekan Gabriel, bukan maksud untuk menyakiti Lia tapi ia hanya ingin Lia sadar dari kesalahannya selama ini.

"Cukup Gab! Kalau lo bawa gue kemari Cuma mau nyalahin gue, mendingan gue pergi. Lo pikir hati gue apaan yang bisa tahan banting setiap dengar kata-kata pedas lo." Bentak Lia lalu mengusap airmatanya dengan kasar.

Gabriel mendesah frustasi, "Li, gue nggak maksud nyakiti elo. Gue hanya mau lo berubah jadi baik. Gue nggak suka lo temenan sama mereka Li. Lo lihat kan Ify dulunya baik sekarang jadi nggak baik Cuma karena temenan sama Sivia dan Shilla."

"YEL! GUE NGGAK SUKA LO SALAHIN MEREKA! LO NGGAK TAU APA-APA TENTANG PERSAHABATAN KITA." Ucap Lia emosi, dadanya naik turun setelah melepaskan emosinya. Gabriel ini kenapa semakin menyebalkan dimata Lia. Siapa sih yang nggak emosi sahabatnya dihina-hina? Biarpun Gabriel orang yang dia cinta tapi bagi Lia sahabat adalah nomor satu. Orang memang jelek memandang mereka tapi orang-orang tak pernah tau bagaimana suka-dukanya mereka.

Gabriel terkejut, ini pertama kalinya ia dibentak oleh Lia. Selama ini gadis itu selalu bersikap lembut padanya dan Cuma karena membela Shilla dan Sivia gadis yang dicintainya rela membentaknya. "Li, aku kasih kamu pilihan. Tinggalin mereka atau tinggalin aku." Ucap Gabriel yang sudah muak dengan semua ini, ancaman adalah jalan satu-satunya membuat Lia sadar.

Lia tersenyum sinis, "Aku pilih tinggalin... kamu." Ucap Lia tegas kemudian berlalu sana meninggalkan Gabriel yang kini terhempas ke dalam jurang yang paling dalam. Sakit! Ia tak menyangka Lia akan memutuskan hal seperti itu.

"Arrgghhh... Kenapa jadi gini?" Teriaknya frustasi.

+++

"Cakka... Lepas! Sahabat gue gimana nasibnya." Teriak Shilla namun Cakka tak menggubris, pemuda itu tetap membawa Shilla masuk ke dalam lapangan indoor basket.

"Tenang aja, Lia aman sama Gabriel."

"Aman kata lo?" Ucap Shilla sinis, "Gue tau si Gabriel bakal marahin Lia. Nggak tau diri banget ya sahabat lo itu, udah putus tapi sok-sok punya hak mau ngatur-ngatur Lia." Sadis memang tapi itu semua Shilla ucapkan karena ia khawatir pada Lia.

Cakka menatap Shilla dengan tajam, "Lo cukup diam dan jangan ikut campur masalah Lia-Gabriel."

"HEH! Terserah gue ya, Lia sahabat gue dan urusan dia urusan gue juga. Awas aja kalau terjadi sesuatu sama Lia, gue potong leher lo berdua."

"Lo bisa apa ha? Cuma cewek manja." Ledek Cakka.

Shilla mengepalkan tangannya lalu tiba-tiba tersenyum manis saat ia mengingat sesuatu, "Cewek manja ya?" Gumam Shilla.

BUGH!!

"Tuh makan cewek manja."

"Anjirrr Shillaaaaaaaaaaaaa! Sakiiittttttttttttttt!!!!"

"Hahaha... Makanya jangan ngeremehin gue."

"Jangan lari lo!" Cakka langsung mengejar Shilla meskipun hal 'berharga' nya terasa sakit akibat ditendang oleh Shilla. Gadis itu ternyata punya tenaga yang cukup kuat juga dan seharusnya Cakka tak meledek tadi biar tak mendapat serangan mendadak seperti itu. Lain kali ia harus berhati-hati dengan Shilla.

"Ayo kejar gue." Ejek Shilla saat dirinya menoleh ke belakang, sesekali ia tertawa melihat raut kesakitan di wajah Cakka. Mereka berkejar-kejaran mengelilingi lapangan basket yang kini hanya ada mereka tanpa ada yang lain.

"Kalau dapat gue buang lo ke dalam sumur."

"Coba aja tangkap kalau bisa." Ejek Shilla lagi, hatinya merasa puas melihat raut kesal Cakka sekarang dan itu artinya ia berhasil membalas Cakka yang sering sekali membuatnya kesal.

My Little PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang