Bimbang

7.4K 238 0
                                    

Afi melewati kumpulan orang-orang yang berlalu lalang secepat yang ia bisa tanpa melihat kebelakang sekalipun. Ia takut jika ia menoleh ke belakang, hatinya akan goyah dan hatinya akan kembali ragu. Ragu dan berbalik memutuskan untuk memgejar karirnya. Afi mengarahkan kursi rodanya keluar dari gedung rumah sakit dan menuju taman terbuka tempat  berbagai pasien dan keluarganya bertemu dan bersantai bersama.

Masih di atas kursi rodanya, Afi mengitari taman yang cukup luas itu secara perlahan, semakin menjauhi gedung rumah sakit dan keramaian, ia mencari sudut di mana ia bisa menenangkan pikirannya sembari menikmati keindahan taman yang terhampar di hadapannya.

"Haaaaah.." Afi menghela napasnya dengan sangat panjang. Ia mencoba melepaskan kegelisahan yang sedang menumpuk di dadanya.

"Haha... sejak kapan aku begini?" Afi bertanya pada dirinya sendiri. Menertawakan keadaan dirinya yang sedang dilanda kegundahan.

"Aaaaahhh.. Terserah, terserah, terserah." Afi sedikit berteriak sambil mengacak rambutnya. "I've made my decision and I wont regret it." Afi mengepalkan kedua tangannya sambil menatap tegas ke depan meyakinkan dirinya sambil terus berkata dalam hatinya bahwa semuanya akan baik-baik saja dan ia telah mengambil keputusan  benar. Namun sia-sia, ia merasa bahwa semuanya tak akan bisa sebaik yang ia harapkan sebelumnya, paling tidak, tidak untuk karirnya.

"Hmm.. nggak tau ah. Terserah." Ia kembali mengacak-ngacak rambutnya dengan tangan yang masih terpasang infus. Pikirannya masih terlalu kacau untuk menyadari bahwa ia sedang diamati oleh seseorang dari kejauhan. Seseorang yang mengawasinya dengan mata setajam elang.

"Tenang Afi, tenanglah. Semua akan baik-baik saja. Lihatlah di depanmu, lihat betapa baik dan sempurnanya keindahan ciptaan Tuhanmu. Rencananya akan lebih baik dari pada rencanamu." Afi mengelus dadanya sambil terus menerus menasehati dirinya sendiri. Ia kembali memandang hamparan bunga yang indah dan mempesona sambil duduk di atas kursi rodanya, berusaha sesantai yang ia bisa.

Afi menundukkan kepalanya dan memejamkan matanya, berusaha menjaga pikirannya. Hatinya tetap tak tenang walaupun ia telah berkali-kali berusaha menenangkan hati dan pikirannya. Saat ini tak ada satu kata apapun yang bisa ia pikirkan untuk dapat mengembalikan semangatnya. Ia termenung tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya, melupakan waktu yang tetap meneruskan perjalanannya.

Tiba-tiba Afi merasakan angin yang tadinya berhembus lembut, datang mengibaskan rambutnya dengan sangat keras disusul dengan suara gemuruh yang kencang dari kumpulan awan hitam yang secara cepat menutupi cahaya matahari. Tanpa peringatan, hujan yang sangat deras turun membasahi hamparan bunga dan tumbuhan yang telah lama merindukan air. Juga membasahi Afi yang hanya bisa menatap kosong ke depan dengan senyuman yang lirih menempel di wajahnya, seolah mengejek dirinya sendiri.

"Haha, what a day.." Afi menundukkan kepalanya sambil tertawa kecil. Ia kembali memutar kursi rodanya, berusaha kembali ke dalam gedung rumah sakit. Ia berusaha sekuat tenaga, namun kursi roda yang ia duduki itu tak juga bergeming.

"Ha..haha.. haha" Afi kembali tertawa karena tak tahu apa yang harus ia lakukan. Afi yang sebelumnya tak pernah percaya akan adanya hari sial, mulai mempertimbangkan hari yang di alaminya saat itu adalah hari sial. Di tengah kegelisahannya, Afi teringat akan wajah Fariz. Wajah tampan yang selalu menatapnya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

"Kenapa aku kepikiran wajah dia di saat seperti ini? Haha.." Afi yang tak bisa bergerak akhirnya menyerah, ia menundukkan kepalanya. Wajah Fariz yang terlintas dipikirannya, memicu luapan emosi-emosi yang sejak tadi tertahankan. Air matanya akhirnya menetes deras, terselubungi oleh air hujan yang membasahi wajahnya. Afi terisak, semakin lama semakin menjadi. Bahunya bergerak naik turun tak terkendali, mengikuti napasnya yang tersendat oleh isakan tangisannya. Ia melepaskan seluruh kesedihannya melalui tangisannya. Kesedihannya yang telah melepaskan masa depan penuh gemilang untuk mengabdi pada orang tuanya dan pria yang memberikan arti baru dalam kehidupannya.

Inikah CintaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon