Get Used to

2.6K 348 74
                                    

Dokyeom menyadari bahwa tempat berteduh terdekat ada di belakangnya, karena jalanan tempat terakhir ia, Yuju, dan Hoshi berdiri dikelilingi oleh lapangan yang amat luas di sisi kanan maupun kirinya. Dengan sederet pagar putih setinggi pinggang sebagai pembatas dengan jalan.

Maka dari itu, begitu ia menyadari air hujan bergerombol menyerang dirinya dan kawan-kawannya, secara refleks ia berbalik badan untuk memperhitungkan jarak tempatnya berdiri dengan tempat tujuannya.

Hampir saja ia berlari, namun otaknya mengingatkan kalau masih ada orang lain lagi yang berdiri jauh dari tempat perlindungan utama tujuannya itu. Lebih jauh malah.

Oleh karena itu, sisi kemanusiaannya langsung aktif. Kembali ia menoleh ke arah depan, hanya untuk mendapati sosok yang dipikirkannya selama sedetik tadi justru sudah sibuk berlari terlebih dahulu. Dengan payung yang belum membuka sempurna--ia masih berusaha membukanya sambil berlari, Dokyeom tidak paham.

Tidak sampai empat detik hingga gadis itu, Yuju, berdiri tepat dua langkah besar di depannya. Menyodorkan payung yang dibawanya hingga gagang payung itu hampir menyentuh hidungnya dengan wajah datar seolah apa yang ia lakukan adalah hal yang lumrah.

Dokyeom tidak tahu apa yang ia pikirkan saat itu hingga ia membutuhkan waktu yang lama untuk terdiam sampai tiba-tiba matanya menangkap sesuatu di belakang Yuju.

Air.

Rambut Yuju basah oleh air.

Yuju kehujanan.

Dokyeom merutuki dirinya sendiri yang tidak cepat menyadari kalau ukuran payung itu tidak terlalu besar.

Jadi ia mendorong payung itu dan maju satu langkah agar ia dan Yuju tidak ada yang harus kehujanan.

Entah hanya perasaan Dokyeom saja atau tidak, tapi Dokyeom melihat dengan jelas gadis itu membeku setelah ia melangkah mendekat. 

Entah apa yang mereka berdua pikirkan. Mungkin juga tidak ada yang mereka pikirkan.

Beberapa detik ia sempat bertatap mata dengan Yuju.  

Sampai akhirnya suara cempreng seseorang mengusik keheningan antara Yuju dan dirinya. Dan beberapa detik kemudian tubuh orang itu sudah menyempil di antara kedua orang yang pertama berteduh di bawah payung Yuju.














"Benar, kan, perkiraanku! Sore ini hujan." Hoshi membuka percakapan ditengah perjalanan mereka menuju rumah.

"Ya memang sedang musim hujan!" kata Dokyeom dengan nada yang lebih tinggi sambil menoleh untuk menatap Hoshi. Manik matanya menangkap Yuju yang sedikit tersentak mendengar suara tingginya. "Mian...," lanjutnya kemudian, kali ini mengatakannya kepada Yuju.

Untung saja tadi ia bersikeras meminta Yuju untuk berdiri ditengah-tengah mereka berdua. Kalau tidak, bisa stress ia kalau harus mendengar ocehan Hoshi selama perjalanan. Masalahnya sekarang ini dia sedang tidak mood untuk mendengarkan ocehan kawannya itu.

Ia terlalu sibuk. 

Sibuk memikirkan mengapa ia harus berpikir. 

Oke, tidak jelas memang.

Tapi memang begitu.

"Ye, itu juga semua orang tau. Maksudku, kalian harusnya memberikan aku penghargaan seperti "The Man Who Got Sense" atau apalah yang lainnya. Karena usulanku, seragam kita bertiga selamat dari air hujan. Bukankah itu menakjubkan?!"

"Biasa saja."

Dokyeom bisa merasakan tatapan membunuh Hoshi walapun saat ini ia tak sedang melihatnya. Dokyeom memang kadang senang sekali menggoda Hoshi.

✅️ Dear, Heart. || DKxYujuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang