Part 9

6 0 0
                                    

Aku terkejut melihat dia berdiri di depan kelasku.Angin apa yang membawanya kemari.Afan tidak mengambil kelas yang sama denganku.Mungkinkah dia datang untukku.Aku segera menepis pikiran itu,mungkin temannya satu kelas denganku.Tapi Ms.Loney sepertinya mana mungkin punya teman.Dia senang menyendiri bukan?
"Hei".Panggilnya ke arahku.Tapi aku sengaja mengabaikannya.Daripada aku merasa malu kalau bukan aku yang dia maksud.
"Luki".Ini pertama kali dia menyebut namaku.Aku tersenyum penuh kemenangan.Tapi segera kututupi begitu menghampirinya.
"Ada urusan apa ya?"Tanyaku pura-pura bodoh.
"Bisa bicara sebentar?"Apa ini mimpi Tuhan,dia ingin bicara padaku.

Kami sudah ada di taman lima menit.Dia tak juga bicara.Apa dia memang sekaku ini setiap mau bicara.
"Ms.Loney,mau bilang apa?"Dia terkejut dengan julukan yang kuberikan.Matanya membulat kesal tapi dia cantik sekali.

"Kenapa memanggilku begitu?"Ucapnya lirih.

"Karena kamu penyendiri,ms.Loney".Aku menekankan kuat pada julukan barunya.

"Terserah lah,tapi Luki aku mohon jangan ganggu aku lagi.Kita tidak perlu saling kenal,apalagi ikut campur satu sama lain".sepanjang itu,padahal cukup bilang 'pergi sana!'Aku rasa dia benar-benar membenciku.

"Apa itu sangat mengganggumu?Kamu jelas tahu alasan aku melakukannya".Aku tersenyum ganjil.Rasanya sulit menerima bahwa Karina menolak kehadiranku.

"Aku tahu,tapi ini jelas bukan dirimu,aku bahkan bukan tipemu.Hidupku yang ingin kamu tahu bukan hal yang akan kamu suka".Dia terus mendebat dengan alasan yang bermacam-macam.

"Kamu bahkan terlalu cepat menilaiku.Hal yang tidak kamu suka,aku ingin mengubahnya jadi menyenangkan.Bagaimana?"Mataku tak melepas tatapanku padanya.Dia memandang lurus ke depan.Aku rasa dia memang tak bisa menatap lawan bicaranya.

"Apa aku bisa mempercayaimu?"Gumamnya pelan,tapi aku bisa mendengarnya.Ada sedikit makna kutangkap dari ucapannya.Dia hanya ragu padaku,mungkin karena aku terlihat playboy di matanya.

Aku tidak tahu kenapa melakukannya.Kuputar tubuhnya sehingga kami berhadapan.Mata kami bertemu,tatapan Karina menampakkan kesedihan.Aku mendekatkan wajahku padanya.Mata Karina terpejam,kuangkat kepalaku dan mendaratkan kecupan di keningnya.Aku mungkin terkesan tidak sopan padanya.Aku hanya berusaha meyakinkannya saja.

"Ms.Loney,I'm coming..just for you".Karina terlihat salah tingkah dengan kelakuanku.

"Ini pertama aku mencium cewek.Mungkin tidak ada yang percaya.Tapi karena tak pernah melakukannya,itulah alasan Rania memutuskanku.Aku bukan playboy".Bisikku di telinganya.Aroma tubuh Karina menyeruak di penciumanku.Dia harum,hampir aku tak bisa menahan diri.Aku semakin gugup,apalagi Karina tak bicara sama sekali.Kuacak-acak rambutnya dan pergi.Aku akan biarkan dia berpikir tentang siapa aku.Atau mengartikan apa yang baru kulakukan.Aku sungguh gila karenanya.

Aku tersenyum sendiri jika mengingat kejadian siang tadi.Sungguh aku bahagia walaupun masih tidak tahu apakah Karina menyukaiku atau tidak.Dia bisa saja semakin benci padaku karena aku tiba-tiba mencium keningnya.Ah,aku terlalu buru-buru.Aku tidak tenang memikirkannya,kuraih cepat ponselku dan menelponnya.

"Arrgghhh!"Teriakku geram.Karina tidak mengangkat telponku.Apa dia marah sekali?Aku memilih mengirimnya pesan.Siapa tahu dia akan membalasnya.
"Apa kamu marah padaku?"
Aku menunggu balasan Karina.Mataku sampai terkantuk-kantuk berusaha tidak berpaling dari ponselku.Hampir setengah jam,tetap tidak ada balasan.Aku sungguh geram dengan sikap dingin Karina.Dia benar-benar gadis yang sulit.Kubanting keras ponselku,setelah mengirim banyak pesan yang sama padanya.

Tak berapa lama setelah kubanting terdengar panggilan masuk.Aku buru-buru meraih ponselku.Mataku berbinar senang mendapati Karina menelponku.Rasanya aku ingin melonjak.

"Halo..". Terdengar suara lembut Karina yang sedikit serak.
"Iya,kenapa kamu mengabaikan telponku Karina?"Keluhku seolah-olah kami sepasang kekasih yang akan marah jika telponnya tidak diangkat.
"Apaan sih,aku baru bangun tidur.Ini hari libur kerjaku,kamu sungguh mengganggu".Ah,aku kira ada alasan lain kenapa dia mengabaikanku.
"Ouh begitu rupanya.Aku pikir kamu marah soal tindakanku tadi siang.Dan yah,aku memang pengganggu,dan kamu pantas diganggu".Aku ingin menertawai tingkahku rasanya.
"Kamu sungguh tidak jera.Sebenarnya apa maumu sih?".Karina nampaknya mulai geram padaku.
"Aku ingin kamu mengingatku.Aku ingin hatimu,itu saja".
Sejenak tak ada balasan ucapanku.Entah apa yang Karina pikirkan disana.Jika dia di depanku masih bisa kubaca dari wajahnya.Tapi jika begini aku sungguh merasa frustasi sekaligus penasaran.
"Pasti aku bukan gadis pertama yang mendengarnya.Sudahlah,hentikan omong kosong ini".Tiba-tiba tanpa aba-aba Karina menutup telponnya begitu ucapannya selesai.
"Ah,sial!"Gerutuku kesal.Dia dingin sekali.Apakah dia pernah dikecewakan atau apa sih ,sehingga sikapnya kasar begini.

Seperti biasanya,dia duduk di bangku taman.Ada secarik kertas di genggamannya.Wajahnya menampakkan keterkejutan luar biasa,seolah baru ada mahluk astral yang dilihatnya.Dia tak menyadari kehadiranku.Aku duduk perlahan di sampingnya.Matanya nanar perlahan memerah dan menjatuhkan airmata.Aku melihat betapa dia merasa sedih.

"Ada apa?"Aku bertanya datar.
"Ibuku...ibuku,tidak mungkin...".Karina meracau tidak jelas.Aku spontan merebut kertas yang dipegangnya.Ketika membaca isinya,aku sungguh kaget.Aku pun mengerti kesedihan Karina saat ini.Kertas itu adalah surat pemberitahuan dari rumah sakit yang telah mencabut alat medis Ibu Karina,karena tidak adanya perkembangan serta besarnya biaya yang belum terbayarkan.
"Aku turut berduka Karina".Kupegang pundaknya.Aku berharap dia melihatku,bahwa aku ada disisinya dan ingin meringankan beban deritanya.
"Tidak,Luki.Ibuku masih hidup".Teriaknya sembari menampik tanganku.Lalu dia menangis keras.Aku segera menenangkannya dan membawanya di pelukanku.
"Aku yakin Ibuku akan hidup.Kenapa?Kenapa?".Teriaknya histeris sambil terus memukuli dadaku.Pukulan yang begitu lemah mengingat beratnya sakit yang tengah dipikulnya.

Aku menemani Karina mengurus pemakaman Ibunya.Tadinya dia menolak bantuanku,tapi aku memaksa dan dia pun menyerah.Bahkan dalam keadaan sulit ini dia tetap menolakku.Tapi aku tidak akan menyerah padamu,Karina.

Tak banyak keluarga yang datang.Karina memang baru tinggal sebulan di rumah kontrakannya ini.Dia juga tidak punya keluarga.Karina bilang Ibunya lah satu-satunya keluarga yang ia miliki.Afan datang juga pastinya.Dia langsung memeluk Karina begitu datang.Sepertinya dia terkejut dengan kehadiranku disini.Tapi nampaknya rasa penasarannya langsung tertutupi oleh fokusnya menguatkan Karina.Dan baiklah,ini faktanya bahwa aku cemburu.Karina lebih dekat pada Afan dan aku terabaikan.Ya ampun,aku masih berpikir tentang hal ini disaat gadis yang aku suka tengah dirudung duka.Bukankah tidak masalah siapa yang disampingnya asalkan dia baik-baik saja.

Karena sudah ada Afan,aku pikir dia tak membutuhkanku lagi.Aku segera pamit saat pemakaman Ibunya selesai dilakukan.Afan masih ada disampingnya,sungguh aku ingin diriku lah yang disisinya.Apa dayaku,dia tidak membutuhkanku.

"Aku tahu rasanya kehilangan.Itu menyakitkan,dan aku yakin kamu adalah gadis yang kuat melihat bagaimana kuatnya kamu menolakku.Jangan terlalu lama bersedih,hidupmu akan indah di depanmu.Maafkan aku tak membantumu,andai aku datang lebih awal dalam hidupmu.Jika kamu yakin ingin didengar,aku siap mendengarkan.Jagalah dirimu,Karina".

Baiklah,aku tidak bisa berbuat banyak selain mengirimnya pesan singkat yang menurutku lumayan panjang.Aku mengkhawatirkannya,jaga Karina dalam keadaan baik,Tuhan.Betapa sebenarnya dia kokoh diluar tapi rapuh di dalam.

Ms.Loney,I'm coming!!Where stories live. Discover now