Part 5

9 1 0
                                    

Jujur saja aku jadi bingung dengan keadaan ini.Apa aku harus berjuang untuk perasaanku ini.Sementara pilihannya adalah melawan sahabatku sendiri.Aku kecewa sendiri.Ini salahku yang kurang cepat bergerak.Afan mendahuluiku satu langkah.
Lihatlah betapa aku terlihat bodoh.Aku hanya bisa berangan-angan disaat orang yang kuangan-angan entah memiliki angan tentangku atau tidak.
"Kamu lagi?"Renungan hatiku terhenti.Karina menghampiriku,tepatnya menghampiri tempat tongkrongannya ini.
"Memangnya bangku ini punyamu".Culasku bernada sinis.
"Baiklah,aku akan pergi".Ucapnya hendak pergi.Tapi aku menahan tangannya.
"Sudahlah,jangan pergi.Aku saja yang pergi".Aku terdengar putus asa.
"Baiklah".Jawab Karina singkat.
Aku pun beranjak pergi dengan setumpuk kekecewaan yang tak kumengerti.Aku bukannya berusaha lebih keras untuk dekat dengan Karina,malah bertindak sebaliknya.

Tim basket berlatih begitu keras.Aku tidak semangat sama sekali.Apalagi ada Afan yang terus membuatku terngiang-ngiang kejadian kemarin.Konsentrasiku buyar.Permainanku terlihat buruk sekali hari ini.Sudah pasti seperti dugaanku,Afan mengomeliku.Seusai latihan dia mengajakku bicara.
"Loe ada masalah apa sih?"Afan terdengar peduli.Tapi aku yakin ini hanya semata-mata dia ketua tim saja.
"Gak ada Fan,emang kenapa?"Aku berlagak bodoh dengan maksudnya.
"Permainan loe hari ini kacau.Gue tahu loe gimana,ngomong aja kalau ada masalah?"Aku tahu Afan orang baik,tapi aku tidak bisa mengatakan apa masalahku,sebab dia lah masalahku.
"Sory ya bro,besok deh gue perbaiki.Gue harus pulang,Rania kayaknya sudah nungguin gue".
"Loe balikan..".
"Afan!"Ucapan Afan terpotong oleh sebuah panggilan.Suaranya tidak asing di telingaku.Aku dan Afan spontan menoleh ke pemilik suara.Afan mengukir raut senyum lebarnya,dan aku sungguh terkejut.Karina lah yang datang ,aku semakin yakin mereka punya hubungan spesial.
"Eh Karina,bentar ya".Afan melambaikan tangan meminta Karina menunggunya.
"Bye Afan".Aku pun memutuskan pergi sesegera mungkin jika tidak ingin hatiku terluka.
Aku sengaja tidak menyapa Karina meski kami berpapasan.Aku hanya melihat dari sudut mataku,dia sempat menoleh ke arahku.

Dari langkahku menjauh,masih sayup-sayup kudengar tawa Afan dan Karina.Sampai di parkiran sudah ada yang menungguku.Siapa lagi kalau bukan Rania.Dia memasang wajah cemberut,karena aku terlambat memenuhi janji kami.
"Sayang,kamu lama banget".
Keluhnya tanpa membiarkanku mengambil nafas sejenak setelah kepenatan di lapangan basket tadi.
"Memangnya aku yang nentuin waktu latihannya".Jawabku sedikit membentaknya.Aku sungguh tidak pikir dengan apa yang dipikirkan perempuan.Mereka selalu merepotkan saja.
"Berani ya kamu nyolot ke aku?"Rania nampaknya mulai ikutan marah.
"Ya,kamu mau apa Ran?Mau ngancam aku,silahkan.Bilang saja sama om Frans kamu itu untuk nyabut investasinya.Biar mamaku bangkrut atau apalah,aku gak peduli!"
"Oke,aku gak akan biarin kamu seenaknya".Rania meraih ponselnya.Sepertinya dia mau menelpon om Frans.
"Telpon saja,tapi jangan kaget Ran,kalau majalah kampus penuh dengan berita kamu.Aku akan sebarkan berita kalau kamu adalah simpanan om Frans".Aku menyeringai seraya menatapnya tajam.Aku sudah muak melihat kelakuannya.Selama ini aku mengabaikan ideku ini,karena aku masih punya sisi kemanusiaan untuk menutupi aibnya.Tapi kali ini aku tidak akan diam saja,setelah dia membuatku seperti boneka permainannya saja.
"Baiklah,ini kesepakatan yang impas.Jadi apa maumu Luki?"Rania mulai terlihat gemetar dengan gertakanku.
"Kita putus baik-baik.Biar aku yang jelaskan ke mama.Kamu jangan ganggu aku lagi.Kita gak ada hubungan".Jawabku tegas.
"Tentu saja".Sepertinya Rania tahu posisinya.Dia langsung keluar dari mobilku.Rania dengan keras menutup pintu mobilku.Aku akhirnya melakukan ini.Sisi kerasku keluar begitu saja , Aku sudah muak diatur-atur Rania.
Dan aku benar-benar lega telah memutuskan ini.Semoga tidak berdampak pada usaha mama.

Ms.Loney,I'm coming!!Where stories live. Discover now