25. Hati yang Meragu

5.5K 530 84
                                    

"Apa itu?"

Bibir Adam bergerak namun tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Bibirnya seperti sedang komat-kamit, lalu beberapa detik kemudian dia angkat bicara. "Tidak baik mengetahui dari mulut orang lain. Kau akan tahu dengan sendirinya."

Aku menghela kesal. Memaksanya pun tidak akan bisa. Aku masih sangat mengenal Adam. Dia sangat pandai mengontrol dirinya hingga tidak mudah di pancing.

Kilatan cahaya foto tiba-tiba saja tertuju padaku dan Adam.

"Kembali pada mantan kekasih karena dikhianati?" suara wanita yang tak asing itu datang sambil menggenggam kamera.

Aku dan Adam sama-sama menoleh. Jane. Kenapa dia kemari? Apa selama ini dia menguntitku?

Adam yang merasa tidak suka diambil gambarnya tanpa izin, berdiri dan berusaha mengambil kamera yang ada di tangan Jane. "Gunakan etikamu Nona."

"Seharusnya kalian sedikit lebih mesra agar aku bisa mengirim foto kalian pada Kevin. Jadi permintaan cerai Luna akan segera terkabul. Benar kan sepupuku?" Jane tersenyum meremehkan.

Ekspresi Adam sangat terkejut mendengar pernyataan Jane.

"Cerai?" Adam menatapku terkejut.

Aku memijat keningku. Masalah keluargaku masih belum terselesaikan dan sekarang ada tikus datang membawa masalah.

"Adam. Tolong jaga Harry sebentar. Aku akan urus wanita ini," pintaku dengan suara yang lelah.

Adam sekilas menatap Jane dengan sinis lalu ia pun pergi meninggalkan kami berdua. Jane mengambil duduk di hadapanku. Kakinya ia silangkan bak artis papan atas. Sungguh aku ingin menginjak wajahnya.

"Sudah kukatakan. Suamimu lah yang membunuh keluarga kita. Lalu kemarin, dia membunuh calon anaknya sendiri. Besok-besok dia bisa saja membunuh-"

"Tidak usah menghasutku. Katakan saja apa tujuanmu," potongku tidak suka. Aku menatap Jane tapi tidaklah benar-benar menatapnya.

"Tidak ada tujuan. Dulu Kevin juga melakukan hal yang sama padaku. Dia sengaja menggugurkan bayiku. Dan kau mengalami hal yang sama. Setelah ini aku yakin akan ada hal yang lebih buruk menimpamu. Aku seperti ini karena aku peduli. Kau tidak harus hidup dengan seorang pembunuh."

Aku tidak bisa menampik bahwa kenyataannya Kevin memanglah seorang pembunuh. Apalagi dia yang menyebabkanku kehilangan Sophiaku.

"Kenapa kau diam? Kau masih percaya dengannya?" Jane mulai geram.

Sangat sulit untuk mengetahui apa maksud Jane dari awal. Aku merasa Jane mempunyai rencana besar.

"Lalu untuk apa aku percaya padamu?" balasku.

Jane menghela kasar. Ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya kemudian ia lempar ke atas meja. Terpampang beberapa foto orang lain dan di meja itu juga terdapat beberapa berkas.

"Mereka adalah orang yang Kevin lenyapkan. Lalu pria ini adalah," Jane menyingkirkan foto yang lainnya. Ia menyisakan satu foto pria yang tidak terlalu asing bagiku. "Kakak tiri Kevin. Namanya Lucas Duncan. Ibu kandung Lucas dibunuh oleh Kevin. Padahal waktu itu Kevin baru berumur 16 tahun."

Aku menutup mulutku dengan telapak tanganku. Di balik itu, mulutku terbuka lebar karena terkejut. Jadi Lucas adalah saudara tiri Kevin? Dan Ibu kandung Lucas tewas karena Kevin? Setega itukah Kevin melakukan hal keji seperti itu? Jujur, aku antara percaya dan tidak dengan ucapan Jane karena kepercayaanku pada Kevin perlahan sudah lenyap. Jika aku masih mempercayai Kevin, apapun yang dikatakan Jane tidak akan kupercayai sedikit pun.

Jane mengambil tiga foto pria dan menunjukkannya padaku. "Tiga pria ini selanjutnya adalah target Kevin. Jika kau tidak percaya, telepon keluarga mereka dua minggu kemudian dari sekarang atau kau bisa datangi rumah mereka dan lihat jenazah mereka."

STORM #TDOM2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang