Chapter 4

53 2 0
                                    

Dengan terbunuhnya Meta, membuat semua anggota pramuka syok dan menangis melihat tubuh Meta yang sudah terpotong-potong oleh Pembunuh yang masih menjadi misterius, terutama Deva, Sarmila, Elma dan Atek.

"Aku tidak menyangka, Meta akan pergi secepat ini meninggalkan kita" Deva menangis karena sahabatnya itu meninggal dengan tidak wajar.

"Aku juga tidak menyangka, pembunuh itu benar-benar biadap!! Lihat saja kalau sampai ketemu, akan Aku bakar Dia!!" ujar Dodi sambil menahan emosi.

"Aku menyesal meninggalkan Dia digudang sendirian, seharusnya Aku tidak melakukan itu" sesal Awan.

"Tenanglah Deva, Kamu jangan menangis lagi, kita hanya bisa berdo'a agar arwah Meta tenang" Dodi berusaha menenangkan deva.

"Aamiin" ujar semuanya hampir bersamaan.

Setelah itu datanglah dua orang Polisi yang menyelidiki kasus pembunuhan Meta.

"Selamat pagi semuanya?" sapa salah satu polisi.

"Selamat pagi, Pak, bagaimana? Apakah ada barang bukti pembunuhan?" jawab Dodi sambil bertanya.

"Kami belum menemukan bukti apa-apa, sepertinya pembunuh sudah membuang barang bukti ditempat lain. Untuk Saudara Dodi, Anda adalah orang yang pertama kali yang menemukan mayat korban, apakah Anda sempat melihat Seseorang yang mencurigakan di lokasi pembunuhan?" jelas Polisi dan bertanya kepada Dodi.

"Saya tidak melihat, Pak, karena setelah Saya menemukan mayatnya, Saya tidak melihat siapa-siapa, Pak" jawab Dodi.

"Apakah ada orang yang menemani korban waktu digudang?" tanya Polisi.

"Ada, Pak, yaitu teman Saya, Dimas dan saudara kembar Saya, Awan" jawab Dodi.

"Baiklah, terima kasih atas infonya, Saudara Dodi" kata polisi.

"Iya, Pak, sama-sama" ujar Dodi.

"Dan untuk Saudara Awan dan Saudara Dimas, ikut kami ke kantor Polisi sekarang! Karena kami akan memeriksa kalian lebih lanjut sebagai saksi" jelas Polisi lalu membawa keduanya ke kantor Polisi.



Sesampainya dikantor polisi...

"Saudara Dimas, apakah ada orang yang keluar dari tempat kejadian pembunuhan selain Saudara Awan?" tanya polisi kepada Dimas.

"Soal itu Saya tidak tahu, Pak, karena waktu itu Saya berpisah dengan Awan dan Meta karena ingin ke WC" jelas Dimas.

"Saudara Awan, Anda adalah orang yang bersama korban sebelum kejadian, dan sebelum Anda pergi meninggalkan korban untuk ke lantai 2, apakah Anda melihat ada orang yang masuk ke dalam gudang?" tanya Polisi kepada Awan.

"Tidak Pak, justru Saya mendengar teriakan dari Saudara Kembar Saya" jawab Awan.

Polisi sudah menyelidiki kasus kematian Meta ini, namun belum juga mendapatkan titik terang. Akhirnya, polisi pun menutup kasus ini untuk selama-lamanya karena tidak bukti untuk menangkap tersangkanya.





2 bulan kemudian setelah kematian Meta, seluruh anggota pramuka, teater dan OSIS memindahkan barang-barang penting yang ada didalam gudang sekolah itu ke dalam gudang sekolah yang baru dibangun. Deva yang saat itu sedang membersihkan kotak besar, menemukan sebuah Kalung Liontin milik Saudara Kembarnya, Mutiara.

"Kalung ini, ini milik Mutiara, Kak Dodi, Kak Awan, cepat kemari!" ujar Deva.

Namun tidak ada jawaban dan datanglah Sarmila.

"Ada apa Deva? Dodi dengan Awan sedang mengangkat barang-barang, kenapa memangnya?" ujar Sarmila.

"Ini, Aku menemukan Liontinnya Mutiara, Aku sangat senang sekali, ini adalah Liontin yang selalu dipakainya, ini juga pemberian dari Kak Awan untuknya" kata Deva.

Kemudian, Deva memakai Kalung Liontin itu. Setelah memakai Kalung itu, tiba-tiba Deva kejang-kejang kemudian mulai bertingkah seperti orang kesurupan dan langsung menuju ke sebuah ruangan kosong yang ada digudang itu, kemudian Ia menarikan tari tanggai dengan lembut gemulai. Sarmila yang melihat itu pun langsung berlari ketakutan dan meminta bantuan kepada Dodi, karena Dialah yang selama ini bisa mengendalikan orang yang kerasukan.

Misteri Cinta Psikopat Dan Hantu Perempuan TanggaiWhere stories live. Discover now