Chapter 3

81 2 0
                                    

"Ini adalah kesempatanku untuk membunuh Sarmila dan Meta, tunggu saja! Kalian akan mati ditanganku!" kata Awan didalam hati.

"Baiklah, kita akan kemah besok, siapkanlah perlengkapan untuk kemah kita nanti!" ujar Awan.

"Oke, soal itu tidak masalah, nanti semuanya akan beres" kata Dodi.



Disaat jam 2 malam, Awan yang sedang tertidur pulas bermimpi bertemu dengan Mutiara dan Ia pun berkata.



"Awan, tolong Kamu jangan bunuh Sarmila! Karena Dia tidak bersalah dalam membunuhku"

"Tapi, Sarmila juga ikut membunuhmu, bagaimana bisa Kamu bilang Dia tidak bersalah?" bantah Awan.

"Dia hanya dipaksa, Awan, Dia tidak berniat untuk membunuhku, Dia terpaksa melakukan hal itu karena diancam oleh mereka" jawab Mutiara.





Keesokan paginya, dimeja makan saat Dodi dan Awan sarapan pagi, Awan merenung memikirkan mimpi itu.

"Hey, Awan, roti Kamu kok diancurin?" Dodi heran.

"Eh tidak, Aku cuma mau coba saja enak apa enggak roti hancur" bantah Awan.

"Oo, Ayo Awan kita berangkat! Nanti kesiangan lagi" kata Dodi dan Awan hanya mengangguk.





Dan hari perkemahan pun tiba, Awan, Dodi, Sarmila, Meta, Dona, Deva, Elma dan Atek berbaris di lapangan untuk mendengarkan instrusi dari kakak pembina.

"Baiklah, untuk kakak-kakak sekalian, di malam hari ini kalian akan disuruh mencari gulungan kertas yang berisi nama kalian dan tulisan LAKSANA. Barang siapa yang menemukan gulungan kertas itu, maka Dia besok pagi akan dilantik sebagai penegak LAKSANA" jelas kakak pembina.

Akhirnya, mereka pun dibagi menjadi 7 kelompok 3 orang. Dodi, Sarmila dan Deva di kelompok 3, sedangkan Awan, Dimas dan Meta di kelompok 1.

"Aduh, gimana nih? Gulungannya disembunyiin dimana ya?" Meta bingung.

"Coba kita cari digudang sekolah?" kata Dimas.

"Oke" kata Awan.

Disaat kelompok 1 ingin masuk ke gudang, tiba-tiba Dimas kebelet mau pipis.

"Aduuhh, Aku nggak tahan lagi, Aku kekamar mandi dulu ya, kalian duluan saja, Aku nanti akan nyusul" Dimas lalu pergi dengan terburu-buru.

"Haei, Dimas Dimas, ada-ada aja deh alasannya, bilang aja kalau takut" kata Meta.

"Ya udah, Meta, kita duluan saja yang ke gudang" kata Awan.



Setelah mereka masuk kegudang sekolah tempat dimana Mutiara dibunuh, Awan pun menyarankan kepada Meta untuk berpencar mencari gulungan kertas tersebut.

"Aduh, dimana sih gulungannya?" resah Meta.



Disaat sedang mencari, tiba-tiba Meta mendengar suara seorang perempuan yang memanggil namanya dengan pelan.

"Meta...Meta...Meta..."

Meta pun menoleh ke arah dimana suara itu berasal, Ia pun melangkah perlahan-lahan menuju kotak besar tempat suara itu berasal.

"Siapa disitu? Deva? Sarmila?" ujar Meta namun tidak ada yang menyaut sekalipun.



Kemudian suara itu muncul dibelakang Meta.

"Meta...Meta...Meta..."

Kemudian Meta membalik badannya perlahan-lahan.





Deg...deg...deg...deg...

Dan ternyata, Meta tidak menemukan siapa-siapa saat Ia berbalik.

"Fyuuhhh, kirain siapa tadi, ternyata cuma perasaanku saja" Meta pun kembali berbalik ke arah semula, tapi setelah itu...



JUMPSCARE!!!

"Aaaaaaaaaa"

Jeritan Meta, karena Ia melihat Seorang perempuan dengan baju tanggai dan berwajah seram berdarah.

Meta pun berlari dengan buru-buru, namun Ia bertabrakan dengan Seseorang yang berpakaian serba hitam kecuali sepatu berwarna putih dan memakai topeng warna merah darah sambil memegang gergaji tangan dan membuatnya semakin menjerit dan lari kocar-kacir. Namun sayang, saat Ia ingin keluar dari gudang itu, pintunya dikunci oleh Psikopat itu, Meta berusaha mencari jalan keluar namun tidak ditemukan. Sampai pada akhirnya, Psikopat itu pun bisa mendapatkan Meta dan menggantungnya disebuah tali.



"Siapa Kau? Lepaskan Aku!!" kata Meta sambil berusaha melepaskan tali dari tangannya namun tidak berhasil.

Psikopat itu memang menggunakan gergaji tangan untuk membunuh Meta, tapi Ia menggunakan pisau terlebih dahulu untuk membunuh Meta.

Crrraaaaattttt...

Crrraaaaattttt...

Crrraaaaattttt...

"Arrrrggggghhhh"

Akhirnya, Meta pun terbunuh digudang sekolah dimana disitulah, tempat Mutiara dibunuh dan tidak hanya itu, Sang Psikopat tak segan-segan untuk memutilasi tubuh Meta menjadi 25 bagian dengan gergaji tangan.

Misteri Cinta Psikopat Dan Hantu Perempuan TanggaiWhere stories live. Discover now