Part 1

1.5K 81 8
                                        

Suara pintu besi yang bergeser tidak membuat Aurora mengangkat kepalanya. Hanya dengan mendengar ia bisa mengenali milik siapa langkah itu, dan dia tidak perduli.

"Apa kau tidak lelah? sampai kapan kau tidak belajar untuk mengerti tidak ada yang bisa pergi dari genggamanku?"

Derap langkah semakin terdengar mendekat, Aurora tetap pada posisinya, duduk melipat kaki dan menyembunyikan wajahnya, Helaian rambut panjangnya tergerai sedikit kusut. Ia tetap tidak memperdulikan iblis Sialan itu yang sudah berdiri di depannya.

"Tatap aku ketika aku berbicara denganmu"

Aurora mengangkat satu tangannya, mengangkat jari tengah ke arah pemuda itu.

Persetan dengan nya.

Dimon menarik lengan Aurora kasar, yang sepontan membuat gadis itu berdiri dan menatap benci. Mata biru gadis itu berkilat penuh kebencian, tidak ada sedikitpun ketakutan yang terlihat dari wajahnya.

CUIH

Aurora tersenyum puas berhasil meludahi wajah tampan itu.

Dengan emosinya, Dimon langsung menangkup rahang Aurora dengan satu tangan, menghentakan gadis itu ke dinding.

Suara benturan tubuh mungil gadis itu terdengar nyaring, namun tak membuat Aurora meringis, netranya tetap memandang jijik Dimon.

"Baiklah, akan ku permudah ini, Aurora" Suara datar dari Dimon sejenak membuat nyali Aurora menciut, namun tak sampai terlihat pada mimik wajahnya. "Jika kau mencoba kabur lagi atau kau menentangku, ibumu yang akan menanggungnya"

"Brengsek.." Aurora mencoba memberontak penuh kemarahan, tangannya bergerak membabi buta. Ia tidak akan membiarkan siapapun menyentuh ibunya apalagi sampai menyakitinya.

"Camkan ini baik-baik di otakmu" Cengkraman pada rahangnya mengerat. "kau adalah milikku sekarang, dan aku akan mempertahankan apapun yang menjadi milikku"

"Aku bukan milikmu atau milik siapapun" Ucap Aurora dengan tatapan menantang. "Sampai matipun aku tidak akan menjadi milikmu"

"tidak ada yang bisa menentangku di dunia ini, Aurora Snow"

"My Name is Aurora Wilson, and always be like that"

"In your dream, Aurora Snow"

Dimon melepaskan cengkramannya dengan kasar, kemudian pergi meninggalkan Aurora yang terdiam dengan kekosongan dan ketakutannya.

"Setiap kesalahan yang kau lakukan, ibumu yang akan menerima akibatnya"

Apapun, lakukan apapun padanya, tapi tidak dengan ibunya.

Ia tidak bisa membayangkan hancurnya ia jika sampai ibunya menderita. Dan ia tidak akan memaafkan siapapun yang menyakiti ibunya itu.

Air matanya jatuh. Aurora menyembunyikan tangisannya pada lipatan tangan, terisak tanpa suara, meratapi takdir yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Takdir yang membuatnya jatuh pada jurang terdalam.

Jika tidak karna ibunya, ia ingin mati saja.

"Bawa dia kembali ke kamarnya, suruh pelayan membersikan gadis itu. Aku tidak ingin ada sampah di rumahku" Dimon memberi perintah kepada salah satu penjaga.

"Yes, sir"

Pria 29 tahun itu pergi tanpa menoleh sambil mengelap wajahnya dengan sapu tangan.

Gadis itu, tidak akan bisa pergi kemanapun.

•••••

Tidak ada satupun yang berani menatap langsung sang pimpinan tertinggi perusahaan besar yang terlalu berpengaruh pada kemajuan negara itu. Mereka semua membungkuk hormat, ketika sang atasan yang di ikuti dua penjaga bertubuh besar itu berlalu di depannya.

AuroraWhere stories live. Discover now