percaya tak percaya

493 14 2
                                    

"Alahh paling itu akal-akalan dia aja." Ucap seorang gadis berusia enambelas tahun itu saat sudah berada di rumahnya. Dia menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dan menyalakan air conditioner karena dia merasa sangat gerah sekali.

"Elo mah selalu gitu." Tukas kakaknya sambil lalu menuju ke arah dapur. "Gue kan udah cerita, si Nindi gak lama setelah di ramal bakal dapat kerja memang di panggil tak tanggung-tanggung jabatannya wakil dirut lho." Dia pun membawa sebotol air mineral dingin dari kulkas dan langsung meneguknya hingga tersisa setengah.

Kirana mendelik ke arah kakaknya, iya dia tahu tentang kak Nindi teman karib kakaknya itu tapi dia anggap itu hanya keberuntungan yang mujur, begitulah. Tak ada yang istimewa. Ingat itu hanya faktor keberuntungan, keberuntungan.

"Alah itu cuma lucky doang." Bantah Kirana dan berusaha menyangkal habis-habisan. Siapa sih yang mau bernasib sial karena sebuah ramalan konyol. Tak ada satupun termasuk Kirana. Apalagi mengungkapkan rahasianya kalau dia belum pernah pacaran, apalagi dapat ciuman pertama, ohhh itu sangat jauhh sekali dari angannya. Dia emang belum mau punya pacar, lebih banyak hal gak berfaedah nya.

"Itu mah terserah elo, gue mah ogah banget dapat nasib sial." Ucap kakaknya sambil memandang adik semata wayangnya dengan tatapan meledek.

"Ihh ini gegara elo kak, coba gak ke stan ramalan sialan itu, gak akan pusing gue kayak gini." Dumel Kirana sambil memijit pelipisnya.

"Itu mah derita elo hahaha." Kakaknya malah senang sekali melihat adiknya menderita.

Kirana lalu mengambil bantal sofa dan melemparkan ke arah kakaknya dengan sekuat tenaga.

Dua jam sebelum kejadian.

Mumpung sedang libur seklolah dan Kirana tak melakukan kegiatan apapun, Riana mengajak sang adik jalan-jalan. Riana, mengajak ke sebuah pameran yang berada di taman kota. Banyak penjual yang menjajakan jualannya dan banyak stan-stan yang berdiri.

"Kesana yuk." Ajak Riana sambil menunjuk ke sebuah stan berwarna ungu dan hitam dan bertuliskan 'Ramal Meramal'. Kirana mengernyitkan dahinya, apaan sih zaman sekarang masih percaya hal-hal yang kayak gitu. "Elo mesti coba, hasil ramalannya 99% akurat." Riana meyakinkan adiknya agar mau memasuki salah satu stan yang penampilan nya cukup nyentrik.

Terpaksa Kirana mengikuti kakaknya ke sana. Riana pun masuk ke stan itu. Media yang di pakai meramal adalah ampas kopi. Setelah kopi di seduh dan di aduk oleh Riana, air kopi nya dipisahkan dari ampasnya lalu ampasnya di letakkan di atas piring kecil.

Riana menatap dengan tak sabar pada sang peramal yang berada di depannya. Penampilan peramal nya pun juga tak kalah memukau dengan stan nya. Riana hanya bisa menebak-nebak berapa usia si peramal itu. Wajah nya mungil dengan penampilan ala-ala gothic loli. Bahkan Riana harus menahan rasa gemas nya pada sang peramal. Dress hitam yang penuh renda-renda rumit menambah sisi misterius dan imut pada sang peramal.

"Aku melihat matahari sedang bersinar cerah di sekitar mu, bisa jadi sebentar lagi kau akan mendapatkan kejutan yang luar biasa." Ucap peramal itu sambil meneliti ampas kopi itu. "Kalau ku lihat lagi, berhubungan dengan pernikahan." Lanjutnya yang membuat Riana mengembangkan senyum bahagia. Ramalan yang benar-benar membuat hatinya menghangat.

"Benarkah?!" Pekik Riana senang. Sang peramal pun mengangguk kan wajahnya dan membuat senyum Riana semakin mengembang.

Lalu tibalah giliran Kirana. Metodenya tetap sama seperti Riana tadi.

Setelah ampas kopi di tuang, si peramal menautkan alisnya seoalah berpikir keras. Sesekali wajah mungilnya mengernyit bingung dan cemas."Aku melihat awan mendung akan mengikutimu di sepanjang waktu jika kau tak bisa punya pacar dan mendapatkan ciuman pertama sebelum umur 17 tahun. Nasib sial akan terus menghantuimu."

"ah bohong." tukas Kirana tak percaya. Lalu dia tertawa keras. Apa katanya tadi nasib sial? Usia tujuh belas tahun? Emang dia sleeping beauty apa?!

"ramalannya 99% akurat tau. Kan gue tadi dah bilang." Riana yang berdiri di samping ikut mengomentari. Dan malah membuat Kirana makin sebal.

"kau akan bisa bebas dari hal ini jika memacari seorang pria berzodiak gemini dengan tinggi 170 cm dan berwajah blasteran dan awal hurufnya J." lanjut peramal yang membuat Kirana terperangah.

"Apaan sih, masa cuma gegara itu gue jadi sial kayak putri tidur aja." Keluh Kirana pada si peramal yang masih tampak tenang da sama sekali tak terprovokasi dengan keluhan dari Kirana.

"Clue nya, pria ini diam-diam suka sama mu. Bisa jadi orang dekat." Lanjut sang peramal membuat Kirana memijit pelipis nya. Gila, ini sungguh gila.

Kirana masih terngiang-ngiang ucapan si peramal. Katanya cowok blasteran, bisa jadi orang dekat. Lah tapi siapa coba ?! Di pikir-pikir gak akan ada habisnya malah membuat otak makin tambah puyeng.

"Elo bisa duduk diem gak sih." Riana menegur adiknya yang duduk kayak cacing kepanasan.

"Elo mesti tanggung jawab kak." Pekik Kirana tak terima dengan ramalan nasibnya yang jelek.

"Elo kan bisa cari dek, mana tau di sekolah elo ada tuh yang ciri-ciri yang di bilang sama si peramal." Ucap sang kakak memberi solusi walaupun di sendiri juga tak yakin.

"Susah tau kak." Keluh Kirana. "Kayak cari jarum di tumpukan jerami."

Riana malah tertawa lebar mendengarnya dan Kirana malah makin sewot dan melemparkan bantal sofa dah skak mat, tepat sasaran di muka kakaknya.

Kirana segera kabur menuju kamarnya sebelum kakaknya mulai mengamuk.






RamalanWo Geschichten leben. Entdecke jetzt