14. The Last Request

566 45 7
                                    

Farrah POV

Aku terbangun merasakan getaran handphone milikku sendiri di bawah bantalku. Dengan berat hati aku mencoba menemukannya. Dapat!

Aku melihat siapa yang menelepon sebelum mengangkatnya.

"Kenapa nit?" Kataku langsung setelah mengangkatnya.

"Suara lo kok serak gitu? Baru bangun tidur?" Tanya anita.

"Iya, lo mengganggu tidur siang gue."

"Ya ampun lo itu nggak produktif banget, jam segini malah tidur."

"Gue lagi malas keluar rumah, lo ngapain nelepon? Ada yang penting emang? Kalau nggak penting jangan telepon lah."

"Bocah kurang asem lo. Masih sukur gue mau nelepon lo ya!" Kata anita kesal.

"Becanda bundoo~~"

"Gue mau ngasih info buat lo. Gue nggak tau ini penting lagi buat lo apa enggak. Tapi gue ngerasa kalau lo harus tau tentang ini." Kata anita dengan suara yang serius.

"Kenapa sih? Kok gue jadi degdegan gini. Masalah serius emang?"

"Gue juga nggak tau ini masalah yang serius apa enggak. Pokoknya gue ngerasa lo harus tau aja."

"Yaudah buruan bilang, jangan bikin gue penasaran."

"Reva dirawat di rumah sakit ra."

Saat mendengar perkataan anita barusan rasanya jantungku berhenti beberapa detik. Aku langsung memikirkan bagaimana bisa reva dirawat dirumah sakit. Apa yang terjadi padanya? Sakit apa dia? Separah apakah keadaannya? Apa dia akan mati? Apa aku masih bisa melihatnya lagi? Apa aku akan kehilangan dirinya untuk selamanya? Semua pertanyaan itu begitu saja terpikirkan olehku.

"A-apa? Kok bisa? Dia sakit apa nit? Parah nggak? Gimana keadaannya sekarang?" Aku langsung melontarkan banyak pertanyaan pada anita.

"Sabar buk, jangan langsung ngebut gitu pertanyaannya. Reva selama ini ternyata punya masalah sama ginjal ra. Keadaannya udah mendingan kok, untung aja jessica bertindak cepat bawa reva ke rumah sakit waktu dia pingsan di parkiran bandara.

"Pingsan di parkiran bandara?"

"Iya, dia dateng waktu lo udah take off."

"Ngapain?"

"Gue juga nggak tau pastinya ra dia ngapain. Tapi dia keliatan linglung gitu waktu tau lo udah take off dari sejam sebelumnya. Kayanya dia mau nemuin lo deh."

"Dia nggak bilang apa-apa lagi ?"

"Enggak ra, gue sama anak-anak langsung pergi. Jadi gatau dah kelanjutannya gimana. Kok gue ngerasa reva itu sebenernya cinta sama lo ya ra?"

Aku terdiam, tidak merespon apa yang di katakan anita. Aku sangat ingin mempercayai apa yang dikatannya. Tapi aku takut kepercayaanku itu nanti akan berakibat perasaan sakit hati yang kurasakan akan semakin dalam.

"Nggak mungkinlah kocak. Kalau dia cinta sama gue, nggak mungkin dia memperlakukan gue kayak gini. Lo ini ada ada aja. Tapi memang gue nggak salah menilai jessica cewek yang tepat buat reva. Dia udah ngebuktiinnya sama gue sekarang. Jadi gue bisa tenang ngelepasin reva sekarang."

"Mulai lagi deh dramanya." Kata anita dengan suara malas.

"Sekali-kali lo dengerin curahan hati gue yang serius kek."

"Males~, mendingan gue lanjut kerja. Bye pemalas."

"Woi nit! Halo?? Anita?! Lo udah matiin teleponnya? Bangke di matiin!" Aku melemparkan handphoneku dengan kasar ke tempat tidur.

It's You, Reva?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang