X. Selamat Datang, Remedial!

60 5 0
                                    

selamat membaca!

Lembaran kertas agak kucel mendarat di bangku meja Milki. Tangannya sudah basah keringat gugup sejak gurunya menyebutkan tugas untuk siswa yang nilainya dibawah KKM.

"Gila. Selamat ya, Mil. Nyaris tuh." seru Katherine yang berjalan pergi melanjutkan membagikan kertas ulangan ke seluruh penjuru kelas. Katherine juga jadi korban amukan massal anak-anak yang kena remedial walau dia tidak ada kaitannya dengan nilai jelek mereka.

Kantya melengos dan terduduk di bangku kosong sebelah Milki, "Gue kena remedial, Mil. Lo berapa— hash, gue gak mau temenan sama lo deh."

"Eh, eh, sini-sini ada yang mau lo tanyain gak?" Milki menarik lengan kemeja seragam Kantya. Kantya pun duduk kembali dan memajukan bibirnya, menambah efek ngambeknya.

"Kenapa, sih, lo bisa dapet nilai 98. Ini materi Kesetimbangan Kimia, Mil. Persetan dengan prinsip Le Châtelier." Kantya menenggelamkan kepalanya di kertas ulangannya yang sekucel muka Mela saat bertengkar dengan Pak Agus di depan kelas. Pasti salah ngitung nilai, batin Milki yang memperhatikan Mela, lalu dirinya kembali ke Kantya.

Milki tertawa hambar, "Ini hoki, Yak, gue juga bingung bisa dapet nilai segini."

"Padahal gue pikir pas gue denger si Katherine bilang nyaris itu, nyaris remedi. Eh, malah mendekati nilai sempurna. Sialan, itu si Keket." omel Kantya yang masih meratapi nilai 68 di kolom nilai di kertas yang ia pegang.

"Hash, fix pulang sekolah nanti gue belajar ke rumah lo. Bentar gue telpon abang gue dulu." tambah Kantya yang beranjak dari tempat duduknya dan langsung keluar dari kelas tanpa memperdulikan Pak Agus yang mau menegurnya namun masih dikerubungi oleh amukan anak kelas.

"Bun, anak-anak pada mau main!" seru Milki saat membuka pintu yang mempertemukannya dengan ruang duduk yang luas. Ada sekat yang memberikan privasi untuk menonton televisi atau sekadar duduk santai di sofa lipat yang super empuk itu.

Sebuah kepala menyembul dari kamar tidur bunda dan ayah, "Udah pada makan siang?"

"Udah sih, tante, tapi kalo ada camilan, ya, perut si Milki pasti masih bisa nampung." balas Mela yang meraih tangan bunda untuk menyalami.

Bunda pun dengan refleks menyodorkan tangannya, "Mela lagi diet?"

"Target lima kilo, tante." Kantya menyaut, ikut menyalami bunda.

Gantian Resha yang ikut menyalami bunda, namun dirinya hanya senyam-senyum seperti menunggu sesuatu yang akan menaikkan mood-nya, alih-alih Milki yang mencium pipi bundanya langsung melesat ke dapur untuk meneguk air putih itu berkata, "Cewek lebay. Saya cinta dengan bagaimana Tuhan menciptakan saya yang agak gempal di bagian pipi dan perut ini."

Kantya melipat lengannya dan bersandar di dinding tepat di sebelah bunda dan Mela, "Terus yang kemarin mogok makan gara-gara dibilang gendut sama si Erik itu siapa?"

Milki langsung memicing sadis ke arah Kantya, "Tuhan, bantu hamba untuk memperluas kesabaran di antara iblis-iblis yang sok kurus ini."

Bunda pun tertawa, begitu juga dengan Mela dan Resha. Kantya juga namun berusaha menahan tawanya.

Sesampai di kamar tidur, Milki langsung mengambil alat tulisnya dan mengeluarkan segala macam buku kimia yang ada di dalam tasnya.

"Jadi," Milki menyalakan pendingin ruangan, "lo gak paham yang man, Yak? Asas Le Châtelier gak sih?"

"Serah, gue satu bab aja kagak paham." jawab Kantya yang duduk di depan Milki.

"Ayo, sini, mampir bentar!" Suara seruan samar terdengar saat Resha membuka jendela kamar Milki.

Milki sontak menoleh ke arah jendela kamarnya, bertemu dengan wajah Resha yang mengisyaratkan ayo-ke-bawah-bentar-yuk. Milki menarik nafas berat, "Gak, Res. Kasian si Kantya, dia mau belajar."

"Ya, udah. Gue sama Mela aja yang mampir ke rumah Brian. Mel?" Resha menoleh ke arah Mela, Mela hanya mengangguk setuju.

"Oke, gue sama Kantya belajar dulu. Kalau sempet si Kantya nyusul." imbuh Milki yang membuka buku catatannya.

Resha pun memekik senang. Mela hanya mengekor di belakang Resha yang segera berjalan ke arah rumah Brian. Semoga aja, deh, dua orang itu berjodoh, batin Milki.

"Jadi, Yak, bunyi asas Le Chântelier sendiri itu jika terhadap suatu sistem kesetimbangan dilakukan suatu tindakan atau aksi—"

Penjelasan Milki seketika berhenti saat Kantya merajuk dan berkata, "Mil ...."

Milki langsung menutup mulutnya dan paham apa dengan raut muka Kantya, "Ya, udah. Sana cepet nyusul."

Raut muka Kantya langsung berbinar, "Yes!"

"Lo ikut, kan?" tambah Kantya.

Milki menata buku-buku yang sudah ia buka untuk memberikan tutor kimianya yang gagal, "Nyusul."

"Sampai gue gak liat batang hidung lo, gue—"

"... bakal bilang ke Samudra." ucap Milki dan Kantya berbarengan.

"Resek." ucap Milki dan Kantya berbarengan. Kantya pun melengos pergi karena Milki selalu tahu cara membuatnya kesal. Milki pun hanya tertawa kecil.

Mau lo bilang ke Samudra atau gak, Yak, semuanya juga gak bakal berubah, batin Milki.

emang ada apa sih sama samudra, mil???

sok misterius gila.

okok, dont forget to vote and comments, my love birds!!!$#%

s a l a m — s q u a c k

Mengejar SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang