III. Brian dan Band-nya-Yang-Tidak-Payah

59 7 0
                                    

selamat membaca!

Dentuman intro lagu Amnesia milik 5 Seconds of Summer yang dicover oleh Dua Ribu Satu langsung membuat mayoritas penontonnya ikut menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sesuai tempo. Brian sebagai vokalis memulai bagiannya yang seharusnya dinyanyikan oleh Luke Hemmings. Milki bisa gila kalau yang menyanyi dihadapannya adalah si Aussie Hemmings. Tapi, Dua Ribu Satu tampil lumayan.

"Gak seaneh yang gue pikir." komen Resha yang agak memekik karna suara sound system yang agak memekakkan telinga.

Mela dan Kantya asik selfie di sebelah kiri Milki. Sementara, Resha ikut bernyanyi dan merekam Brian bersama band-nya. Milki juga ikut mengangguk-angguk sesuai nada gitar yang dimainkan oleh Erik, si gitaris.

Tiba-tiba saja, detak jantung Milki berdetak begitu cepat. Sepasang bola mata menatap ke arahnya. Ujung bibirnya terangkat membentuk setengah senyuman. Lalu, sampai di bridge yang dinyanyikan oleh seorang pemuda memakai plaid shirt hijau biru army yang klasik. Plaid shirt yang sama saat pertama kali Milki bertemu dengannya.

"If today I woke up with you right beside me, like all of this was just some twisted dreams. I hold you closer than I ever did before, and you never slip away, and you never hear me say ..."

Ya, Tuhan, apa dia menyanyikan itu untukku? tanya Milki dalam hati dengan hati penuh penasaran serta kagum.

"I'm not fine at all, no, I'm really not fine at all. Tell me this just a dream, cause I'm really not fine at all. Terima kasih!" pekik Brian diakhir lagu. Sebagian kerumunan penonton menyeru karena bait lagu Amnesia yang mengena di hati atau karena Brian yang tampak menarik dengan aura anak-band/vokalis-gitaris-band.

Pembawa acara mulai menggantikan Dua Ribu Satu sebagai selingan karena Tulus sedang bersiap-siap di backstage sebagai bintang tamu utama pentas seni SMA Negeri 109.

Mela dan Kantya yang semangat sekali dengan kehadiran Tulus itu langsung berusaha masuk ke dalam kerumun agar mendapat pandangan yang lebih jelas. Sedangkan, Milki terpaksa menemani Resha yang sudah berjanji menunggu Brian seusai tampil di dekat pintu VIP.

"Lo gak apa, kan?" tanya Resha memastikan, walau raut muka Milki sudah menjelaskan bagaimana perasaannya.

Milki tersenyum kecut, "Kalau bokap kita gak temenan dari kecil, organ lo udah gue jual."

Resha hanya tertawa dengan lelucon penuh ironi yang dilontarkan oleh Milki. Kring, kring, Milki menoleh ke arah Resha. Resha langsung refleks menjauh dari keramaian. Saat ditanya siapa, Resha menjawab, "Nyokap. Kalau ada Brian— apa, ma?"

Milki hanya menggeleng tidak paham dengan Resha yang masih saja memikirkan Brian saat ibunya meneleponnya. Tiba-tiba, hidung Milki menyium bau harum yang menyengat.

Sialan, si Brian pasti di belakang.

Milki menoleh ke belakang dan benar saja, si Brian sudah rapi dengan gitar yang diselempangkan di punggungnya. Dengan kaos hitam polos dan celana jeans hitam yang agak pas di bagian betisnya, ditambah sepatu Chuck Taylor's berwarna hitam klasik.

"Lo itu Calum Hood wanna-be banget sih." ucap Milki secara terang-terangan.

"Gue seneng lo dateng. Resha mana?" tanya Brian sambil celingukan mencari-cari perempuan berpenampilan super feminim di sebelah Milki walau hasilnya nihil.

Milki menoyor kepala Brian pelan, "Lagi telepon tuh, elah, baru kenal juga seminggu."

"Ye, kan, gue cuma nanya juga lagian." balas Brian sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal, "Si Resha suka Tulus, Mil?"

Milki sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan Brian. Telinganya terfokus dengan intro lagu Sewindu yang mulai dilantunkan. Matanya jelalatan mencari si rambut acak-acakan. Jantung tidak bisa berdetak dengan santai. Tangannya mulai terasa lengket karena keringat gugup yang ia rasakan.

Itu dia. Tiba-tiba saja siluet Brian menjadi kabur dan satu-satunya yang terlihat di pelupuk mata Milki hanyalah dia.

Mata Milki dan seseorang terkunci. Senyuman langsung tersungging di bibir merah delima itu dengan tangan yang membenarkan rambut. Membuat bibir Milki otomatis tersenyum canggung. Sedangkan headband berwarna hitam kehijauan sangat serasi dengan rambutnya yang hitam legam.

Dengan sebuah tas kulit berisi bass yang dipanggul di punggungnya. Tangannya membetulkan rambutnya sekali lagi.

Brian bertanya sekali lagi dan tidak ada jawaban dari Milki. Brian menoleh ke arah yang Milki lihat dan memutar bola matanya, "Pantesan, gue dikacang."

Mengejar SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang