D U A : DARA ARFIYANA

15.1K 841 28
                                    

Dara menatap sabar dua laki laki yang memang begitu sering berada di depan mejanya dengan wajah menunduk . "Kenno , Fernand... ada apa lagi sekarang ? " tanya Dara , membuat seorang perempuan yang berdiri di belakang 2 anak itu menatap Dara jengah . Bagaimana tidak jengah ? Mana ada murid yang mau taubat untuk berbuat nakal jika gurunya selembut Dara ?

"Mereka lagi lagi ketahuan mencoret coret kamar mandi sekolah yang baru saja di cat ulang ! Lihatlah anak didikmu ini !" Bentak Bu . Sena dengan melirik dua bocah ingusan yang menunduk itu . Dara menghela napasnya perlahan . "Baik bu , akan saya urus mereka "

"Iya Bu , Biar Bu. Ana saja yang mengurus perilaku kita " sambar Fernand menyahuti perkataan Dara . Fernand jelas lebih memilih berurusan dengan Dara daripada Sena yang terkenal dengan kemarahan dahsyatnya . Berbeda dengan Kenno , Kenno malah lebih suka berurusan dengan guru yang keras layaknya Sena daripada guru yang lembut seperti Dara .

"Diam kalian ! Kali ini aku percayakan padamu , Ana . Kuharap mereka mau berhenti berbuat onar . Masih kecil , sudah berbuat onar !" Sena pergi dengan sedikit tatapan tidak enak pada Dara , Kenno dan juga Fernand . Dara tersenyum dan mengangguk sopan pada guru seniornya itu .

"Kenapa kalian melakukan itu lagi ?" tanya Dara setelah mempersilahkan dua anak didiknya itu untuk duduk ."Kita cuma mau tes pulpen yang baru kita beli kok bu !" sanggah Fernand dan menyenggol lengan Kenno yang sedari tadi diam saja . Padahal Fernand melakukan hal itu karena ajakan Kenno , sahabatnya sejak kelas 1 SD .

"Jujur Bu , saya ngelakuin itu karena pengen ngeliat Ibu ngebentak kita ." Ujar Kenno santai membuat Fernand menatap sahabatnya itu horror dan Dara menatap Kenno heran . Dara melipat bibirnya . Apakah ia harus membentak ? Tapi Dara lebih bisa menangis daripada membentak jika dilanda kemarahan .

"Berjanjilah pada Ibu bahwa kalian tidak akan melakukannya lagi . Kalian sudah kelas 5 SD , kalian sudah akan lulus . Kalian harus mulai bisa membedakan mana yang baik dan buruk " Tutur Dara dan dua bocah itu hanya terdiam saling melirik satu sama lain .

"Untuk hukumannya , kalian tulis kalimat maaf dan tidak akan mengulanginya lagi 100 baris di buku tulis kalian . Mengerti ?" Kenno dan Fernand langsung saja menunduk mengiyakan .

"Sekarang kembali ke kelas . Setelah ini Ibu akan masuk , sampai tidak ada kalian disana ... Ibu akan serahkan kalian pada Kepala Sekolah " Ucap Dara tidak sepenuhnya benar . Guru Junior seperti dirinya tidaklah mungkin mau melaporkan murid nakal pada Kepala Sekolah , apalagi murid didiknya . Ia akan langsung dikeluarkan dari sekolah karena dinilai tidak becus pada anak didiknya . Padahal Dara hanya memaklumi kenakalan yang terjadi pada anak didiknya , karena masih dalam tahap wajar. Hidup tentu selalu butuh proses kan ? Seorang anak juga harus mengalami proses untuk jadi dewasa .

Kenno dan Fernand langsung saja pergi meninggalkan Dara . Dara mengembuskan napasnya pelan , menjadi guru honorer tidaklah mudah . Ia pikir memilih bekerja di Jakarta akan mendapat lebih banyak uang daripada di Bandung , ya memang benar ... namun gaji itu juga sebanding dengan gaya hidup di Jakarta yang lebih mahal . Untungnya Dara juga merangkap pekerjaannya sebagai pelatih marching band disekolahnya , itu cukup menambah pemasukannya .

Seusai menyelesaikan kuliahnya di Universitas Pendidikan Indonesia , Dara langsung saja diterima sebagai guru honorer di wilayah bandung . Namun selang beberapa tahun , ia memilih pindah ke Jakarta karena beberapa pertimbangan seperti misalnya , honor . Ditambah lagi dengan Fera yang juga bekerja di Jakarta . Jujur saja Dara juga ingin diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil , namun itu tak mudah .

Hidup Dara tak pernah mudah , apalagi sejak kejadian 11 tahun yang lalu .

********

Should I say that I Love You again?Where stories live. Discover now