1 : AnnaBelle

345 12 2
                                    

"Anna! Minum susu dulu!"

"Nanti aja Ma, udah telat!"

"Anna!"


"Anna.."

Anna tersentak dari lamunannya dan mengerjapkan mata, melihat dokter Vani yang duduk di sebelahnya. Dokter itu membawa papan dengan penjepit di bagian atasnya. Papan itu menjepit lembaran penilaian kondisi Anna.

Dokter Vani menulis apapun yang dilakukan Anna di lembar penilaian itu. Anna pernah melihat dokter Vani menulis di lembaran itu saat dia tanpa sengaja kelepasan kentut. Anna sangat malu.

"Apa yang terjadi?" tanya dokter Vani

"Saya mengingat saat mama meminta saya minum susu sebelum berangkat sekolah"

Dokter Vani menulis di lembarannya.

"Kamu ingat suasananya seperti apa?"

"Tidak. Saya hanya melihat Mama dan mendengar suaranya. Tapi rasanya tidak familiar."

"Bagaimana suaranya, Anna?"

"Lembut, agak galak tapi penuh sayang."

Dokter Vani memberikan senyum cerah, "Itu bagus, kamu sudah mulai mengalami kemajuan. Konsultasi hari ini sudah cukup. Istirahat dan nikmati hari yang cerah ini"

Anna tersenyum lebar, "Terimakasih Dokter. Hari ini memang sangat cerah. Langitnya sangat biru."

Dokter Vani mengantar Anna sampai ke pintu ruangannya. dia membukakan pintu untuk Anna dan mendapatkan ucapan terimakasih dari seorang lelaki tinggi dan tampan yang berdiri di depan ruangannya. Lelaki itu bukan perawat. Dia terlalu tampan dan bergaya untuk menjadi perawat.

"Terimakasih Dokter"

"Sama - sama Damian."

Damian memberikan senyum singkat yang sopan dan merangkul pundak Anna. Dokter Vani baru bertemu pasangan muda itu sebulan tapi dia tahu Damian sangat mencintai Anna. Demi kesembuhan Anna, lelaki itu selalu meluangkan waktu untuk mengantar dan menemani Anna di setiap sesi.

Dokter Vani tahu, pasti berat saat melihat orang yang di cintai tidak ingat cinta yang telah terpupuk lama. Damian menunggu sampai Anna yang asli kembali. Menunggu cintanya kembali.

.....................................................................

Anna melirik Damian yang sedang berkonsentrasi menyetir. Dokter Vani bukan psikiater pertamanya, sejak terbangun dari tidurnya empat tahun yang lalu dengan ingatan kosong, Anna sudah menemui banyak psikiater. Psikiater dalam negeri maupun luar negeri tapi hasilnya sama, dia tetap Anna, bukan Belle yang di tunggu-tunggu Damian.

Anna berusaha, sungguh-sungguh berusaha. Dia melakukan apapun yang di sarankan. Memaksa dirinya untuk ingatpun sudah dia lakukan tapi hasilnya sama, dia tetap tidak bisa menjadi Belle.

"Damian, bagaimana kalau kita mampir ke Bebek Sultan? Kamu belum makan, kan?"

Damian tersenyum, "Boleh. Pas sekali, aku juga pengen makan di sana"

Anna tersenyum, puas telah menebak dengan benar. Dia selalu memperhatikan Damian. Awalnya dia melakukannya untuk menumbuhkan cinta yang telah hilang. Dia merasa bersalah pada lelaki itu, tidak tega saat melihat lelaki itu menatapnya penuh harap.

Awalnya sangat aneh, harus memaksa dirinya untuk mencintai orang asing tapi perlahan-lahan Anna benar-benar mencintai Damian. Dia lelaki yang sempurna. Tampan, baik, sabar dan pengertian. Meski kadang dia masih sering salah melihat Anna sebagai Belle.

AnnaBelleWhere stories live. Discover now