Part 9

262 14 0
                                    


Bagas berdiri di depan kelas Chelsea. Sudah tiga hari ini Chelsea selalu menghindarinya dan tidak mau berbicara padanya. Maka dari itu Bagas sengaja menunggu Chelsea di depan kelas.

Lima menit Bagas menunggu, dia melihat Chelsea dari kejauhan. Bagas menatap sedih Chelsea. Namun Chelsea berpura-pura tidak melihat.

'Kenapa wajah lo pucat banget, sayang?' tanya Bagas dalam hati.

Chelsea berjalan mendekat dan hendak memasuki kelas, tapi tangan Bagas segera menahannya. "Chelsea, tunggu!"

Chelsea menatap Bagas dengan amarah. "Lepasin tangan gue!"

"Kita harus bicara, Chel..." Bagas memohon.

"Mau bicara apalagi? Nggak ada yang perlu dibicarain lagi." Chelsea berkata dingin.

"Tolong, Chel! Kasih gue waktu sebentar aja!"

"Lepasin tangan gue atau gue teriak sekarang!" ancam Chelsea.

Bagas menyerah, dia melepaskan tangan Chelsea. Mungkin bukan saat yang tepat untuk berbicara di sekolah.

Chelsea berbalik dan masuk ke kelasnya. Bagas juga berniat meninggalkan kelas Chelsea, namun...

"CHELSEA!!!"

Teriakan dari dalam kelas Chelsea membuat Bagas menoleh. Dilihatnya Chelsea jatuh pingsan ke lantai.

"CHELSEA!" teriak Bagas sambil berlari mendekati Chelsea.

Bagas duduk berlutut di dekat Chelsea dan mengangkat kepala Chelsea. "Chelsea! Bangun, Chelsea!" seru Bagas panik.

"Chel...! Bangun, Chel!" Angel ikutan panik.

"Biar gue yang bawa dia ke UKS." Bagas menggendong tubuh Chelsea dan membawanya ke UKS.

Angel, Marsha, dan beberapa teman Chelsea yang lain mengikuti dari belakang. Sesampainya di UKS, Bagas membaringkan tubuh Chelsea di salah satu tempat tidur.

"Ini semua gara-gara lo tahu, nggak?" semprot Marsha tiba-tiba pada Bagas.

"Sha, di saat kayak gini lebih baik lo jangan salahin orang! Kita fokus dulu ke Chelsea!" Angel menengahi, lalu menatap Bagas. "Gas, lo keluar dulu! Gue mau kasih minyak angin ke Chelsea."

Bagas mengangguk dan keluar dari UKS. Dari luar, Bagas menunggu dengan cemas. Hanya butuh waktu beberapa menit, Anggel dan Marsha keluar UKS.

"Gas, gue sama Marsha mau beli teh hangat buat Chelsea. Tolong jagain Chelsea sebentar ya!" ucap Angel.

Bagas mengangguk. "Oke."

Bagas masuk ke dalam UKS dan duduk di kursi samping tempat tidur Chelsea. Chelsea tetap belum sadarkan diri. Melihat keadaan Chelsea, Bagas semakin merasa bersalah. Digenggamnya satu tangan Chelsea dengan lembut.

"Chelsea, maafin gue...! Lo jadi seperti ini karena gue. Gue memang cowok brengsek yang nggak pantas jadi pacar lo," ucap Bagas penuh penyesalan. "Gue cuma bisa buat lo nangis, bahkan sekarang lo sakit karena gue. Maafin gue, Chel..."

Bagas terus menatap wajah pucat Chelsea. Tangan Bagas yang lain membelai rambut Chelsea lembut.

"Tentang perjodohan itu... sama sekali bukan karena keinginan gue. Orang tua gue yang berniat menjodohkan gue sama Cindai, begitu pun sebaliknya. Sebenarnya gue mau memberitahukan hal ini sama lo, tapi gue butuh waktu. Gue cuma takut kehilangan lo, Chel...," jelas Bagas. Tanpa terasa air matanya menetes.

Bagas tidak peduli apakah Chelsea mendengar ucapannya atau tidak. Dia sudah putus asa karena sejak kemarin Chelsea selalu menghindarinya.

"Gue nggak meminta lo buat percaya sama gue. Tapi perasaan gue ke lo tulus, Chel. Gue nggak pernah punya niat sedikit pun buat mainin lo. Gue sayang sama lo..."

Ms. Perfect & Mr. Jail 2 (Sequel)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum