Part 2

377 15 0
                                    


Bagas berjalan melewati koridor menuju kelas Chelsea. Saat sampai di depan kelas Chelsea, Bagas berhenti tepat di depan pintu kelas. Begitu melihat Chelsea, senyum terukir di wajah Bagas. Chelsea tampak sedang serius memperhatikan penjelasan Bu Winda, guru Matematika sekaligus wali di kelas Chelsea.

Bagas memutar otaknya, mencari cara untuk mengalihkan perhatian Chelsea. Akhirnya Bagas memilih berjalan mondar-mandir di depan pintu kelas Chelsea, dengan tujuan agar Chelsea melihatnya. Tapi sayangnya perhatian Chelsea tetap tertuju pada Bu Winda. Melirik saja tidak.

"Chelsea sayaaang...," panggil Bagas pelan. Rupanya dia sudah menyerah karena Chelsea tidak juga meliriknya.

Samar-samar Chelsea mendengar ada yang memanggil namanya. Kebetulan meja Chelsea tak jauh dari pintu kelas. Sontak Chelsea menoleh ke arah sumber suara. Matanya membulat saat melihat Bagas sudah berdiri di depan kelas. Bagas tersenyum sambil mengedipkan matanya menggoda Chelsea. Chelsea memandang sekelilingnya. Beberapa anak lain terlihat berusaha menahan tawanya karena tingkah Bagas.

Chelsea menunduk malu. 'Ya ampuuun... ngapain sih Bagas ke kelas gue pas jam pelajaran? Malu-maluin aja! Kalo ketauan Bu Winda bisa gawat!' batin Chelsea.

Chelsea melirik Bagas lagi. Bagas menggoda Chelsea lagi. Bagas mengerucutkan bibirnya, sebagai isyarat kalau dia sedang mencium Chelsea. Anak-anak lain mulai cekikikan melihatnya.

Angel menyenggol lengan Chelsea. Chelsea kaget dan menoleh.

"Kok lo bisa pacaran sama orang gila kayak dia sih?" bisik Angel.

Chelsea tidak menjawab. Dia sedang berusaha menahan rasa malunya akibat tingkah Bagas.

Bu Winda yang merasakan kalau sebagian perhatian muridnya tidak tertuju padanya, mulai mencari sumber penyebabnya. Bu Winda mengikuti arah pandangan beberapa muridnya yang tertuju pada pintu kelas. Dan benar ada Bagas, si trouble maker sekolah di sana.

Bu Winda berjalan mendekati Bagas dengar wajah sangarnya.

"Sedang apa kamu di sini?" tanya Bu Winda tajam.

Chelsea menepuk keningnya. 'Aduh!' batinnya.

Bagas nyengir kuda. "Saya mau ketemu pacar saya, Bu. Saya kangen sama dia." jawab Bagas seenaknya.

Chelsea terperangah mendengar jawaban Bagas. Kenapa Bagas bisa senekat itu? Seisi kelas pun tertawa mendengar jawabannya.

"Kamu tahu kalau ini masih jam pelajaran, kan? Kenapa kamu tidak mengikuti pelajaran?" tanya Bu Winda galak.

"Saya kan tadi udah bilang, saya mau ketemu sama pacar saya, Bu. Boleh ya, Bu Winda cantik?" tanya Bagas dengan nada menggoda.

Bu Winda melotot galak. Wajahnya semakin sangar saja. Tapi Bagas tidak ada takut-takutnya. Dia malah cengar-cengir tidak jelas.

Sepertinya kesabaran Bu Winda sudah habis. Beliau langsung saja menjewer telinga Bagas tanpa ampun.

"Aduh... ampun, Buuu! Ampuuun... sakit, Bu...!" Bagas meringis kesakitan.

Lagi-lagi seisi kelas tertawa. Mereka seperti mendapatkan tontonan gratis. Berbeda sekali dengan Chelsea yang wajahnya sudah memerah karena menahan malu.

"Kalau mau pacaran, bukan di sini tempatnya! Sekolah itu tempat untuk belajar, bukan untuk pacaran!" kata Bu Winda tegas.

"Iya, Bu... iya, maafin saya, Bu!" kata Bagas lagi.

Bu Winda melepaskan tangannya. "Sekarang kamu kembali ke kelas kamu!" perintahnya tegas.

Bagas mengusap-usap telinganya, bekas jeweran Bu Winda tadi. Lalu matanya kembali menatap ke dalam kelas. Tepat ke arah Chelsea.

Ms. Perfect & Mr. Jail 2 (Sequel)Where stories live. Discover now