Tenth Chapter

16.1K 431 33
                                    

Ten

Karin terdiam menatap makan yang ia pegang dari tadi, ayahnya yang terus memperhatikannya merasa khawatir, dari awal Karin datang ke ruangann ayahnya, kerjaannya hanya duduk sambil berdiam diri, ayahnya merasa sangat kebingungan, ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa yang terjadi pada Karin? Kenapa ia diam saja? Apakah hal buruk menimpanya?

"Karin.." Ayah Karin mencoba memanggilnya. Namun Karin masih saja terdiam, sepertinya dia tidak mendengar suara ayahnya.

"Karin.."Ayahnya mencoba memanggilnya sekali lagi,sepertinya suara ayahnya terdengar oleh Karin, karena Karin kini menoleh ke arah ayahnya.

"Ya ayah.. Ada apa?" Tanya Karin kebingungan.

"Makanannya tidak kamu makan? Dari tadi kau hanya menatapnya saja, ada apa? apa kamu sedang sakit?" Ayahnya terdengar sangat khawatir.

Karin memandang makanannya yang ia pegang, ayahnya benar. Ia belum memakan sedikitpun makan yang ia pegang itu "ohh ini, aku akan memakannya kok, lihat.." Karin mulai memakan makanan itu "aku memakannya kan?" Ucap Karin sambil tersenyum pada ayahnya yang sedang duduk dikasur.

Ayah Karin membalas senyum Karin "tapi kenapa kamu diam saja? Apa kamu sakit?" Tanya ayah Karin sekali lagi.

"Tidak. Aku tidak sakit. Aku hanya... Sedikit lelah saja" ucap Karin pelan.

Ayahnya memperhatikannya, masih dengan tatapan khawatir "kalau begitu, bagaimana jika kamu pulang saja, istirahat dirumah, ayah rasa jika kamu disini terus kamu tidak akan bisa beristirahat"jelas ayahnya.

Karin terdiam, dia tidak ada maksud sedikitpun untuk pulang meninggalkan ayahnya sekarang "ah tidak ayah, aku tidak apa-apa kok, nanti saja pulangnya, aku masih ingin bersama ayah" Karin berjalan mendekati ayahnya lalu duduk di kasur "ayah tidak usah khawatir, aku baik-baik saja" ucapnya sambil tersenyum kepada ayahnya.

"Baiklah kalau begitu, tapi kamu jangan terlalu sering melamun, jika ada apa-apa coba ceritakan pada ayah, siapa tahu ayah dapat membantumu" jelas ayahnya.

"Iya ayah" Jawab Karin sambil tersenyum pada ayahnya.

Tok! Tok!

Terdengar suara ketukan pintu, Karin dan ayahnya spontan menatap pintu ruangan secara bersamaan. Pintu itu pelan-pelan terbuka, seseorang menjulurkan kepalanya kedalam dan menggerakan satu telapak tangannya sambil menatap kearah Karin dan ayahnya.

"Hai"ucap orang itu sambil tersenyum.

Karin beranjak dari tempat duduknya "hai Terren" Karin berjalan kearahnya sambil tersenyum lebar "ayo masuk" Karin menarik tangan Terren yang masih terdiam didekat pintu, ketika Karin menarik tangan Terren terlihat ibu dan ayah Terren tersenyum padanya dibelakang Terren.

"Wah ada ibu dan ayah Terren juga. Ayo masuk" ajak Karin.

"Terima kasih Karin" ucap ibu Terren.

Terren dan kedua orang tuanya masuk kedalam ruangan ayahnya. Mereka mengucapkan salam kepada Karin dan ayahnya, ayah Karin tersenyum memandang orang tua Terren, sepertinya ia senang dengan kedatangan orang tua Terren.

Orang tua Terren mendekati ayahnya yang sedang duduk di kasur, mereka berdua bertanya tentang kabar ayahnya dan mereka berdua juga bertanya bagaimana musibah itu bisa terjadi padanya. Ayahnya menceritakan kejadian itu pada orang tua Terren, setelah mendengar cerita dari ayah, orang tua Terren sangat prihatin dengan musibah yang menimpa ayah Karin itu, ayah Karin bertanya pada orang tua Terren bagaimana mereka tahu kalau dirinya masuk rumah sakit. Ibu Terren menceritakannya, Terren dan Karin hanya mendengar obrolan mereka saja.

Karin's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang