Eighth Chapter

18.4K 441 28
                                    

Eight

Karin berlari dari depan rumah sakit, dadanya berdegup kencang, mata dan hidungnya merah karena menangis sepanjang jalan, ia takut terjadi hal buruk pada ayahnya. Fikirannya kali ini tidak dapat berfikiran jernih pada ayahnya, ia benar-benar takut kehilangan ayahnya.

Karin berlari mendekati meja receptionist, ia bertanya pada suster yang sedang berjaga disana.

"Kamu anaknya Pak Austin?" Tanya suster itu.

Karin mengangguk.

"Pak Austin sedang ada di ruang UGD sekarang" ucap suster itu.

Karin terkejut. Apakah ayahnya terluka parah? Apa ayahnya baik-baik saja? Karin mulai berfikiran yang tidak-tidak. Karin terdiam sambil menahan air matanya yang hendak keluar.

"Mari saya antar" suster itu beranjak dari tempatnya.

Karin berjalan bersama suster itu menuju ruang UGD.

"Ayahmu kecelakaan taksi saat pulang kerja tadi, supir taksi yang ayahmu tumpangi itu sedang mabuk, sehingga taksi yang ayahmu tupangi menabrak trotoar. Untung saja ayahmu segera dibawa kerumah sakit, jadi nyawanya masih bisa diselamatkan" jelas suster itu.

Karin semakin khawatir saja dengan kondisi ayahnya, bagaimana mungkin supir taksi yang ayahnya tumpangi itu sedang mabuk. "Tapi... Apa ayahku baik-baik saja?" Tanya Karin pada suster itu.

"Saya kurang tahu, tapi sepertinya ayahmu mengalami pendarahan dikepalanya. Semoga saja dia baik-baik saja ya" suster itu menatap Karin sambil tersenyum tipis.

Pendarahan dikepala? Itu bukan sesuatu yang baik. Ucap Karin dalam hati.

"Apa kamu baru pulang sekolah?" Tanya suster itu tiba-tiba.

Karin menatap pakaiannya, dia baru menyadari bahwa dia masih memakai seragam sekolahnya. Tadi setelah mendengar ayahnya kecelakaan Karin belum sempat mengganti bajunya, ia langsung pergi berlari mencari taksi untuk pergi ke rumah sakit. Dia sangat terburu-buru saat itu. "Oh tidak, aku belum mengganti seragamku saja" ucap Karin.

Suster itu tersenyum kembali.

Mereka sudah sampai di ruang UGD, namun Karin belum di izinkan masuk kedalam ruang UGD, Karin disuruh menunggu di tempat duduk yang ada didepan ruang UGD.

Karin menunduk, ia memang tidak suka dengan keadaan rumah sakit, dulu ibunya meninggal di rumah sakit, dan itulah penyebab Karin tidak suka dengan rumah sakit. Orang yang sudah masuk rumah sakit belum tentu dapat keluar dari rumah sakit dengan selamat, seperti ibunya. Air mata Karin jatuh menuju lengannya, ia sedih mengingat kejadian itu, kejadian saat ibunya meninggal.

****

Saat itu karin masih duduk di kelas 2 SD, tiba-tiba saja ayahnya menjeputnya dari sekolah, dia bilang hal buruk terjadi pada ibu Karin. Ayah Karin membawa Karin kerumah sakit yang besar, dan di sana ayahnya terlihat sangat sibuk berjalan kesana kemari untuk bicara pada seseorang. Karin hanya mengikuti ayahnya sambil tidak mengerti. Dan akhirnya ayah Karin mengajaknya duduk didepan suatu ruangan, ayah bilang ruangan itu tempat ibu berada, ibu mengalami kecelakaan, ibu Karin ditabrak oleh seseorang ketika hendak pergi kerja. Ayah bercerita seperti itu. Namun ketika ayah hendak melanjutkan ceritanya, seseorang keluar dari ruangan itu, ayahnya langsung menghampiri orang itu, mereka berbincang-bincang dan akhirnya ayahnya masuk ke ruangan itu. Karin terdiam sendiri di tempat duduknya. Ia mengayun-ayunkan kedua kakinya sambil menuggu ayahnya keluar dari ruangan itu. Karin memperhatikan sekitar, ini baru pertama kalinya Karin pergi kerumah sakit. Rumah sakit ini tidak terlalu ramai, hanya sesekali orang berjalan melewati Karin, dia duduk seorang diri. Karin memperhatikan pintu yang dimasuki ayahnya, pintu itu tidak bergerak sama sekali. Ia menatap tulisan yang ada di atas pintu itu. UGD. Apa itu UGD? Karin belum pernah membaca kata itu.

Karin's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang