Secarik Kertas Merah Muda

9.2K 337 9
                                    

Nana tak langsung membuka secarik kertas yang tergeletak dimejanya, Ia terus menikmati minuman segarnya.

Ia tidak menghiraukan Nursandika yang sedari tadi melihatnya, menunggu Nana membuka secarik kertas yang ia berikan.

"Eh lu liatin apa Dik?" Tanya Ijal yang duduk disampingnya.

"Tuh si Nana, bidadari nyasar." Nursandika mengarahkan dagunya ke arah Nana. Ijal hanya menganggukkan kepalanya.

Nana merasa ada yang membicarakannya, sumber suara itu berasal dari arah meja Nursandika dan Ijal. Ia menengok ke arah meja mereka berdua. Nursandika melambaikan tangan dan tersenyum lebar ke arah Nana, Nana hanya melemparkan senyum manisnya dan segera pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Gimana nggak secantik bidadari coba? Senyumnya aja manis banget. Lama-lama gue diabetes kalo liat mukanya terus." Nursandika senyum-senyum sendiri.

"Lebay lu Dik. Basa aja kali, cewek tuh emag cantik, mana ada cewek ganteng?"

"Tapi dia tuh cantiknya beda Jal."

"Auk ah terserah lo." Ijal meninggalkan tempat itu menuju kelas dan disusul dengan Nursandika.

.

"Hey! Ada yang ketinggalan nih!" Seorang laki-laki berteriak ke arah Nana, Nana kira itu adalah Ijal. Saat ia menengok ke belakang, dan tebakannya benar, itu adalah IJAL!

Ia membawa secarik kertas merah jambu sama seperti yang Nursandika berikan di kantin tadi. 

"Tadi ini jatuh di bawah meja kantin." Pria itu memberikan secarik kertas tersebut dengan senyuman manisnya. Nana lupa membawa kertas yang tadi ia terima.

"Thanks ya." Nana berusaha memberikan senyum terbaiknya.

"Yaudah ya gue pulang dulu, tuh dah ada yang nungguin." Lelaki itu mengarahkan dagunya ke seorang perempuan, siapa lagi kalau bukan Dhea, pacarnya?

"Iya." Nana langsung menundukkan pandangannya. Ia kehilangan rasa senangnya yang baru beberapa detik menghampirinya. Nana sedikit kesal jika melihat Ijal dan Dhea berduaan.

Ijal berlalu menghampiri Dhea yang sedari tadi menunggunya dan meninggalkan Nana.

"Bareng yuk!" Ajak seorang lelaki yang menaiki sepeda motor ninja warna merah.

"Nggak, aku udah dijemput abang. Makasih." Nana menolak tawaran dengan sopan dari pria yang tadi memberikan secarik kertas merah jambu kepadanya.

Nana segera membonceng pria yang sedari tadi menunggunya di depan gerbang sekolah.

"Adek abang di deketin 2 cowok ganteng nih." Goda kak Tara.

"Ih apaan sih?" Pipi Nana berubah menjadi warna merah.

"Ih malu-malu." Kak Tara tertawa kecil melihat wajah Nana yang menjadi tomat dari kaca spion.

"Udah ah yuk pulang."

"Iya iya..." Kak Tara langsung melaju dengan motor ninjanya itu.

.

"Shalat dulu sana!" Kak Tara langsung menyuruh Nana shalat dzuhur sesampainya di rumah.

"Iya bentar!" Nana meletakkan tasnya di kamarnya yang ada di lantai 2.

Selesai shalat Nana membantu kakaknya memasak untuk makan siang.

Setelah makan siang, Nana pergi ke kamar untuk istirahat.

Nana teringat sebuah kertas merah jambu yang tadi ia terima.

Perempuan itu langsung mengambil secarik kertas yang ada di dalam tasnya.

Isi surat tersebut adalah ungkapan perasaan Nursandika. Yang intinya Nursandika menginginkan Nana menjadi pacarnya.

Nana sempat ingin menolak. Tapi, ia berfikir lebih dalam lagi. Kalo gue jadi pacarnya Dika, gue bisa bareng terus deh sama Ijal, nggak ada salahnyakan kalo gue terima? Pikirnya.

.

Keesokkannya Nana meletakkan surat warna biru muda yang berisi penerimaan cinta untuk Nursandika di laci meja Nurandika.

.

Seperti biasa Nana memesan jus alpukat di kantin.

"Hai sayang." Tiba-tiba ada suara lelaki yang memanggilnya sayang dari arah belakang. Ternyata yang memanggilnya sayang adalah Nursandika ditemani Ijal dan Dhea.

Sebenarnya Nana risih dipanggil sayang, ditambah lagi melihat Ijal dan Dhea berpegangan tangan. Tapi gimana lagi ini satu-satunya cara agar bisa dekat dengan Ijal.

"Eh elo." Nana hanya tersenyum tipis pada Dika.

"Kok elo sih? Sayang dong." Alay banget sih nih anak pikir Nana.

"Iya deh sayang..."

"Ciee ada pasangan baru nih.." Goda Dhea. Nana hanya tersenyum.

"Mau pesen makan nggak?" Tawar Dhea.

"Boleh, aku bakso ya." Ijal memesan semangkuk bakso.

"Gue Bakso aja." Nana juga memesan semangkuk bakso.

"Gue sama kayak Nana aja deh."

"Cieee..." Goda Ijal dan Dhea kompak.

Nana semakin cemburu melihat mereka berdua begitu kompak. Tapi Nana menutup-nutupinya.

"Eh, besok kan libur, main ke pantai yuk!" Ajak Ijal.

"Boleh juga tuh, pake mobil gue aja."

"Ok, lo ajak Nana, gue ngajak Dhea."

"Jam berapa Jal?" Nana antusias bertanya.

"Besok jam 03.00 gimana? Nanti biar bisa liat sun rise."

"Eh ada apaan sih?" Tanya Dhea yang membawa 4 mangkuk bakso pesanan mereka.

"Mau ke pantai Dhe, ikut yuk." Nan menjawab pertanyaan yang Dhea lontarkan.

"Boleh tuh."

"Oh iya, gue lupa, besok mobilnya dibawa bokap." Nursandika menepuk jidatnya.

"Yaudah pake mobil gue aja."

Jadi, mereka memutuskan untuk pergi ke pantai jam 03.00 menggunakan mobil Ijal.

Jangan lupa vote dan comment ya! Thanks ya buat yang udah vote! Jangan lupa comment ya, btw sorry ya kalo ceritanya nggak nyambung, masih amatiran authornya.
Bye bye! :*

Idolaku Pacar Halalku [COMPLETED]Where stories live. Discover now