02 Hari Pertama (2)

1.9K 171 8
                                    

Author's POV

Sejak saat itu, Marie selalu mengagumi sosok Jonathan yang begitu lembut dan baik kepadanya walaupun dia hanyalah gadis biasa yang tidak memiliki kecantikan yang begitu indah menurutnya. Pria itu mulai duduk di sampingnya dan gadis itu berusaha untuk melihat ke arah lain karena ia tidak sanggup jika ia harus terus melihat kepada pria itu.

Ia bisa merasakan ketidaksukaan gadis-gadis lain ketika ia tidak sengaja melihat beberapa gadis yang seakan merengut kepada dirinya. Karena itu, gadis itu meluruskan kembali pandangannya ke depan dan mengambil napasnya untuk menenangkan dirinya.

"Kalau tidak salah kita dulu pernah bertemu, kan?" ujar pria itu yang mulai membuka pembicaraan keduanya yang sedari tadi belum benar-benar dimulai,

Marie menoleh kepadanya dan mengangguk,"Iya... aku kira kau sudah melupakanku," ujar gadis itu dengan jujur. Terdengar kekehan kecil dari pria itu yang sedang menggelengkan kepalanya kepada Marie,"Sama sekali tidak... mana mungkin aku lupa. Itu adalah momen terbodoh yang pernah kulakukan di sekolah ini..." ujarnya sembari tertawa kecil.

Gadis itu tersenyum tipis. Ia sangat menyukai senyuman pria itu. Sangat dan sangat menyukainya.

"Begitu ya... aku juga berpikir begitu..."

"Ya, kan! Kita seperti orang bodoh yang celingak-celinguk kemana-mana tanpa ada tujuan yang jelas," ujarnya sembari menunjuk gadis itu. Marie mengangguk setuju dengan apa yang pria itu katakan,"Benar sekali... sekolah ini sangatlah besar, tidak mengherankan kita kebingungan sendiri ketika pertama kali kita menginjakkan kaki disini,"

Tentu saja, sekolah yang bernama SMA Antariksa ini memang sekolah swasta favorit di kota Batam. Sekolah ini berisikan siswa-siswa yang berprestasi baik dari akademik maupun non-akademik. Tidak mengherankan jika sekolah yang sudah meluluskan belasan alumni ini sangatlah elit.

"Kau benar..." ujarnya Jonathan sembari tersenyum dan gadis itu pun mengangguk. Seakan tidak ingin pembicaraan mereka berhenti disini saja, gadis itu mengajukan pertanyaan lain,

"Kok kamu mau duduk di depan?" tanya gadis itu ketika pria itu mulai mengalihkan pandangannya ke depan. Namun karena gadis itu bertanya kepadanya, ia kembali menoleh kepada Marie yang sedang menunggu jawabannya,

"Hmm... nilai akademikku tidak terlalu bagus bahkan pas-pasan. Aku ingin memperbaiki nilaiku supaya aku bisa masuk Universitas Nanyang di Singapura," ujarnya sembari menggaruk tengkuknya. Gadis itu terdiam sejenak, seketika ia teringat dengan perkataan orang tuanya yang menyuruhnya untuk berkuliah.

Melihat gadis itu terdiam, pria itu bertanya kepadanya,"Kenapa diam? Apa impianku terlalu tinggi ya untuk masuk ke sana?" tanya pria itu dengan lugu. Mendengar itu, gadis itu menggelengkan kepalanya dengan cepat,

"B-bukan begitu..."

"Jadi?"

"Sebenarnya aku tidak ada berniat untuk kuliah. Mendengarmu yang ingin kuliah ke Singapura membuatku berpikir ulang, apa aku harus berkuliah?" ujarnya yang sebenarnya perkataan ini ia katakan untuk dirinya sendiri,

"Begitu ya... sangat disayangkan loh kalau sepintar kamu itu tidak melanjutkan pendidikanmu ke jenjang yang lebih tinggi," ujar pria itu sembari menumpukan wajahnya di tangan kanannya, menatap Marie yang sedang berpikir sendiri,

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang