02 Hari Pertama (2)

Start from the beginning
                                    

"Perkataanmu tadi itu sama dengan perkataan papaku yang baru saja ia katakan tadi..." ujarnya dengan pelan,

"Benarkah? Sepertinya aku dan papamu satu pikiran," ujarnya sembari tersenyum. Gadis itu tersenyum juga melihat pria itu yang bersikap akrab kepada dirinya.

"Memangnya kenapa kamu gak mau kuliah?" tanya pria itu lagi kepadanya. Marie sedikit menggigit bibirnya, ia belum terlalu siap untuk mengatakan alasannya mengapa ia tidak mau kuliah, karena alasannya begitu panjang. Dimulai dari dirinya yang hanyalah anak angkat, hingga ia sendiri tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya dan mulai hidup mandiri,

"I-itu..."

"Kalau belum siap mengatakannya, tidak perlu dikatakan. Tidak apa kok, kau bisa memberitahuku di kemudian hari saja ketika kau siap," ujarnya yang membuat hati gadis itu berbunga-bunga, melupakan jika pria yang ada di hadapannya ini sudah memiliki gadis lain di hatinya,

"Terima kasih sudah mau mengerti," ujar gadis itu sembari menundukkan kepalanya. Melihat keluguan gadis itu, pria itu tertawa kecil,

"Kau ini lucu," ujarnya sembari tertawa. Marie tersenyum, ia tahu itu bukanlah perkataan yang berniat untuk menghinanya. Ia sangat senang, rasanya dirinya dengan Jonathan mulai dekat,

"Kenapa lucu?" tanyanya kepada pria itu,

Sembari menahan senyumnya, pria itu berkata,"Seharusnya itu adalah hakmu untuk memberitahuku atau tidak... jadi kau tidak perlu meminta maaf..." ujarnya yang membuat gadis itu malu-malu mendengarnya. Dia hanya mengangguk kaku kepada pria itu dengan hati yang berbinar-binar di dalamnya.

Bel pun berbunyi dan mereka menghentikan percakapan mereka karena kebetulan seorang guru baru yang mereka yakini adalah wali kelas baru mereka masuk ke dalam kelas mereka.

****

Saatnya untuk istirahat. Marie merapikan bukunya, begitu juga dengan Jonathan yang juga sedang memasukkan semua perangkat tulis dan bukunya ke dalam tasnya. Marie belum siap merapikan bukunya dan pria itu bangkit dari tempatnya. Ia berkata 'duluan ya' kepada gadis itu yang kemudian mengalihkan pandangannya kepada Jonathan yang sedang menemui pacarnya, Gianna.

Gadis itu menatap sejoli itu dengan sedih, meskipun dan bagaimanapun baiknya Jonathan kepadanya, tetap saja yang ada di hatinya adalah Gianna, bukan dirinya. Ia memalingkan pandangannya dan kembali merapikan bukunya. Marie harus menahan sesak yang ada di dadanya, sepertinya setiap hari ia harus dihadapkan dengan pertemuan antara Jonathan dengan Gianna dan ia mengharuskan dirinya untuk bisa membiasakan dirinya dengan hal itu.

Tidak lama setelah gadis itu selesai merapikan tasnya, sahabatnya, Charlie, muncul dan mendatanginya,

"Yuk ke kantin," ujarnya yang diangguki gadis itu sesudah ia menutup tasnya. Keduanya berjalan bersama ke kantin dan sepanjang jalan, Marie seakan tidak selera untuk mengatakan apapun kepada Charlie seperti biasanya. Bahkan pria itu heran sendiri karena gadis itu tidak bersikap seperti biasanya,

"Bagaimana dengan kelas barumu?" tanya Charlie kepada Marie yang masih melamun. Karena gadis itu tidak kunjung merespon perkataannya, Charlie memanggil namanya diiringi dengan tepukan di pundak gadis itu hingga Marie sendiri tersentak,

"A-ada apa?" tanyanya yang kebingungan,

Charlie berhenti berjalan dan berkacak pinggang kepada gadis itu yang juga ikut berhenti berjalan,"Tadi aku ngomong sesuatu, kenapa kau tidak meresponnya?" tanya pria itu dengan kesal. Marie yang sedang murung hanya bisa meminta maaf kepada pria itu karena tidak merespon perkataannya. Charlie semakin dibuat heran dengan gadis itu karena tidak biasanya gadis itu dengan mudah meminta maaf kepada dirinya,

"Aneh... kau sangat aneh hari ini..." ujarnya sembari berjalan kembali bersama dengan Marie yang ikut berjalan di sampingnya,

"Aneh kenapa?"

"Tidak biasanya kau meminta maaf begitu kepadaku..." ujarnya sembari melirik gadis itu yang hanya mengangguk saja. Melihat respon pasif dari gadis itu, pria itu menghela napasnya,

"Apa ini tentang Jonathan?" tanya Charlie sembari melirik gadis itu yang sedikit mengangkat kepalanya sebagai respon kecilnya.

'Sudah kuduga,' batin Charlie dengan malas,

"Ingatlah... dia sudah punya pacar... lebih baik tinggalkan perasaanmu itu dan menyerah saja..." ujar Charlie kepada Marie yang mengangguk lemah,

"Aku tahu..." ujar Marie dengan lirih. Charlie masih melirik gadis itu yang sangat sedih bukan hanya karena apa yang ia lihat tadi, tapi juga perkataan Charlie yang ada benarnya. Untuk menghibur gadis yang sedang murung itu, Charlie merangkulnya dengan erat,

"Ayo kita cepatan ke kantin, aku akan menraktirmu," ujarnya dengan semangat. Marie mengangguk kepadanya dan keduanya pun berjalan dengan cepat ke kantin.

ReverseWhere stories live. Discover now