"Kita resmi tunangan pake rasa cinta ya, sayang..." ucap Morgan.

"Makasih banyak buat rasa sayangnya," ucap Aelke tersenyum, ia lalu merebahkan kepalanya di bahu Morgan dan menatap bintang yang berkelip indah.

"Gan... Sekolah kita gimana, ya?" tanya Aelke masih menyender di bahu Morgan. Morgan merangkul Aelke dari samping.

"Belum malem, telepon mama aja..." ujar Morgan. Aelke mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia menelepon mamanya untuk menanyakan bagaiman nasib sekolahnya.

Aelke tersenyum geli setelah mengobrol dengan mamanya lewat telepon.

"Kenapa sih?" tanya Morgan penasaran.

"Mama bilang, kita harus sekolah setiap hari, latihan buat tampil dihari wisuda dan malam pensinya. Aku sama kamu dipisahin." jawab Aelke.

"Hah? Dipisahin gimana maksudnya?" tanya Morgan.

"Aku harus ikut fashion show dimalam pensi, kamu harus ikut vocal, kita pisah gak satu kegiatan..." jelas Aelke. Morgan tertawa keras.

"Kok ketawa...?" tanya Aelke heran.

"Ya sekolahnya lebay misah-misahin kita begitu..." jawab Morgan masih tertawa.

"Ngomong-ngomong pisah, kita tinggal 10 hari ya...?" Morgan mengangguk menjawab pertanyaan Aelke.

"Kamu bilang sayang aku, aku sayang kamu, kita bilang dong sama orang tua kita, kita udah saling sayang..." ujar Aelke. Morgan berpikir sejenak.

"Nanti, kalo kita bilang kita bakal udahan kan satu rumahnya, baby twins gimana ya?" tanya Morgan.

Aelke menghela nafas, sedih jika tidak bisa bersama dengan Morgan dan baby twins yang mereka temukan.

"Masa aku bawa Rifha terus kamu bawa Rafha? Gitu?" tanya Aelke.

"Ih, gak enak... Mereka itu twins dan harus sama-sama." ujar Morgan.

"Kita jangan bilang dulu deh, kan malam pensi itu 4 hari ke deadline kita, abis malam pensi aja kita ngomong..." Aelke, Morgan mengangguk.

Setelah bicara cukup panjang, Morgan dan Aelke masuk ke dalam rumah dan menemui baby twins terlebih dulu. Aelke mencium pipi kanan-kiri baby twins, begitu juga Morgan.

Baru saja Aelke selesai mencuci wajahnya dan hendak tidur, Morgan mengetuk pintu kamar Aelke.

"Ada apa, Gan?" tanya Aelke.

"Aku punya solusi buat baby twins..." jawab Morgan.

"Apa?" tanya Aelke.

"Gini," Morgan terlihat serius. Aelke menatap Morgan dengan tatapan serius juga.

"Jadi, selesai kita wisuda dan resmi lulus dari sekolah kita, kita langsung nikah aja sayang, jadi baby twins kita yang ngurusin dan hubungan kita sah!" ujar Morgan tanpa dosa. Aelke menatap cengo wajah Morgan yang berada di hadapannya.

"Nikah muda? Becanda kamu!" ujar Aelke.

"Serius, Dear... Udah ah, met tidur cantik ya, I love you!" ujar Morgan yang langsung mengecup singkat pipi Aelke lalu ia berlari menuju kamarnya dan menutup pintu. Aelke berdiri mematung atas perlakuan Morgan dengan pipi yang merona.

***

Pagi ini Morgan dan Aelke tetap berangkat sekolah bersama. Tidak sembunyi-sembunyi seperti dulu lagi. Morgan dan Aelke berjalan santai melewati koridor sekolah meski banyak pasang mata yang menatap aneh kepada mereka.

Bisma menyambut pasangan ini antusias. Morgan langsung duduk di kursinya.
"Kenapa, Bis?" tanya Morgan.

"Gan, seriusan lo udah kawin ama Aelke? Pan masih boleh sekolah sih?" cerocos Bisma.

"Mulut lo ngomong sekate-kate. Gue sama Aelke baru tunangan..." ujar Morgan.

"Lah terus, dua anak itu?" tanya Dicky nimbrung.

"Mereka? Lo mau tau aje, anak gue, udah diem aje dah!" tukas Morgan.

"Di luar tuh beredarnya Aelke hamil duluan sama lo.. Gitu dah..." ujar Ilham.

"Biarin lah, yang penting gue sama Aelke gak begitu." ucap Morgan.

"Eh, lo pan kagak akur, kok bisa tunangan?" tanya Reza.

"Kepo....." jawab Morgan panjang.

***

Aelke berusaha tidak mendengarkan apapun yang dibicarakan banyak orang. Ia mengingat kata-kata Morgan.
'Apapun yang terjadi diantara kita, aku akan tetap berdiri di depan dan melindungi kamu.'

Ditemani Rasya, Aelke ikut latihan Fashion Show untuk acara pensi setelah wisuda digelar. Ia memang mendapat hukuman harus mengikuti fashion show yang tidak ia suka sama sekali. Dinda tidak ikut mengisi pensi, ia hanya menjadi koordinator kelas untuk pengisian nama dan tempat duduk peserta wisuda. Wisuda tahun ini memang sebagian besar diurusi kelas XII.

Aelke menggerutu saat harus mengenakan sepatu high heels pada waktu latihan. Rasya yang ikut fashion show juga hanya tertawa melihat Aelke.

***

Ifa dan Rafaell sedang berlatih vokal untuk mengisi opening di pensi nanti.

Saat break latihan, Ifa duduk berdampingan dengan Rafaell.

"Raf, are you okey?" tanya Ifa sambil menenggak air mineralnya.

"Yeah, Im okey... Why?" tanya Rafaell.

"Ya kamu kan abis mengetahui hal yang menyakitkan, aku cuma mau mastiin kamu baik-baik aja..." ujar Ifa. Rafaell tersenyum kecut mengingat keadaan hatinya. Ia dan Aelke dekat hampir 3 tahun tapi tidak bisa bersama-sama.

"Hati aku emang sakit. Tapi aku bukan orang bodoh yang mau menyalahkan keadaan. Aelke memang bukan buat aku, aku terima." ucap Rafaell menekan rasa pahit di hatinya. Ifa tersenyum mendengarnya.

"Apa anggapan kamu tentang hubungan mereka?" tanya Ifa lagi. Rafaell terlihat menerawang. "Yang pasti, aku tau Aelke gadis yang baik dan bisa menjaga dirinya. Dia dan Morgan pasti punya alasan, dan aku gak berhak tau." tandas Rafaell.

***

Aelke meminta suster Hana untuk pulang lebih cepat. Ia ingin menghabiskan waktu bersama baby twins.

Rafha terlihat merangkak meraih bola-bola kecil yang berwarna-warni. Aelke terus memerhatikan Rafha agar kejadian dulu tidak terulang.

Rifha asik tertawa bersama Aelke, mulutnya belum ditumbuhi gigi membuat Aelke tertawa gemas melihatnya.

"Rafha, sini sayang..." Rafha menoleh pada Aelke yang menepuk tangannya sendiri, Rafha merangkak mendekati Aelke, Rifha berguling-guling di atas carpet sambil memegang boneka mungil di tangannya.

Sedang asik, Aelke mendengar suara gaduh dari kamar Morgan. Aelke menautkan alisnya.

"Aaaarrrrgghhhhhh!!!!!" Morgan berteriak kencang, Aelke langsung berlari ke kamar Morgan dan membuka pintunya.

"Gan! Kamu kenapa?" tanya Aelke panik.

TBC....

#Mila

BABY TWINSWhere stories live. Discover now