"Yakin? Aku gak akan sayang sama siapapun yang udah mencampakan aku gitu aja," jawab Morgan enteng. Mendengar itu, Irma terlihat murung. Irma menatap Morgan penuh harap.

"Aku gak peduli, yang aku tau aku sayang kamu dari dulu sampai sekarang. Plis, kasih aku kesempatan buat perbaiki kesalahan aku sama kamu..." Irma menggenggam tangan Morgan, dan Morgan berusaha melepasnya tapi, Irma malah memeluk Morgan dari samping.

"Plis, Morgan...." ujar Irma parau, Morgan hampir roboh pertahanannya saat Irma menangis. Ia paling tidak mau wanita menangis seperti ini karenanya.

Dengan berat hati, Morgan membiarkan Irma memeluknya, dan menangis sampai ia puas.

***

Aelke memeluk lututnya sendiri. Bayangan Rafaell terus berputar di pikirannya. Entah kenapa, wajah Rafaell tadi di minimarket membuat hatinya tersayat. Bukankah selama ini Rafaell tidak pernah menjauhi Aelke meski ia telah menolaknya?

Baby twins sudah tertidur beberapa menit lalu dan suster Hana sudah pulang ke rumahnya. Morgan belum juga pulang. Aelke meraih tiga miniatur Sushi yang pernah Rafaell berikan padanya. Ia mengambil cat warna-warni dan membawanya keluar balkon rumah dekat kolam renang. Dengan sedih, Aelke mewarnai ulang miniatur Sushi yang terbuat dari tanah liat.

Perlahan tapi pasti, bayangan Rafaell begitu saja memenuhi otak Aelke. Aelke ingat bagaimana dulu pertama kali bertemu dengan Rafaell, dekat dengannya, selalu mengisi waktu bersama, tapi nyatanya mereka tidak juga jadi sepasang kekasih.

Tesss....
Air mata Aelke menetes begitu saja. Rasanya pedih tidak bisa bersama dengan orang yang kita cintai, dan melihat wajah orang dicintai begitu kecewa.

Aelke menaruh miniatur Sushi yang sudah ia warnai di atas meja kecil. Ia menatap bulan dan bintang yang berdampingan. Angin malam tak membuat Aelke mau beranjak dari situ.

***

Morgan mematikan mesin mobilnya lalu turun dan menutup garasi mobilnya. Ia masuk ke dalam rumah dan tidak mendapati siapa-siapa disana. Morgan masuk ke dalam kamarnya, kamar sebelahnya juga terlihat sepi.

Selesai mandi dan memakai baju, Morgan menuju box bayi, ternyata baby twins sudah tertidur lelap.

"Jagoan sama putri daddy udah bobo ternyata..." ucap Morgan. Ia mencium kening Rafha dan Rifha bergantian dengan hati-hati.

"Mommy kalian kemana? Sepi amat disini..." gumam Morgan mengedarkan pandangannya.
Morgan melihat pintu kaca yang menuju ke kolam renang terbuka lebar. Aelke pasti berada disana.

Morgan mematung saat melihat Aelke menangis sesenggukkan sambil memeluk lututnya. Dengan hati-hati, Morgan duduk di samping Aelke yang masih menangis. Sepertinya, Aelke belum sadar jika Morgan kini ada di sampingnya. Morgan menghela nafas berat. Ia hari ini sudah dua kali melihat wanita menangis di depannya.

Morgan baru mengerti mengapa Aelke menangis saat melihat miniatur Sushi yang catnya masih basah tersusun rapi di atas meja. Morgan juga masih merasa bersalah karena ia pernah merusak beberapa miniatur Sushi kesayangan Aelke.

"Nangis malem-malem begini, kuntil anak aje ampe kalah...." celetuk Morgan. Aelke terkejut dan langsung mendongakkan kepalanya menatap Morgan. Aelke menghapus kasar air matanya, hidungnya merah, mata sipitnya jadi makin tenggelam.

"Sejak kapan lo ada disini?" tanya Aelke masih terdengar isak tangisnya.

"Sejak rumah ini berdiri." jawab Morgan sambil terkekeh.

"Gak mau becanda!" tukas Aelke dingin.

"Lah, emang yang lagi becanda itu siapa?" Morgan.

"Elo, lah!" Aelke.

BABY TWINSWhere stories live. Discover now