(9) Kutukan Konyol

Depuis le début
                                    

"Abis gue panik."

"Tetangga baru bikin rese, ya.. Ini ancaman yang mematikan.." ujar Morgan.

"Terus gimana? Kita sekolah belum libur!" Aelke. Morgan menerawang, memikirkan cara untuk ke depan.

"Gampang, tiap kita mau berangkat sekolah, pake baju double aja," Morgan. Aelke mengurut keningnya yang terasa pusing. Sandiwara ini masih harus berjalan 2 bulan ke depan, dan itu pasti melelahkan. Dia tidak yakin kuat dan bisa melepas status tunangan ini setelah tiga bulan nanti. Masih lama sekali memperjuangkan semuanya demi lepas dari perjodohan konyol ini.
***

"Ini ajaib!" pekik Dicky dengan wajah kagetnya. Ilham, Reza dan Bisma yang sedang duduk bersama di kantin menatap Dicky aneh.

"Ajaib apanya?" tanya Reza.

"Masa ya, gue liat Morgan ama Aelke ke sekolah bareng. Si Aelke sih turunnya di foto kopian depan, terus jalan ampe sini, si Morgannya tetep naek mobil. Tapi mereka awalnya naek mobil bareng!" cerocos Dicky dan Bisma langsung nyamber "Serius lo?" tanya Bisma dan Dicky mengangguk.

"Mereka yang biasanya berantem jadi akur? Ada ape ya tu anak berdua?" Bisma.

"Eh, eh.. Gue ama Reza waktu itu lagi mau makan di resto Sushi, liat mereka lagi makan berdua, loh!" ujar Ilham dan Reza mengangguk mengiyakan, Dicky dan Bisma langsung saling pandang "Musti diselidiki, ini! Pasti ada yang aneh, diem-diem suka? Atau Damainya Tom and Jerry? Ahahaha..." ujar Bisma tertawa dan yang lain ikut tertawa. Mereka tidak sadar, bahwa tidak jauh dari tempat mereka duduk, ada Rafaell yang tak sengaja mendengar semua itu.

Rafaell yang mendengar semua itu menjadi sendu sendiri. Banyak pertanyaan dalam hatinya. Ada rasa kecewa yang ia rasakan. Rafaell berjalan lemas, ia ingin bertemu dengan Aelke dan menanyakan kabarnya. Sudah beberapa hari ini Rafaell tidak melihat Aelke meski sekolah masih aktif.

"Raf, mau kemana?" Rafaell menghentikan langkahnya saat Ifa sudah ada di hadapannya.

"Eh kamu. Aku mau ke kelas, kenapa?" tanya Rafaell. Ifa tersenyum dan menggandeng tangan Rafaell, lalu ia dengan semangat berjalan mengikuti langkah Rafaell.

"Ada kabar gembira, loh.." ucap Ifa.

"Kabar apa?" tanya Rafaell.

"Sampai pembagian ijazah nanti, praktek aku diadain di sekolah ini juga. Jadi, kita bisa bareng-bareng prakteknya..." ucap Ifa bahagia. Rafaell tertawa "Oh, haha.. Iya deh kita barengan..", dia dan Ifa memang sudah sangat dekat sejak kecil.

Rafaell menghentikan tawanya saat Aelke dengan kikuk berjalan melewati mereka. Rafaell langsung melepaskan gandengan tangannya dengan Ifa dan menarik tangan Aelke. Aelke menatap Rafaell dan perlahan mencoba melepaskan tangan Rafaell. "Ada apa?" tanya Aelke dingin. Rafaell sebenarnya tahu Aelke tidak bisa melihatnya dengan Ifa, tapi Rafaell tidak sama sekali merencanakan kedekatannya dengan Ifa, apalagi Aelke sampai sekarang belum tahu kalau dia dan Ifa hanya teman dekat semasa kecil dulu.

"Mmm, kamu apa kabar?" tanya Rafaell hati-hati.

"Aku baik.." singkat Aelke.

"Aelke,"

"Kenapa?" tanya Aelke, rasanya ia ingin berlari kencang tanpa melihat Rafaell dan gadis itu lagi.

"Duh, Raf.. Aku buru-buru, nih. Nanti aja ngomongnya ya, bye!" Aelke langsung berjalan meninggalkan Rafaell yang berdiri mematung menahan kecewa. Ifa mendekati Rafaell dan melihat gelagat Rafaell yang berubah.

"Kamu kayaknya suka sama dia, ya?" tanya Ifa. Rafaell menundukkan kepalanya dan berjalan, Ifa mengikuti langkah Rafaell.

"Aku bukan cuma suka sama dia, aku sayang dia." jawab Rafaell, dan Ifa seketika diam.
***

Aelke duduk di kelasnya, lalu menelungkupkan kepalanya diatas meja. Dinda dan Rasya mendekati Aelke.

"Aelke, lo kenapa lagi?" tanya Dinda. Aelke mengangkat kepalanya dan menatap temannya satu-persatu.

"Ngantuk, nih!" ucap Aelke, matanya memang bengkak kurang tidur.

"Begadang lagi ya gegara si kembar...?" tanya Dinda bisik-bisik, Aelke mengangguk lemas.

"Repot tau, dua bayi, gue belom bisa apa-apa, ahh capek... Udah capek, tadi malah papasan sama Rafaell lagi beduaan ama cewek itu." cerocos Aelke. Dinda dan Rasya menahan tawanya. "Sabar lah, tunangan lo kan ganteng juga.." goda Rasya, Aelke mengerucutkan bibirnya "Iya, tapi nyebelin akut!" jawab Aelke.

"Kita bantuin aja jaga si kembar, mau gak?" tawar Rasya. Aelke membolakan matanya.

"Eh, yang tau ini cuma kalian, kalo Morgan tau kalian udah tau rahasia gue sama dia, bisa dicincang entar gue!" Aelke. Rasya dan Dinda hanya manggut-manggut saja.

***

Morgan menjambak rambutnya sendiri kesal karena sejak tadi si kembar terus menangis tidak mau diam. 

Aelke kalang kabut menenangkan dua bayi yang sangat kompak. Satu menangis, satunya ikut menangis. Rafha ngompol, Rifha ikut ngompol. Rifha lapar, Rafha ikut lapar. Rafha buang air besar, dan Rifha ikut seperti itu.

"Lama-lama badan gue bisa kurus!" kesal Morgan sambil melempar popok bayi ke sembarang arah.

"Jangan jorok napa!" sentak Aelke membereskan popok yang dilemparkan Morgan.

Rafha kembali menangis, Aelke buru-buru menggendong Rafha menjauh dari Rifha karena Rifha pasti ikut menangis saat mendengar suara Rafha menangis.

Sudah 5 menit, tangis Rafha tidak juga berhenti padahal Aelke sudah memberinya susu. Morgan sudah tidak tahan setiap hari harus mendengar bayi menangis.

"Udah! Gue capek! Gue kesel! Gue gak tahan. Gue gak mau lagi ngurusin ni bayi! Lo aja yang ngurusin!" pekik Morgan. Aelke membolakan matanya sambil menimang-nimang Rafha yang masih menangis.

"Gan, lo gila ya? Mau dikutuk nanti?" tanya Aelke. Rifha disana malah ikut menangis kencang, Aelke langsung berlari mendekati Rifha dan berusaha meredakan tangisnya.

"Bodo, kutukan konyol! Gue gak peduli!" gertak Morgan. Morgan langsung meraih kunci mobilnya dan keluar rumah dengan menutup pintunya keras. Aelke mendengar mesin mobil Morgan menderu dan meninggalkan rumahnya. Kini tinggal Aelke yang duduk termenung sendirian memikirkan bagaimana nasib bayi kembarnya. Ia harus mengurusnya sendiri karena Morgan sudah lepas tangan.

TBC....

BABY TWINSOù les histoires vivent. Découvrez maintenant