(8) Rafha dan Rifha

Start from the beginning
                                    

"Eh, nama-in mereka dong... Masa mau nyebut bayi merah, bayi biru, pan gak lucu!" Morgan membantu Aelke memegang satu dot.

"Mereka pake kalung R semua, tuh.." ucap Aelke mencabut dot dari mulut bayi yang memakai baju merah karena isinya sudah habis.

"R... R... Mmm, siapa ya...? Yang bagus namanya, liat aja mereka bule semua.." gumam Morgan.

"Gue tau! Lo nama-in yang cewek, gue yang cowok.. R, kan? Namanya Rafaell!" tukas Aelke dan Morgan membolakan matanya.

"Saking kagak kesampeannya cinta lo ama si sipit sampe ni bayi lo namain Rafaell? Ckckckckk..." timpal Morgan geleng-geleng kepala.

"Biarin!"

"Gue yang nama-in jagoan, jangan lo.. Lo yang cewek aja,"

"Gak mau, pokoknya nama si cowok Rafaell! Titik."

"Gak setuju!"

"Bodo, kamu namanya Rafaell yaa.." ucap Aelke seolah bicara pada bayi yang berbaju merah.

"Eh, kan disini gue bapaknya, lo emaknya, jadi yang berkuasa gue, namanya gak boleh Rafaell..." Aelke melayangkan wajah protesnya, Morgan tetap keukeuh dan tidak mau bayi kembarnya bernama Rafaell.

"Tetep Rafaell.. Kan Rafaell itu singkatan dari Rafa-Aelke.."

"Oke, gue kasih keringanan... Ini namanya Rafha Elke Winata, dan ini namanya Rifha Elke Winata. Titik!!!"

'Ooaaaak.... Oaaaak..." bayi kembar itu menangis bersamaan. Aelke dan Morgan berusaha menenangkan tapi mereka tetap menangis.

"Yaaaa, ngompol...!" pekik Aelke.
***

Di rumah Morgan dan Aelke sudah datang keluarganya. Mama Aelke sejak tadi mondar-mandir resah sedangkan nenek Morgan menatap Morgan dan Aelke bersamaan.

"Jelasin sama nenek, kalian dapet bayi dari mana?" tanya nenek Morgan. Aelke dan Morgan diam, mau bercerita tapi sepertinya aneh.

"Kenapa diem? Gak mungkin kan kalian nyulik bayi orang?? Nenek pusing sama kalian!" ucap nenek Morgan. Morgan dan Aelke langsung menggeleng keras. "Enggak nek, bayinya ada di depan rumah..."

"Ya udah, mending bawa ke panti aja," ucap nenek. Aelke bangkit dan mendekati nenek Morgan. "Jangan nek, nanti kita bisa dikutuk..." nenek Morgan menatap Aelke heran. "Dikutuk??"

Aelke menatap Morgan, dan Morgan menatap Aelke.

"Jadi gini, nek...." akhirnya Morgan menceritakan apa yang terjadi.

***

Mama Aelke dan Mama Morgan sepakat untuk bergantian mengurus bayi kembar Rafha dan Rifha saat Aelke dan Morgan sekolah. Mereka menolak mengurusnya di rumah sendiri karena takut ikut terkena kutukan.

Aelke dan Morgan harus mengurus si kembar setelah pulang sekolah karena selesai UN kegiatan sekolah masih banyak.

Aelke berlari menuju kelasnya. Mencari keberadaan Dinda dan Rasya karena Aelke telat datang ke sekolah dan pagi ini ada praktek Biologi.

Dinda dan Rasya sudah tidak ada di kelas.
"Nyari Dinda sama Rasya bukan?" tanya Bisma yang baru saja masuk kelas. Aelke mengangguk sambil ngos-ngosan.

"Mereka udah di Lab, Reza kan sekelompok sama mereka, terus udah mau giliran kelompok mereka, lo sekelompoknya sama si Ilham Dicky.." jelas Bisma. Aelke tersenyum dan bergegas menuju Lab. "Makasih, Bis.." ucapnya.

Dalam perjalanan menuju Lab, tiba-tiba saja ada yang menarik lengan Aelke keras. Aelke mencoba melepaskan tangannya dan Audrey sudah berdiri di hadapan Aelke.

"Lepasin tangan gue!" sentak Aelke menghentakkan tangannya. Audrey menatap Aelke sinis.

"Eh cewek muka Jepang! Tadi pagi gue liat lo ke sekolah bareng Morgan, ada hubungan apa lo sama dia?" tanya Audrey mengintrogasi. Aelke menatap Audrey seksama. "Bukan urusan lo!" jawab Aelke hendak berlalu menuju Lab, tapi Audrey menghalangi langkahnya.

"Apapun yang berhubungan sama mantan gue, itu urusan gue!" Audrey.

"Oh, udah mantan, gue kira masih pacaran! Lo tanya aja sama dia, gak usah bikin gue ribet, bye!" ucap Aelke langsung melangkah pergi.
***
Selesai praktek Biologi. Aelke mengajak Dinda dan Rasya ke bukit belakang sekolah. Disana, Aelke diam seribu bahasa.

"Aelke, lo ngajak kesini, kok malah diem aja.." ujar Rasya.

"Lo kenapa? Ada masalah?" tanya Dinda hati-hati. Aelke yang mereka kenal memang Aelke yang ceria, cerewet dan selalu pintar memposisikan dirinya.

"Ael, lo kenapa? Aneh tau gak liat lo kaya gini?" Dinda menyentuh pundak Aelke yang masih diam. Lama-kelamaan, Aelke terlihat sedih, matanya berkaca-kaca dan tangisnya tumpah. Dinda dan Rasya berusaha menenangkan Aelke. Aelke yang tidak bisa menyimpan masalahnya sendiri akhirnya menunjukkan cincin tunangan yang ia pakai.

"Serius lo dijodohin sama Morgan?"

"Hah? Lo serumah sama dia?"

"Apaaaaa? Lo nemuin bayi kembar??" pekik Dinda dan Rasya bersamaan mendengar semua cerita Aelke yang masih sesenggukan.
***

Aelke dan Morgan kembali mengurus bayi kembar mereka. Aelke yang belum bisa mengurus bayi terlihat kewalahan sendiri begitu juga Morgan.

Aelke menyuapi kedua bayi kembarnya yang didudukkan di atas kereta bayi. Rifha dan Rafha memang bayi yang menggemaskan, meski kadang-kadang Aelke dan Morgan sampai harus rela begadang karena tangis mereka.

Bel berbunyi nyaring. Aelke menaruh mangkuk makanan bayinya di atas meja, sedangkan Morgan sedang duduk sambil menggendong Rafha meski masih kaku dan tidak berani menggendong bayinya sambil berdiri.

"Selamat siang!" sapa seseorang di depan rumah Aelke. Aelke mengangkat sebelah alisnya karena baru kali ini melihat lelaki di hadapannya.

"Siapa, ya?" tanya Aelke. Lelaki tersebut tersenyum dan mengulurkan tangan kanannya.

"Kenalkan, saya Rangga Dewa Moela, tetangga baru kalian." ucapnya sopan.

TBC.....

BABY TWINSWhere stories live. Discover now