"Aku merindukanku juga." Jungkook menjawabnya sarkastik sebelum melepas tawa sampai kepalanya menengadah ke atas. Gelaknya mereda ketika matanya menangkap figur seorang gadis berambut panjang yang tidak asing di indera penglihatannya itu.

Shin Rin Young.

Gadis yang menurut Jungkook memiliki tingkah aneh itu sedang berdiri di lantai dua. Tangannya menggenggam erat besi balkon yang menjadi pembatas. Matanya memandang Jieun yang sedang dievakuasi dengan tatapan nanar.

Jungkook menyadari satu hal, tidak ada senyum seringai yang biasa terukir di wajah Rinyoung. Bibirnya hanya terkatup rapat, rahangnya sedikit bergoyang seakan ia sedang menahan sesuatu yang sedang bergejolak dalam dirinya.

Tidak jauh dari tempat Rin Young berdiri, ada Taehyung yang juga ikut menonton dari atas sana. Tak ada ekspresi yang begitu berharga dari Taehyung. Tatapannya begitu datar dengan sepercik rasa terkejut yang mengiringi ekspresi kosongnya.

Jungkook paham sekali, Taehyung itu punya phobia melihat darah.

"Astaga, anak itu!" Pekik Jungkook, giginya terkatup rapat.

"Ada apa?" Suara Jimin yang terdengar nyaring mengembalikan puing kesadaran Jungkook.

"Jimin, maaf aku harus pergi. Aku akan menemuimu lagi lain waktu."

Jungkook menepuk bahu Jimin sekali sebelum ia berlenggang menuju lantai dua. Langkahnya tergesa-gesa ketika menaiki anak tangga yang masih dipenuhi para siswa yang sedang menonton proses evakuasi.

"Taehyung!" Jungkook berteriak kencang ketika ia sudah mencapai lantai dua. "Di sana berbahaya!"

Yang dipanggil pun menoleh, mencari sumber suara. Taehyung memutar tubuhnya sebelum berjalan gontai menghampiri Jungkook.

"Apa maksudmu berbahaya?" Tanya Taehyung bingung.

"Gadis aneh itu. Kurasa dia pelakunya. Dia yang mendorong Jieun." Jungkook membawa bola mata hitam kecokelatannya ke arah Rin Young.

Taehyung mengikuti arah pandang Jungkook, "Shin Rin Young si anak kelas satu itu?"

Jungkook tergelak, mengetahui Taehyung yang ternyata kenal dengan Shin Rinyoung. "Apa kau mengenalnya?"

"Bagaimana bisa aku tidak mengenal tetanggaku sendiri." Taehyung menjawab datar, lalu didetik berikutnya pemuda itu tertawa ringan.

Jungkook melotot kaget. "Bagaimana bisa kau berbagi tempat tinggal dengan orang mengerikan sepertinya?!" Balas pemuda itu dramatis.

"Rinyoung, ya... Setahuku dia punya masalah dalam bersosialisasi. Dia juga jarang terlihat keluar rumah. Tapi aku sendiri sering melihatnya karena kebetulan jendela kamar kami saling berhadapan." Tutur Taehyung menjelaskan.

"Apa dia punya gelagat yang aneh seperti menulis sesuatu di secarik kertas?" Tanya Jungkook.

"Iya, dia suka sekali menulis. Sepertinya dia lebih suka menuangkan isi pikirannya melalui tulisan dibanding secara lisan."

Kedua tangan Jungkook terkepal erat. "Lalu apa lagi yang kau ketahui?"

"Sebenarnya aku pernah tidak sengaja melihatnya sedang memakai baju setelah mandi. Dan kau harus tahu kalau tubuhnya ( ͡° ͜ʖ ͡°)"

"Hei, aku sedang berbicara serius!" Jungkook menyentak, lantas menepuk keningnya dengan jengkel. "Rinyoung adalah seorang peneror gila!"

"Aku juga sedang serius. Lalu, memangnya kau punya bukti apa sampai menuduhnya begitu?" Sergah Taehyung.

"Aku, yah, memang tidak punya bukti. Tapi aku memiliki firasat yang kuat." Ujar Jungkook meyakinkan Taehyung.

Kim Taehyung, lelaki beralis tebal itu justru tertawa hambar. "Jangan konyol, Jungkook. Kau tidak boleh menuduh seseorang hanya karena penampilannya. Kalau tuduhanmu tidak terbukti, kau akan dihantui rasa berasalah," ujar Taehyung seraya menekan pelan ujung jari telunjuknya di dada Jungkook. "Rinyoung itu anak yang baik, percayalah padaku. Jieun, mungkin saja dia terpeleset? Lagipula belum ada penyebab pasti kenapa dia bisa terjatuh seperti itu."

Jungkook menggeleng, menolak untuk memercayai Taehyung. "Tapi kulihat tatapan gadis itu pada Jieun penuh dendam!"

Taehyung mendengus sambil menepuk pelan kepala Jungkook. "Kau terlalu bersikeras, ya. Kalau begitu hampiri dia dan tanyakan langsung." Ledeknya.

***

Selembar kertas kecil berwarna merah pekat melayang ke bawah ketika Jungkook membuka pintu lokernya. Lelaki berparas manis itu membungkuk, tangannya meraih kertas yang mendarat tepat di ujung sepatu ketsnya. Sudah ia duga, kertas itu pasti berisi hal yang membuat pikirannya terganggu.


Jungkook pun mulai membacanya.

Kalau ada yang lebih panas dari api unggun,
Itu pasti emosiku yang sudah kau sulut.
Jangan mengira aku tidak melihatnya.
Kau memeluk gadis itu tanpa seizinku.
Dan kau tahu akibatnya, bukan?

#19♥ ❞

Pandangan Jungkook mengabur, tulisan yang ia baca saat itu tidak hanya membuatnya tercengang. Pemuda itu dirundung rasa cemas dan takut yang menyengatnya secara langsung. Kakinya bergemetar lemas,  membuat dirinya ambruk berlutut di atas lantai.

Ingin sekali Jungkook melaporkannya pada guru atau setidaknya pada Taehyung, tetapi ia terlalu khawatir jika kelak penerornya akan berbuat lebih keterlaluan. Siapapun orang itu, Jungkook tahu dia akan selalu mengikutinya dan memberi teror-teror nekat lainnya pada pemuda itu.

Maka mulai detik itu juga, Jungkook yang sebelumnya enggan mencari tahu siapa pelakunya, menjadi akan memburu dalang dibalik tindak anarkis yang menyeretnya ke dalam kekacauan yang bahkan tak ia ketahui dimana ujungnya.


Mentalnya sedang dipermainkan, entah oleh siapa. Untuk saat ini, Jungkook hanya merasa yakin, Rin Young lah pelakunya.


♥♡♥♡♥·♥♡♥♡♥

anonymous (Fanbook Version ON EDITING)Where stories live. Discover now