[15]

2.6K 148 6
                                    

Anggun menghela napasnya ketika mendapati area parkiran teramat ramai dan memandanginya, karna turun dari motor Nathail.

Seperti hari kemarin, cowok itu lagi-lagi memaksanya untuk berangkat bersamanya. Hari ini lebih gila, Dera sepupunya itu sudah dibuat menghilang sebelum ia selesai siap-siap keluar dari kamarnya.

Helmnya yang baru saja ia lepaskan itu segera dikembalikan pada si empunya, sebelum melarikan diri menuju kelas duluan. Namun, sayang Nathail yang menyadari niat gadis itu menahannya.

"Ish! Lepasin." ujar gadis itu pada Nathail melirik tangannya yang dicengkeram.

"Tunggu dulu." Nathail yang juga baru saja melepas helmnya itu mengacak rambutnya asal membuat gadis itu memutar bola matanya malas.

Ck, si suka tebar pesona.

"E-eh, lo mau ngapain??"

"Mau mastiin muka gue." ujar Nathail yang saat ini wajahnya hanya berjarak sejengkal dengannya.

"Mastiin gimana?!"

"Ganteng dimata lo."

Uhuk!

Anggun sontak terbatuk mendengar ucapan Nathail, dan memalingkan wajahnya kearah lain.

"Lo gila ya?!"

Bukannya marah Nathail justru tersenyum dikatai gila. Fixs! Memang gila cowok itu.

"Udah ah, lepasin tangan gue nggak?!" ujar gadis itu lelah berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Nathail.

"Enggak." jawab cowok itu dengan tersenyum dan menariknya melangkah bersama.

"Iihh, nath! Lepas!!"

Gadis itu menghela napasnya. Nathail tidak mendengarkannya dan terus menariknya sampai keluar area parkiran. Dengan malas ia melangkahkan kedua kakinya berdampingan dengan Nathail.

Sepanjang perjalanan menuju kelas keduanya benar-benar terlihat berbeda. Hanya kedua kaki mereka yang melangkah sama.

Nathail yang cenderung mengumbar senyumnya itu berlawanan dengan Anggun yang terus mengalihkan pandangannya dari setiap murid yang berpapasan dengan mereka.

Nathail yang terlihat santai bergandengan, berbanding terbalik dengan Anggun yang terlihat ogah-ogahan. Terlebih, gadis itu malu mendapatkan banyak perhatian karna kehadirannya bersama cowok tengil satu ini.

Tidak mengerti dengan semua tatapan itu artinya apa. Mengejek kah?

Melihat Safina dan Della yang berada diluar kelas sontak membuat Anggun melotot, beralih pada tangannya yang digenggam erat Nathail.

Kedua kakinya mendadak berhenti melangkah dan kali ini mampu membuat langkah cowok itu terhenti juga. "Lepasin!" ucap Anggun yang masih melotot itu,

Nathail yah, tetap Nathail. Cowok itu mengulang jawabannya seperti diparkiran. "enggak."

Senyum andalannya itu terbit membuat Anggun saat ini juga sangat ingin menonjoknya. Menyebalkan.

"Kenapa sih? Bentar lagi juga nyampe kelas. Sekalian aja."

"Enggak. Enggak. Lagian lo sendiri aneh banget ngapain gandeng-gandengan ginih, kayak mau nyebrang."

"Ya, emang dilarang gandengan?"

"Gue tau lo sering bolos akhir-akhir ini, tapi ngga sebodoh itu kan, buat tau ini sekolah."

Bukannya marah dikatai bodoh malah tertawa, Nathail ini memang patut dipertanyakan keberadaan isi kepalanya dimana.

"Tau aja lo, gue sering bolos. Padahal lo lagi rajin dispen osis ngga dikelas. Mantau gue dari jauh, yah??" ujar cowok itu kembali dengan sifat percaya dirinya yang tinggi luar biasa.

Anggun menghela napasnya dan memutar kedua bola matanya kali ini. "Udah deh, nath. Belum satu hari gue berhadapan sama lo udah capek tau ngga?! Jelasin ngapain lo jemput gue pagi-pagi dan ngajak gandengan sampe kelas." ujarnya dengan mengangkat tangan mereka yang bertautan.

"Gue kan pacar lo, masa ngga boleh jemput lo? Gandeng tangan lo?"

Kedua alis Anggun sontak mengkerut, "Lo beneran gila, yah? Jelas-jelas lo bercanda waktu itu, dan jebak gue. Jelas ngga sah, mana bisa kita pacaran cuma karna itu??"

"Kata siapa gue bercanda?"

"Kata gue lah, barusan. Kenapa? Lo mau bilang apalagi?? Jelas-jelas gue kesel sama lo yang terus ngasih gue pertanyaan yang sama, makanya gue kasih jawaban yang sama. Mana tau lo bakal ngasih pertanyaan aneh tiba-tiba."

"Kalo gue tanya lagi sekarang?"

"Nggak, nath."

"Sama dong, ngga mau ngga jadi pacar gue?"

Gadis itu mengepalkan tangannya kuat menahan emosinya yang benar-benar ingin meledak.

"Sekolah nih, bro!" sambar seseorang dari belakang mereka,

Rama, kakak kelasnya itu tertawa dengan merangkul temannya yang berada disampingnya Andi. "Hargainlah, para guru disini, terlebih temen gue yang patah hati." ucapnya.

Anggun langsung melepaskan tangannya ketika tautan tangan mereka sedikit melonggar. "Tau nih, nathail."

Mudah ditebak cowok itu tersenyum dan menarik Anggun kedalam rangkulannya kali ini. "maaf kak, kalo gituh."

Andi melepaskan rangkulan Rama yang memberatkan pundaknya. Kedua kakinya lalu melangkah pergi darisana tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Kalian beneran pacaran??" tanya Rama dengan menunjuk keduanya bergantian.

"Enggak!"

"Iya!"

Kali ini Anggun menyikut perut cowok itu dengan kencang teramat kesal sejak tadi. Akibatnya Nathail sedikit menundukkan tubuhnya merasakan rasa sakit pada perutnya.

"Jangan didengerin kak, emang gila ini anak." ujar Anggun yang saat itu juga melepaskan rangkulan Nathail.

"Emang, gila sama lo." ucap cowok itu masih mengumbar senyumnya ditengah menahan nyeri diperutnya.

Gadis itu yang sudah tidak tahan untuk berhadapan dengan Nathail langsung melarikan diri darisana. Menghampiri kedua sahabatnya yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan seribu pertanyaan.

"Gila, lo sama nath-"

"Jangan tanya itu dulu, tolong." ujar Anggun yang langsung menggeret kedua sahabatnya masuk kedalam kelas.

Tuhan, nathail itu kenapa?! batinnya.

Masih tidak percaya dengan sikap agresifnya begitu.

Tidak hanya orang-orang yang bingung. Anggun juga sangat bingung.

Memang ada orang seagresif itu kalau suka?

Me With Gamers Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang