[ 4 ]

3.6K 197 9
                                    

"Gila. Jarang-jarang jamkos hari senin, nih." kata David sembari melepas dasi yang mengikat kerah seragamnya sedari pagi.

Roy tertawa, "Bukan jarang, tapi pertama kali anjing, ada jamkos hari senin. Biasanya padet sampe sore guru nggak ada yang absen atau kasih tugas doang." ujarnya.

"Iya, dah. Hari ini hoki abis kita. Jam kosong, si anggun juga nggak ada dikelas lagi osis. Mudah banget cabut kita kali ini, njir." sambar Geraldy.

"Iya, juga. Kalo bisa tiap hari aja si anggun osis dah." sambung Selo,

"Bentar, anggun siapa?" sela Nathail, membuat kelima laki-laki disana berhenti melangkah.

"Lah, lo belum tau?" tanya Roy dan langsung dijawab gelengan kepala oleh Nathail.

"Kasih tau, pid." ujar Roy dengan menepuk punggung David.

David berdeham, "Ehem, dia itu bisa dibilang.. apa ya, apa sih namanya..."

Selo menoyor kepala David, "Ye, ape maksud lo, dongo." ujar cowok itu tidak paham.

"Duh, gue ngeri banget ini orangnya kalo diomongin entar dateng lagi." kata David, berhubung mereka belum sampai diparkiran trauma sekali ketahuan Pak Amar.

Kepala David lagi-lagi mendapat toyoran dari Geraldy kali ini, "Lo pikir si anggun setan, diomongin langsung dateng. Sembarangan ni anak."

"Ya, emang apan kalo bukan setan??"

"Malaikat pencabut nyawa."

Dera yang kepalang kesal ikut menoyor kepala Geraldy, "Ya, lo lebih parah, anjing."

"Tuh, kan. Salah mulu gue. Lo aja dah, yang kasih tau." ujar Geraldy sambil mengusap kepalanya yang lumayan sakit habis ditoyor Dera. Tidak main-main tenaganya.

"Si anggun tuh, sekertaris kelas kita. Ya, lo tau kan tugas sekertaris kelas tuh, apaan. Ngecek kehadiran semua murid dikelas doang simplenya mah. Cuma ini anak punya kelebihan kedisiplinan ya, jadinya kita-kita kalo jamkos susah cabut. Apalagi nggak jamkos. Udah dah, bisa-bisa lo berganti status dari murid jadi petugas kebersihan wc." jelas Dera yang diangguki oleh semua orang.

Nathail tersenyum, "Segituhnya?"

"Lo belum aja liat dia live marahnya gimana. Gue udah sering jadi korban. Mulai dari penghapus kelas, sapu, botol minum, buku, duh, kayaknya semua barang yang ada dikelas pernah dilempar ke gue kayaknya." kata David mengingat pengalamannya.

"Eh, iya anjing. Botol minum gue itu jadi korban. Kesian bet, anjir. Untung bukan tupperware, kalo iya, kayaknya udah diapus dari kartu keluarga sekarang sama nyokap." ujar Geraldy.

"Lho, emang lo masuk kk ger?" tanya Dera,

"Ya, masuklah."

"Lah, emang bisa status anak pungut dikk??" lanjut Dera, sebelum lehernya dicekek oleh Geraldy yang kesal dengan temannya satu ini.

"Hahaha, goblok dah. Yok cabut." ucap Roy kembali melangkah maju memasuki area parkiran motor.

Salah satu satpam penjaga motor disini seperti sudah cs alias dekat dengan mereka. Apalagi Roy yang dari kelas 1 memang sudah rajin membolos. Kebetulan sekali parkiran motor ini juga berada dibelakang gedung sekolah mereka, jadilah dengan mudah mereka cabut tanpa ketahuan dan repot-repot diintrogasi oleh satpam gerbang depan yang jauh lebih galak dan tegas.

Me With Gamers Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang