"Kami tidak ingin berlama-lama kami hanya perlu bertemu dengan Resya, kemana dia pembunuh?" Hati Prilly tertohok saat mendengar kata 'pembunuh' sangat begitu mudah keluar dari mulut wanita yang telah melahirkannya dan merawatnya, dia menunduk dan takut menghadapi ini semua.

Prilly Pov

"Tidak ada pembunuh di rumah ini," aku mendongakkan kepalaku saat mendengar suara tegas seseorang dan aku melihat bahwa kak Resya datang.

"Resya kami disini hanya ingin menanyakan penawaran kami," aku melihat kak Resya menghela nafas panjang.

"Resya tidak bisa, sekarang silahkan kalian pergi."

"Jadi kamu lebih memilih menemani pembunuh ini, iya!" Mami berucap sembari menunjuk wajahku dan membuat aku semakin menunduk takut, air mata yang sejak tadi sudah aku tahan ternyata lolos dari mataku.

"Jaga bicara anda, dia bukan pembunuh!" Suara bang Resya sedikit meninggi, lagi aku tak bisa menahan semuanya, aku berbalik dan berlari dari sana.

"Prilly!" Teriakkan bang Resya dan Ali sama sekali tak ku gubris, aku masih terus berlari menjauh.

Normal Pov

Ali dan Resya masih berada di depan pintu utama menatap punggung Prilly yang semakin menghilang dari pandangan.

"Biar gue yang kejar dia, lo urusin masalah lo," ucapan Ali di tanggapi anggukan oleh Resya, Ali berjalan sedikit berlari untuk mengejar Prilly.

"Saya tidak mau lagi berurusan dengan anda berdua silahkan pintu keluar ada di sebelah sana," Resya berbicara dengan nada formal sembari menunjuk pintu gerbang rumahnya. Ali masih terus berjalan mencari Prilly dan saat ia melewati taman belakang ia melihat Prilly sedang duduk di salah satu ayunan sembari menggerakkan ayunan itu, air matanya tak berhenti untuk menetes, perlahan Ali mendekati Prilly dia duduk di sebelah Prilly.

"Pril," panggil Ali dan sepertinya panggilan itu sama sekali tak Prilly hiraukan dia masih memandang kolam renang di depannya dengan pandangan kosong, keadaan Prilly yang seperti ini menyiksa Ali, dia bukan seperti Prilly gadisnya.

"Lebih baik kamu pulang Li dan lupain aku, aku ini cuma seorang pembunuh," Prilly akhirnya bersuara setelah beberapa detik bungkam suara, mata Ali terbelalak tatkala mendengar permintaan Prilly.

"Pril kamu ngomong apaan sih? Siapa pembunuh?"

"Aku Li, aku pembunuh andai aja waktu itu aku gak minta kak Rain temenin aku keluar rumah dan andai aja waktu itu aku gak ceroboh pasti kak Rain sekarang masih hidup, dia masih sama aku, kak Resya, Mami, dan Papi, aku emang pembunuh Li," tangisan Prilly kembali menggema, Ali yang sudah tak kuat lagi menyaksikan gadisnya yang menyalahkan dirinya sendiri atas kematian sang kakak langsung membawa Prilly dalam pelukannya walaupun Prilly berontak karena ia tak mau Ali kasihan padanya pada kisah hidupnya.

"Kamu ngomong apa sih? Kamu itu bukan pembunuh itu semua takdir Pril, takdir, mungkin Allah lebih sayang sama kak Rain makanya Allah mau kak Rain ada disampingnya," ucap Ali mencoba memberi pengertian pada Prilly, tangisan Prilly perlahan mulai mereda dan tak sekeras tadi.

"Tapi Li karena kejadian itu mereka benci sama aku, dan mereka anggep aku pembunuh," ucap Prilly dengan nada lirih mirip seperti bisikan tetapi masih bisa Ali dengar.

"Dengar Pril mereka salah faham, mereka gak tau kejadian sebenarnya, jangan gini Pril aku mohon kemana Prilly-ku, gadis-ku yang ceria, manja, dan cerewet," Prilly beruntung memiliki Ali dia sangat bisa mengerti Prilly.

"Maaf Li aku tadi sudah memintamu menjahuiku," Ali tersenyum dan mengusap rambut Prilly.

"Gak papa kok aku tau pasti kamu lagi emosi," sungguh demi apapun Prilly bahagia memiliki Ali.

*******

--END--































































Tapi boong😚😜😜





















Haiiii.....Haaaiiiii..... Haiiiiii
Sorry ya nextnya lama banget, soalnya sempet ilang jadi nulis ulang.....
Keep Stay Vote and Comment

Kunci Hati [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang