Kunci Hati

5.1K 392 8
                                    

Bab 9

^Normal Pov_^
Ali masih mencoba menebak siapa sebenarnya orang yang Prilly maksud, bukan pacar lantas siapa?itu pertanyaan yang ada di dalam benak Ali saat ini.

"Apa itu orang tua lo?" Pertanyaan Ali membuat Prilly tertawa kecil tetapi tawa itu seperti hambar, dan Prilly menggeleng.

"Bukan, mungkin mereka udah lupa kalau punya anak mereka cukup sibuk dengan dunia mereka." Prilly berucap dengan nadi lirih tetapi masih bisa Ali dengar dan membuat mata Ali melotot sempurna, jadi gadis ini sama sepertinya kekurangan kasih sayang orang tua, tapi kemudian ia menyadari suatu hal bila bukan ke-2 orang tuannya lalu siapa?.

"Terus kalau bukan mereka siapa?" Tanya Ali, Prilly menatap lurus dengan pikiran kosong dan ingatannya kembali pada kejadian 3 tahun lalu.

"Kakak pertamaku kakak yang lahir sebelum kak Resya lahir, namanya Arayn Rezhafna Devin, biasa di panggil Rain yang artinya hujan, dia senang sekali hujan sampai suatu saat." Prilly mengentikan kata-kata nya sejenak ketika ia ingin kembali menceritakan hal pahit 3 tahun lalu yang membuat ia trauma akan hujan, tangan seseorang sudah menghentikannya untuk bercerita lebih lanjut, Prilly mengalihkan pandangannya pada tangan itu dan yang ia temukan ialah sepasang mata tajam yang memandangnya sendu dan mata itu tak setajam pertama kali ia menatapnya, Prilly merasa hanyut dalam tatapan yang mata tajam yang sendu, tajam tetapi menenangkan dan menghanyutkan.

"Gua gak mau lo ceritain masa lalu lo kalau masa lalu itu sangat menyiksa." Ucapan Ali yang lembut berhasil membuat darah Prilly berdesir hebat getaran aneh muncul dari lubuk hatinya dan ia juga tak tau getaran aneh apa yang ia rasakan.

"Makasih karena kamu sudah mengerti bagaimana aku walaupun kita baru saja kenal." Ucapan Prilly sangat tulus.

"Pril apa boleh gua jadi teman lo?" Tanya Ali sungguh-sungguh ketika ia telah membenarkan posisi duduknya, Prilly langsung mengalihkan pandangannya pada Ali.

"Semua boleh jadi temen aku Li, termasuk kamu." Prilly menatap Ali dan di saat yang bersamaan Ali juga menatap Prilly, saat bertatapan dengan Prilly ekor matanya ekor matanya menangkap sebuah motor yang melaju kencang dan genangan air dengan sekali tarikan Prilly sudah jatuh dalam pelukan Ali, Prilly yang mendapat perlakuan seperti itu tentu saja sangat terkejut.

"Sorry Pril tadi ada motor dan gua gak mau baju lo jadi kotor." Ucap Ali setelah melepaskan pelukannya, Prilly mengangguk paham apa yang Ali lakukan, ia tak ingin Prilly terluka.

"Gapapa Li harusnya aku yang makasih tadi udah di tolongin, oh iya Li." Ali menatap Prilly dengan alis terangkat seolah mengatakan 'apa?'.

"Boleh aku meminta sesuatu?" Tanya Prilly hati-hati dan Ali langsung mengangguk.

"Apa boleh kalau kamu ganti panggilan kamu dari lo-gua jadi aku-kamu? Aku gak kebiasaan." Setelah mengatakan hal itu ia langsung menunduk ia takut Ali akan memarahinya lagi, sedangkan Ali ia tersenyum kecil menanggapi permintaan dari gadis di depannya ini, tanpa ia sadari Prilly sudah mulai perlahan membuka hatinya yang selama ini terkunci.

"Kenapa gak?" Ucap Ali sembari mengacak-acak pelan rambut Prilly yang panjang itu, dan Prilly langsung mendongak dengan mata berbinar tak percaya ternyata apa yang ia bayangkan salah Ali sama sekali tidak masalah.

"Kamu gak marah kan Li?" Tanya Prilly karena ia benar-benar belum percaya dengan apa yang Ali katakan.

"Emang aku ada tampang gak serius ya?" Tanya Ali yang merubah bahasanya menjadi aku-kamu, Prilly tersenyum sangat manis pada Ali.

^Normal End_^

^Ali Pov_^

"Makasih ya Li, kamu gak mau masuk dulu?" Tawar Prilly padaku saat kami sudah sampai di depan rumah Prilly memang sehabis hujan sedikit reda aku langsung mengantarkan Prilly kerumahnya, aku tak ingin bang Resya berpikiran macam-macam tentangku yang membawa Prilly pulang terlambat.

"Gak deh Pril aku langsung aja lagian udah sore juga." Masih sedikit aneh memang aku menggunakan bahasa aku-kamu tapi mau bagaimana lagi ini permintaan Prilly, entah kenapa aku mau saja menuruti kemauan Prilly termasuk mengganti bahasa panggilan ku.

"Yaudah kamu hati-hati ya." Pesan Prilly padaku yang akan menjalankan motornya.

"Pasti, oh iya Pril tentang tugas ekonomi dari Bu Fara gimana?" Tanyaku pada Prilly saat aku baru teringat akan tugas yang Bu Fara beri dan harus di kumpulkan Minggu depan.

"Tentang tugas itu ya Li? Gimana kalau besok kamu ke rumahku aja Li kita kerjain tugasnya di rumahku." Saran Prilly, boleh juga sarannya jadi aku bisa bertemu bang Resya besok dan mengajaknya bertanding basket.

"Oke, aku minta nomor kamu biar gampang kalau aku mau hubungi kamu." Ia menyerahkan Handphonenya padaku dan aku langsung mencatat nomor teleponnya pada memori Handphoneku setelah selesai aku langsung mengembalikannya pada Prilly.

"Yaudah Pril aku pulang dulu, bye." Pamitnya dan samar aku melihat ia melambaikan tangannya padaku. Sesampainya di rumah aku langsung memarkirkan motorku dan memasuki rumah kulihat rumah cukup sepi mungkin kedua orang itu sudah pergi mengurus pekerjaan mereka lagi.

#_#_#_#_#_#_#_

Malam sudah menyapa bumi dan sekarang aku sedang duduk sendirian di balkon kamar setelah tadi sore menjemput kak Mela di sekolahnya, dan seketika aku menepuk pelan jidatku aku baru ingat ingin menghubungi Prilly tentang besok, aku langsung mengambil Hpku dan membuka salah satu aplikasi chat yang terdapat di sana.

Chat: On

SeanAli
Prilly?

GladysPrilly
Ya? Kenapa Li?

SeanAli
Gak, aku cuma mau kasih tau sama kamu kalau besok ngerjain tugasnya di rumah aku aja.

GladysPrilly
Yaudah, kita pulang bareng aja besok gimana?

SeanAli
Oke aja kenapa gak besok tunggu aku di gerbang ya, udah malem nih tidur gih, Night sweet dream.

GladysPrilly
Okee, Night too And sweet dream too.

Chat: Off

^Ali End_^

^Normal Pov_^
Ali menyudahi acara chatnya dengan Prilly dan tanpa sadar bibirnya melengkungkan sebuah senyuman manis entah kenapa bersama Prilly Ali merasakan hidupnya kembali berwarna dan ia juga sedikit heran dengan dirinya sendiri selam ini Ali tak pernah memulai chat duluan daripada teman-temannya yang lain tetapi berbeda dengan Prilly Ali mau memulai chat duluan, Ali masih asyik memandangi Hp yang ia pegang sembari tersenyum sendiri entah kenapa Ali jadi seperti orang gila sekarang yang menggambar perasaannya sekarang adalah kebahagiaan.

"Prilly, Prilly kenapa sih setiap detik kok kayaknya buat lupain kamu itu sayang banget padahal aku sama kamu baru kenal beberapa hari tapi bersama kamu rasanya aku menjadi Ali yang dulu, Ali yang hidupnya penuh warna." Ali mengucapkan kata-kata itu smbari melihat kearah langit malam sembari tersenyum sendiri, mungkin Ali sedang menganggap Langit itu adalah Prilly.

"Ali! Lo sehat gak sih kok senyum-senyum sendiri?" Pekikan seseorang membuat Ali tersadar dan langsung membalikan badannya.

^Normal End_^

Sorry lama ya nextnya hehehe, gua lagi sibuk banget karena gak ada UTS jadi banyak tugas-tugas sama Ulangan Harian, udah dah jangan curhat oke seperti biasa Vote dan Comment jangan lupa oke jangan jadi silent Riders, dan soal Short Story akan gua publish di Wp tapi ada syaratnya Kunci Hati Vote, Comment sama pembaca harus seimbang rasanya sakit kalau udah nulis dan nyampein ide tapi gak dihargai. Udah ah jadi curhat, oke See You Next Chapter Guyss👋👋👋

Gua lagi males nge-tag lagi sakit

Kunci Hati [END]Where stories live. Discover now