Ilusi [COMPLETE]

Ilusi: | Sebelas |

Aku tidak suka hari Sabtu. Kadang aku ingin pemerintah menghapus pelajaran PJOK - olahraga.

Biasanya aku tidak akan mengikuti pelajaran olahraga dan hanya duduk di tepi lapangan sambil memperhatikan guruku yang menjelaskan beberapa materi olahraga. Kadang aku meruntuki penyakitku. Tapi, mau bagaimana lagi?

Masalahnya, hari ini pak Soleh mengadakan ujian basket. Jadi aku harus mengikutinya kecuali aku mau nilai praktek olahragaku di rapot nol.

Aku mengambil pakaian olahraga di lokerku kemudian kembali menutup lokerku. Loker bernomor 23 yang isinya hanya beberapa buku tulis dan pakaian olahragaku. Tidak pernah ada yang mengirimiku bunga atau coklat saat hari Kasih Sayang. Ya itu karena aku tidak memiliki...ehm -- pengagum.

Setelah aku berganti pakaian, aku segera menuju lapangan basket bersama anak kelasku yang lainnya.

"Yang ke sebelas, Shasya Illuna." Aku segera maju saat pak Soleh memanggil namaku. Ya, giliranku praktek memasukkan bola basket ke dalam ring dan hanya diberi kesempatan lima kali lemparan.

Setelah sebelumnya berucap Bismillah dalam hati, aku mengambil ancang-ancang untunk men-shoot bola basket.

Lemparan pertama gagal.

Lemparan kedua gagal.

Lemparan ketiga gagal.

Lemparan keempat, lagi-lagi melesat.

Oke, ini kesempatan terakhirku. Aku sedikit menekuk kakiku dan meletakkan tanganku di bawah bola basket, trik men shoot bola yang baik kata pak Soleh.

Jadi, setelah melempar bola basket ke arah ring, aku langsung memejamkan mata. Kukira, bola lemparanku masuk ke dalam ring saat temenku bersorak. Nyatanya malah dentuman keras yang kuterima tepat di pangkal hidung dan dahiku. Aku tumbang.

Sebelum mataku benar-benar terpejam, aku mendengar suara cemas memanggil namaku. Kuharap itu kau, Dow.

"Sha, kamu mimisan." Suara itu terdengar beriringan dengan sesuatu yang cair menetes dari lubang hidungku, dan suara itu kudengar makin lama makin memelan. Dan semuanya, gelap.

Jadi, siapa dia?

15 November 2016